Share

BAB 5

Author: Izumi chouka
last update Last Updated: 2025-04-23 20:51:58

Langit mulai gelap saat Reihan memarkir mobilnya di halaman rumah. Hari ini entah kenapa dia merasa ingin pulang lebih awal. Biasanya dia menghabiskan waktu lebih lama di kantor atau bertemu Karina, tapi sore ini ada rasa gelisah yang tak bisa ia jelaskan.

Langkahnya berat saat memasuki rumah. Sepi. Hanya suara detik jam di dinding yang terdengar. Reihan meletakkan jasnya di sandaran kursi, melonggarkan dasi, lalu berjalan menuju ruang makan.

Di meja sudah terhidang makanan. Tanpa banyak pikir, ia duduk dan mulai menyendokkan nasi dan lauk ke piringnya.

Satu suapan.

Dahi Reihan langsung mengernyit.

Suapan kedua. Raut wajahnya berubah menjadi tak sabar.

“Mbak!” serunya tiba-tiba, meletakkan sendok dengan suara keras. “Mbak Sari!”

Asisten rumah tangga itu muncul dari arah dapur dengan raut wajah panik. “Iya, Tuan?”

“Apa ini?” Reihan menunjuk piring di hadapannya. “Kenapa rasanya hambar? Bahkan sambalnya pun aneh. Kamu baru masak ya?”

Dengan ragu, Mbak Sari menjawab, “Maaf, Tuan… itu memang saya yang masak hari ini.”

Reihan memijat pelipisnya. “Lalu yang kemarin-kemarin? Yang enak dan pas di lidah?”

Mbak Sari semakin gugup. “Itu… itu semua buatan Nyonya Rin, Tuan. Setiap pagi sebelum berangkat, Nyonya biasanya masak dulu. Saya hanya bantu sisanya.”

Hening. Reihan menatap makanan di hadapannya. Tiba-tiba, ada perasaan asing merayap di dalam dadanya. Jadi, selama ini makanan yang ia nikmati tanpa banyak berpikir… adalah hasil tangan Rin?

Ia menahan amarah. Bukan pada masakan, bukan pada Mbak Sari. Tapi pada dirinya sendiri.

Pintu depan terbuka. Suara langkah terdengar. Rin.

Reihan menoleh cepat, dan melihat sosok istrinya berjalan masuk sambil membawa tas kain besar. Wajah Rin terlihat letih. Ia tidak menoleh ke arah ruang makan, tidak menyapa, bahkan tidak menyadari keberadaan Reihan di sana. Ia hanya berjalan cepat menaiki tangga, langsung menuju lantai atas.

Rin.

Seolah-olah rumah ini hanya tempat singgah tanpa makna.

Tanpa berpikir panjang, Reihan bangkit dari kursinya dan mengikuti langkah Rin. Tepat sebelum pintu kamar itu tertutup, tangannya menahan daun pintu.

Rin terkejut. “Kamu?”

“Dari mana aja kamu?” Reihan bertanya, nadanya tajam. “Suka-suka kamu aja sekarang, pulang sesukanya?”

Rin menatapnya bingung, masih mencoba mencerna kemunculan Reihan yang tiba-tiba. “Aku baru dari toko. Tadi banyak belanjaan. Memangnya kenapa?”

“Kenapa?” Reihan melangkah masuk, menatap Rin dengan mata penuh emosi. “Jangan kira aku nggak lihat kamu makin seenaknya. Apa kamu pikir ini rumah kost?”

Rin menarik napas dalam-dalam, mencoba tetap tenang. “Kalau kamu ada masalah dengan Karina, jangan lampiaskan ke aku.”

Perkataan itu membuat rahang Reihan mengeras. “Jangan bawa-bawa Karina!” serunya sambil menggenggam pergelangan tangan Rin. “Aku suamimu, dan kamu masih tinggal di rumah ini!”

Rin berusaha melepaskan genggaman Reihan. Tapi genggamannya kuat.

“Lepaskan!” seru Rin, lalu menghentakkan tangannya dengan kuat. Reihan terkejut. Rin berhasil melepaskan diri.

“Aku ini bukan boneka yang bisa kamu seret ke sana kemari, Reihan!” ucap Rin dengan suara bergetar, tapi matanya menatap tajam. “Bukankah dari awal kamu yang buat aturan? ‘Jangan ikut campur urusan masing-masing’, begitu katamu, kan? Sekarang kamu mau apa?”

Reihan terdiam.

“Kalau kamu mau marah, silakan. Tapi jangan datang ke sini, ke kamarku, dan pura-pura peduli. Silakan keluar.”

Dan tanpa memberi Reihan waktu untuk menjawab, Rin membanting pintu tepat di hadapan wajahnya.

Brak!

Reihan berdiri terpaku. Nafasnya memburu, tapi bukan karena marah—melainkan karena kaget.

Untuk pertama kalinya sejak mereka menikah, Rin membentaknya. Rin melawan. Rin tidak lagi diam seperti dulu.

Ia masih berdiri di depan pintu kamar yang tertutup, tak bisa bergerak. Di dalam, mungkin Rin sudah bersandar di balik pintu itu—seperti dirinya sekarang.

Dan di antara mereka, ada dinding yang tidak kasat mata, tapi perlahan mulai terlihat jelas: dinding yang mereka bangun bersama, bata demi bata, sejak hari pertama mereka menikah tanpa cinta.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PERNIKAHAN TANPA NAMA   Bab 19

    Dengan senyum lebar yang belum pernah Fadel lihat sebelumnya, Reihan melangkah keluar dari sebuah gedung tinggi. Fadel hanya bisa menatap punggung sahabatnya dengan alis berkerut, tak habis pikir apa yang sebenarnya terjadi. Tak lama, sebuah sedan hitam berhenti di hadapan mereka. Supir langsung turun, membukakan pintu. Reihan masuk lebih dulu, diikuti Fadel yang masih sibuk menata rasa penasarannya. Di dalam mobil, suasana sempat hening. Fadel akhirnya tak tahan. “Re, bukankah lu agak berlebihan pakai jasa Richard? Dia itu pengacara top, kasus lu kan cuma perceraian,” tanya Fadel heran, menatap sahabatnya yang terlihat santai. Reihan menoleh, hanya membalas dengan senyum tipis. “Lagi pula, yang gugat kan Rin. Harusnya ini bisa cepat kelar, kalian berdua sama-sama mau pisah. Buat apa lu repot-repot?” lanjut Fadel, suaranya terdengar setengah protes. Reihan menatap keluar jendela, seolah menikmati lalu lintas siang itu, sebelum akhirnya menjawab dengan nada pelan tapi penuh

  • PERNIKAHAN TANPA NAMA   BAB 18

    Sabtu yang biasa menjadi hari istirahat bagi Reihan, kali ini terganggu oleh rengekan Karina yang terus memaksanya untuk menemaninya ke pesta kuliner yang tengah diselenggarakan di pusat kota. Karina tampak bahagia di tengah keramaian, matanya berbinar saat mencicipi makanan dan memotret suasana. Tapi tidak dengan Reihan yang justru merasa asing, seperti orang yang tersesat di tengah kerumunan.Hingga pandangannya tertuju pada sosok yang sangat familiar.Rin.Spontan, langkah Reihan bergerak tanpa sadar. Ia hendak menghampiri, namun langkahnya terhenti saat melihat pemandangan yang membuat darahnya mendidih. Rin tertawa , terlihat begitu bahagia bersama seorang laki-laki. Dan pemandangan itu semakin menusuk ketika pria itu membelai rambut Rin dengan lembut.Tanpa pikir panjang, Reihan melangkah cepat dan langsung menarik lengan Rin dengan kasar.Rin terkejut dan meringis kesakitan. "Reihan! Sakit!" serunya."Oh, jadi ini alasan kamu pergi dari rumah? Supaya bisa bebas pacaran sama lak

  • PERNIKAHAN TANPA NAMA   BAB 17

    Seminggu sudah berlalu sejak Rin meninggalkan rumah. Namun, ketegangan antara Reihan dan sang nenek, Ny. Atika, belum juga mereda. Suasana makan malam keluarga malam itu pun tak jauh berbeda, datar, canggung, dan penuh dengan percikan emosi yang tersembunyi.Ny. Atika meletakkan sendok dengan pelan, namun tajamnya sorot mata dan nada sarkastisnya lebih menusuk daripada dentingan peraknya di piring. "Sudah seminggu istrimu pergi, dan kamu masih bisa makan dengan wajah setenang itu, Reihan? Jangan-jangan kamu memang bersyukur dia pergi.”Reihan tak menunjukkan perubahan ekspresi. Ia tetap duduk tenang, menyuap makanannya seolah tak ada yang salah. “Dia pergi atas keinginannya sendiri, Nek. Bukan karena aku usir. Kalau masalah perceraian yang nenek maksud, tenang saja, aku akan mengurusnya secepat mungkin.”Ucapan itu sontak menyulut bara. Ny. Atika membentak sambil memukul meja dengan telapak tangannya. “Tidak! Kamu tidak bisa menceraikannya! Kalau kamu tetap memaksa, itu sama saja k

  • PERNIKAHAN TANPA NAMA   BAB 16

    Reihan tengah memeriksa tumpukan dokumen di atas mejanya. Garis kelelahan tampak jelas di wajahnya, namun ia tetap memaksa diri untuk fokus. Ketika suasana mulai sedikit tenang, pintu ruangannya tiba-tiba terbuka. Fadel masuk begitu saja tanpa mengetuk, seolah ruangan itu adalah miliknya sendiri.Reihan langsung mendongak dan menatap sahabatnya itu dengan tatapan tidak senang. “Setidaknya, ketuk pintu dulu sebelum masuk,” tegurnya. “Kita memang sahabat, tapi sekarang masih jam kerja.”Fadel hanya terkekeh sambil menjatuhkan diri di sofa dengan santai. “Lucu ya. Yang ngomong soal sopan santun kerja ini adalah orang yang semalam ganggu waktu istirahat orang lain gara-gara mabuk berat dan nggak bisa pulang sendiri.”Reihan mendesah, lalu menutup dokumen yang tengah ia baca. “Kalau lo datang ke sini cuma buat ngeledek soal semalam, maaf, gue sedang sibuk. Tapi kalau lo mau bahas urusan bisnis, kita bisa atur jadwal ulang.”Alih-alih tersinggung, Fadel justru tersenyum lebar dengan sorot m

  • PERNIKAHAN TANPA NAMA   BAB 15

    Jam hampir menunjukkan pukul satu dini hari ketika ponsel Fadel berdering di atas nakas. Dengan mata yang masih terpejam, tangannya meraba-raba mencari sumber suara. Setelah berhasil meraihnya, ia menjawab panggilan itu dengan suara serak."Halo?"Suara musik yang keras langsung terdengar dari seberang, disusul suara seorang pria asing yang terdengar tergesa."Halo, ini kerabat pemilik ponsel ini? Orangnya sedang mabuk berat. Bisa tolong jemput sekarang? Soalnya dia sudah mulai membuat tamu lain merasa tidak nyaman."Sekejap, rasa kantuk Fadel menguap. Ia langsung terduduk di atas ranjang dan mengumpat pelan.“Sialan... Reihan.”

  • PERNIKAHAN TANPA NAMA   BAB 14

    Karina berdiri di depan etalase sebuah toko tas mewah. Matanya menyisir satu per satu koleksi terbaru yang dipajang rapi, sementara jemarinya menunjuk tas-tas yang menarik perhatiannya. Sesekali, tawanya terdengar renyah saat ia berbicara dengan pelayan toko, ringan, penuh percaya diri, seperti dunia hanya berputar untuknya.Di sampingnya, Reihan berdiri diam. Wajahnya datar, pandangannya kosong. Jelas pikirannya tidak berada di tempat itu."Yang ini lucu ya, Han?" Karina menoleh, menunjukkan sebuah tas berwarna merah marun yang mencolok. Namun Reihan hanya melirik sekilas dan tidak menjawab. Karina mendengus pelan, tak puas dengan respons hambar itu.Tiba-tiba, suara langkah cepat terdengar dari belakang, dan dalam hitungan detik....Plak!Sebuah tamparan mendarat keras di pipi Reihan.Karina terkejut, begitu pula para pegawai toko yang menyaksikan kejadian itu. Reihan hanya diam, refleks menyentuh pipinya yang memerah. Di hadapannya berdiri Ny. Atika, neneknya, dengan wajah murka da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status