Share

8. Serba Salah 2

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-09 22:03:44

Bram menanyakan kondisi sang mama. Wanita itu mengeluhkan beberapa hal. Membuat Bram khawatir. Semakin hari, kesehatan sang mama kian menurun. Tapi wanita itu tetap keukeh tidak mau diajak tinggal di rumahnya. Bertahan di rumah joglo mereka yang berarsitektur klasik. Rumah yang menerapkan nilai-nilai filosofi Jawa pada setiap bagian rumah. Sangat kontras dengan rumah yang dibangun oleh Bram. Rumah bergaya modern dengan sedikit sentuhan scandinavian. Almarhumah sang istri yang menentukan konsep rumahnya.

Menjelang salat magrib, Bram dan Puspa kembali ke rumah. Mereka melangkah tanpa percakapan apa-apa.

Makan malam di dominasi cerita anak-anak tentang kegiatan mereka selama papanya tidak di rumah. Puspa hanya mendengarkan sambil memaksa diri untuk menelan makanan. Sesaknya dada, membuat tidak berselera untuk makan. Seharian tadi lebih banyak minum air putih dan melewatkan makan siang.

Setelah selesai makan malam, Bram menghampiri Puspa yang baru selesai mengemas meja. "Kutunggu di luar. Kita ke dokter sekarang," ucap Bram tanpa memandang istrinya. Lantas melangkah cepat sambil menyambar kunci mobil.

Puspa terpaku sejenak. Kemudian menyusul sang suami. "Nggak usah, Mas. Aku nggak apa-apa."

"Selama kamu di sini, kamu tanggungjawabku."

"Aku nggak apa-apa kok."

"Kutunggu di mobil." Bram tidak mengindahkan penolakan sang istri.

Akhirnya Puspa ke kamar untuk mengambil tas dan menyisir rambut. Jika pergi ke dokter, Bram akan tahu kalau dia habis keguguran. Biar saja tahu. Yang gugur itu memang anaknya. Terserah dia percaya atau tidak. Puspa menarik napas dalam-dalam, lantas keluar kamar.

"Pa, Sony ikut." Tiba-tiba Sony muncul dari dalam.

"Adek duduk di depan saja," kata Puspa pada Sony yang hendak membuka pintu mobil belakang.

"Bunda, saja yang di depan." Sony menolak dan langsung masuk ke mobil. Dengan canggung Puspa duduk di samping suaminya.

Jarak rumah dan tempat praktek dokter hanya lima belas menit perjalanan. Dokter langganan keluarga tutup, makanya Bram membawa Puspa ke dokter lain.

"Kutunggu di sini!" kata Bram setelah mobil berhenti di parkiran. Itu pun tidak menoleh sama sekali.

"Iya." Puspa turun dan melangkah ke meja pendaftaran pasien. Ia tampak ragu. Seharusnya dia ke dokter kandungan, bukan ke dokter umum. Tapi kalau tidak periksa pun, Bram tidak akan tahu. Apa pura-pura saja menunggu di sana. Kebetulan masih ada beberapa orang yang mengantri.

Belum sempat mundur, petugas yang berjaga menyapanya. Puspa akhirnya mendaftar. Mungkin lebih baik periksa saja. Semoga dokter umum ini bisa memberikan obat untuk pemulihan tanpa merujuknya untuk datang ke dokter kandungan.

Tidak lama kemudian, Sony menyusul dan duduk di sebelahnya. "Semoga besok Bunda sudah sembuh. Biar bisa lihat Sony tanding."

Puspa tersenyum sambil merangkul bahu anak tirinya.

Sony menunggu di luar saat Puspa dipanggil masuk ruang pemeriksaan. Benar saja, Puspa disarankan periksa ke dokter kandungan untuk memastikan kondisinya sekarang ini. Namun ia tidak ada kepikiran kembali ke dokter kandungan. Sebab Puspa sudah diberitahu kalau janinnya sudah luruh dan tinggal menghabiskan obatnya saja.

Tergesa Puspa kembali ke mobil setelah selesai menebus obat di apotek yang bersebelahan dengan ruang praktek dokter.

"Dokter bilang Bunda sakit apa?" Sony yang bertanya.

"Hanya masuk angin."

Baru saja hendak menyalakan mesin mobil, ponsel Bram berdering. Ketegangan tercipta sesaat setelah pria itu menjawab telepon.

"Kembalikan semua barang-barang itu. Sebanyak apapun saya tidak peduli. Sudah saya tekankan diperjanjian awal. Saya berani membayar mahal karena ingin kualitas yang bagus. Kalau sudah begini, berarti mereka sengaja mau menipu.

"Return saja. Saya paling tidak suka dengan partner kerja yang tidak jujur. Padahal jelas semua kriteria barang yang kita beli dengan harga tinggi. Kalau mereka tidak terima, suruh tunggu saya pulang. Saya masih di tempat dokter dan ini mau perjalanan pulang." Bram meletakkan ponselnya di dashboard.

Mendengar ucapan suaminya, Puspa ikut tegang. Sepertinya ada masalah di gudang. Bukan tentang permasalahan itu yang ia pikirkan, tapi kata-kata Bram yang mengusik perasaan. Kalimatnya serupa sindiran untuk Puspa.

Niatnya ingin segera mengajak suaminya berbincang jadi mengendur. Sebab di gudang sepertinya ada permasalahan serius.

Hingga mobil berhenti di garasi, Bram tidak menanyakan tentang hasil pemeriksaan. Benar, dia mengantarkan ke dokter hanya bentuk tanggungjawab bukan kepedulian. Karena Bram tidak ingin tahu tentang kondisinya. Sebutan 'mas' pun sudah berganti 'aku'.

Sony terus masuk kamar, sedangkan Puspa masih duduk merenung di ruang santai. Bram langsung ke gudang. Entah gudang yang mana. Gudang belakang rumah atau ke gudangnya yang berada sekitar lima ratus meter dari rumah utama.

Puspa menghela napas panjang. Dalam situasi apapun, dirinya tidak bisa tenang.

***L***

Jam sebelas malam, Bram baru kembali ke rumah. Saat masuk kamar, ia tidak mendapati istrinya ada di sana. Mereka masih tidur di kamar yang sama meski bicara dikala sangat terpaksa. Namun malam itu kamar kosong dan masih rapi.

Next ....

Selamat membaca 🥰

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
mayank shinee
cerita saja dgn jujur tentang masa lalumu puspa lalu pergi dari rumah itu
goodnovel comment avatar
Helmy Rafisqy Pambudi
pus ngomong donk
goodnovel comment avatar
Soeparyati Sidik
mengharukan sekali....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   208. Bidadari Kecil 3

    "Bagaimana, May?" teriak Dikri. Tidak sabar menyambut Maya yang keluar dari kamar mandi malam itu."Bentar!"Dikri mondar-mandir menunggu. Dia berharap ada kabar bahagia malam ini. Sudah membayangkan memiliki anak perempuan yang cantik. Biar terobati rindunya pada Denik.Maya keluar dari kamar mandi."Bagaimana?" "Aku hamil," ucap Maya dengan suara bergetar dan netra berkaca-kaca. Menunjukkan testpack dengan garis dua di tangannya.Mata Dikri membelalak dan langsung memeluk Maya dengan erat, hampir tak percaya dengan kabar bahagia itu meski harapannya begitu besar. "Alhamdulillah."Akhirnya setelah dua bulan menikah, Maya baru hamil. Biar menepis dugaan sebagian orang kalau mereka menikah diam-diam karena Maya hamil duluan.Tidak adanya resepsi dan nikah dadakan membuat beberapa orang berprasangka buruk. Apalagi Maya seorang janda."Besok kita cek ke dokter, Mas. Baru ngasih tahu orang tua kita.""Iya." Dikri masih speechless. Tak henti ia mengucap syukur. Masih diberikan kesempatan

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   207. Bidadari Kecil 2

    "Sampai sekarang Rayyan belum tahu kalau akulah yang menghancurkan harapannya. Semoga sampai kapanpun dia nggak akan pernah tahu, Ma.""Baiklah kalau gitu. Kita nggak usah ngadain resepsi saja." Bu Ira mengelus punggung putranya sambil tersenyum. Dalam hati berdoa semoga semuanya akan baik-baik saja. Dikri dan Maya bahagia.***L***Dua bulan sudah Dikri dan Maya menjadi pasangan suami istri. Mereka tinggal di rumah orang tua Maya karena Bu Anang di Surabaya menunggui Mika yang hendak bersalin. Tiap akhir pekan mereka menginap di rumah orang tua Dikri atau berkunjung ke Surabaya.Maya membuka jendela dapur saat matahari pagi sudah menerobos masuk. Tiap selesai salat subuh, ia akan sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan. Selalu memastikan pagi mereka dimulai dengan sarapan bersama sebelum berangkat kerja. Meski sama-sama sibuk. Salah satu kebiasaan mereka adalah mengatur makan siang bersama setidaknya dua kali seminggu. Kalau Dikri ada acara di luar kantor, ia akan menjemput Maya untu

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   206. Bidadari Kecil 1

    PERNIKAHAN - Bidadari Kecil "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Di depan pintu ada Rayyan bersama Najiya yang tengah hamil besar."Hai, Ray. Ayo, masuk!" Dikri bangkit dan menyambut tamunya. Mereka jarang sekali bertemu dan berkomunikasi lewat telepon. Rayyan pasti lebih sibuk setelah menikah.Maya memperhatikan pasangan itu. Dia belum pernah melihatnya. Karena hampir kenal semua teman-teman Dikri."Nikah nggak ngabarin sih, Mas," protes Rayyan sambil bersalaman. Kemudian ia dan Najiya menyalami Maya, Pak Maksum, dan Bu Ira. Dikri mengenalkan Maya pada Rayyan dan Najiya."Mari silakan duduk," ujar Bu Ira."Maaf, rencananya kan mau tunangan dulu. Tapi kami langsung nikah siri atas saran keluarga. Baru nanti mendaftarkan pernikahan ke KUA. Kapan kalian datang?""Tadi pagi. Dan kami dikasih tahu sama Budhe. Alhamdulilah, saat berulang kali kutanyai Mas Dikri bilang nggak punya pacar. Eh tiba-tiba saja nikah. Rupanya main rahasia selama ini."Dikri tertawa. "Tanyakan ke Budhe, giman

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   205. Semalam di Telaga Sarangan 3

    "Apa dulu itu, kamu menyukai gadis lain, Dik? Makanya dengan berbagai alasan kamu menunda pernikahan kita?" Namun pertanyaan itu hanya terucap dalam dada. Dia tidak akan menanyakannya dan tidak usah tahu. Yang penting mereka sekarang berkomitmen untuk melangkah beriringan membina masa depan. Lupakan masa lalu. Sepahit apapun itu. Dirinya sudah menerima Dikri dan menerima seluruh kisahnya."Kita akan saling mencintai sampai kapanpun, May." Dikri mengecup puncak kepala istrinya. Ia menyadari betapa beruntungnya memiliki Maya. Dikri berjanji dalam hati untuk selalu menjaga Maya, melindunginya, dan menjadi suami yang setia.Maya mengeratkan pelukan. Keduanya terhanyut dalam perasaan dan tuntutan kebutuhan ragawi. Ternyata Maya sudah mengenakan gaun istimewa untuk suaminya. Membuat mereka tidak sabar untuk segera tenggelam menikmati malam pernikahan.Sarangan menjadi saksi keduanya untuk menyempurnakan hubungan. Maya tidak pernah tahu, bahwa dia bukan yang pertama bagi Dikri. "Dik, kita

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   204. Semalam di Telaga Sarangan 2

    "Setelah ini kamu dan Dikri harus mulai membahas mau tinggal di mana, May. Sebab Dikri pun sekarang menjadi anak tunggal. Jangan sampai hal begini akan jadi masalah. Kalau Mas, maunya kamu nemenin Mama," kata Bayu."Mas Bayu, nggak usah khawatir deh. Mama akan ikut aku ke Surabaya. Nungguin aku lahiran. Jangan khawatir, ada ART di rumah jadi Mama hanya duduk mengawasi saja saat kami tinggal kerja. Iya kan, Ma?" Si bungsu merangkul bahu mamanya.Sejak menikah, Mika memang mau mengajak mamanya tinggal bersama. Tapi Bu Anang menolak dengan alasan, kasihan Maya sendirian."Sekarang Mbak Maya kan sudah menikah, Ma. Ada suami yang jagain. Jadi Mama nggak perlu khawatir lagi."Bu Anang memandang Maya. Anak yang paling dekat dengannya. Dibanding dengan kedua saudaranya. Maya yang mungkin bisa dibilang kurang beruntung. Itu pun karena ada andil orang tua yang memaksakan kehendak."Nggak apa-apa Mama ikut ke Surabaya. Kalau pengen pulang ke Nganjuk kan bisa kami jemput. Pengen ke Surabaya bisa

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   203. Semalam di Telaga Sarangan 1

    PERNIKAHAN- Semalam di Telaga Sarangan "Mbak, dulu dia mengulur-ulur waktu nikahin aku. Sekarang dia maunya buru-buru. Kami nikah secepat kilat kayak habis di gropyok hansip saja.""Sssttt, jangan ngomong begitu. Memang takdir jodoh kalian baru sekarang," jawab sang kakak ipar seraya mengaplikasikan bedak di wajah Maya. "Apapun yang pernah terjadi, Mbak salut kalian bisa kembali bersama. Ini jodoh yang sempat belok arah namanya." Nafa, istrinya Bayu terkekeh. "Mbak aja kaget waktu dikabari mama.""Aku sendiri rasanya nggak percaya. Padahal aku sudah mengubur dalam-dalam harapan itu.""Kalian ini jodoh yang tertunda. Mbak doain kalian bahagia. Jangan tunda, segeralah punya momongan. Usiamu sudah tiga puluh tiga tahun, kan?"Maya mengangguk. Make up sudah selesai. Maya membuka lemarinya dan mengambil kebaya warna putih tulang. Itu baju yang ia pakai di hari pernikahan adik perempuannya. Mika. Baru setahun yang lalu, pasti masih muat. Modelnya simple, masih mewah kebaya pengantin saat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status