Pagi-pagi sekali, Maeera sudah duduk manis di ruang belajar bersiap untuk memulai pelajarannya.Bersama seorang wanita paruh baya berpenampilan rapi, mengenakan setelan blazer hitam dan rok pendek selutut berwarna senada, Maeera hari ini akan belajar mengenai etika.Wanita paruh baya berambut pendek, yang sekarang sedang berdiri di depannya itu, akan menjadi guru pribadinya dalam beberapa bulan kedepan. Ia akan mengajari Maeera mengenai etika dan tata krama, di mana orang-orang kaya menyebutnya manner. "Nona, tegakkan punggungmu saat berjalan," ucap wanita paruh baya itu pada Maeera, sembari memukul pelan punggung Maeera menggunakan rotan panjang. "Seperti ini?" tanya Maeera mencoba menegakkan punggungnya yang sedikit bungkuk. Posisi tegap seperti ini memang sedikit sulit bagi Maeera, ini lantaran ia terbiasa membungkukkan punggungnya untuk menggendong hasil perkebunan yang bisa berkilo-kilo beratnya."Bagus pertahankan," puji wanita paruh baya itu sembari mengangguk-anggukkan kepal
Sebuah motor sport mahal berwarna hitam metalik, terlihat parkir sembarangan di depan mansion. Dengan sebuah helm full face berwarna senada, terlihat tergeletak di atas jok motornya. Tak lama, dari dalam mansion, keluar Kai Yuta yang menggandeng paksa tangan Maeera, berjalan menuju motor mahal tersebut. "Kita mau ke mana?" tanya Maeera dengan penuh tanda tanya. Kai hanya diam lalu mengambil helm full face dari atas jok motornya. "Kau harus memakai ini agar tetap aman," ucapnya sembari merapikan rambut panjang Maeera yang berantakan terkena hembusan angin, kemudian memakaikan helm besar itu ke kepalanya. "Tapi kita—" kata-kata Maeera terputus tertelan helm besar yang masuk ke kepalanya. Kai tersenyum geli saat sura Maeera terdengar sumbang di balik helm besar itu. Sembari membungkukkan badan, Kai mulai mengaitkan pengait helm besar itu agar tak lepas. "Tak apa, kita tak akan keluar mansion menggunakan motor ini. Kau perlu memakainya agar orang-orang tak curiga kau siapa, menge
Helikopter airbus seharga 400 miliar itu, akhirnya mendarat di sebuah landasan helipad di pusat kota Bulan. Beberapa pria berjas hitam nampak lari tergopoh-gopoh menghampiri Maeera, begitu gadis manis itu turun dari helikopter."Mari nona, kami antar anda ke mobil. Tuan muda akan menyusul anda nanti," ucap seorang pria berjas hitam yang menjemputnya.Maeera menganggukkan kepala kemudian mengikuti pengaturan pria berjas hitam itu untuk masuk ke mobil sedan hitam yang telah tersedia.Tak dipungkiri, sejak bertemu dengan Kai Yuta, hidupnya di Lotus Mansion menjadi sedikit lebih bahagia. Setidaknya, bersama Kai Yuta, ia tak merasa dikejar-kejar oleh rasa takut dan bersalah karena telah masuk ke pernikahan yang salah. Ia juga bisa menjadi dirinya sendiri, tanpa harus terus berpura-pura menjadi nona muda Avani Lie.Ia juga bisa merasakan bagaimana rasanya di lindungi dan dipercayai oleh seorang pria, yang mana sebagai seorang yatim piatu miskin, ia belum pernah merasakannya.Berbeda saat be
Cinta adalah sebuah kata universal yang bisa menyatukan berbagai perbedaan di dunia. Tapi benarkah demikian adanya? Tentu saja tidak jawabannya. Kau hanya bisa menemukan cinta yang sempurna tanpa celana di dongeng dan drama. Di kehidupan nyata, cinta hanya sebuah ilusi perasaan manusia. Memang banyak hal berbeda bisa bersatu karena cinta, tapi tak jarang pula banyak hal yang sama justru berpisah karena cinta. Seperti halnya semua dualitas di dunia ini, cinta bisa menyatukan tapi juga memisahkan. Kebanyakan manusia hanya terjebak pada cinta romantis atau yang biasa disebut fase jatuh cinta. Biasanya fase jatuh cinta ini sangat memabukkan, tapi umurnya sangat pendek, rata-rata hanya 6-8 bulan saja. Setelah itu rasa di antara keduanya akan berubah menjadi, biasa-biasa saja. Hanya sebuah ketertarikan tak pernah menjadi keterikatan. "Apa kau pernah mendengar kata, jatuh cinta pandangan pertama," tanya Kai Yuta. "Hmm..." Maeera menganggukkan kepalanya, terlihat ia memainkan kelopa
Setelah seharian berkeliling taman bermain bersama Kai Yuta, Maeera pulang ke mansion saat malam sudah mulai tiba. Berjalan mengendap-endap, gadis manis itu kembali ke kamarnya berharap suami palsunya, Gin Yuta, belum pulang dari kerja. Pelan-pelan .... ia buka pintu kamarnya .... "Kau dari mana saja?" suara besar dari belakang pintu itu mengejutkannya.Ternyata, suami palsunya, Gin Yuta, sudah berdiri mematung di belakang pintu kamarnya. Sepertinya ia sengaja menunggu kedatangan Maeera. Maeera berjingkat, ia terkejut mendengar suara suaminya. Untungnya ia telah menyiapkan sederet alasan untuk mengelabuinya. "A-ak-ku dari bawah, berjalan-jalan di taman mencari udara segar," kilah Maeera. "Tenang saja, aku memakai masker, jadi tak ada yang mengenaliku," jawab Maeera senatural mungkin untuk menutupi kegugupannya. Gin terdiam mendengar jawaban Maeera, begitu pula Maeera. Dia diam membisu menunggu umpan balik dari suaminya. Dadanya berdegup kencang, ia takut jika Gin mengetahu
Maeera terdiam melihat amarah suami palsunya, Gin Yuta. Baru kali ini ia melihat pria buta itu melampiaskan amarahnya, dengan sebuah ekspresi kemarahan yang nyata.Biasanya, pria itu akan menyembunyikan kemarahannya atau mengekspresikannya dengannya cara yang sedikit berbeda dari manusia normal pada umumnya. Ia lebih suka menunjukkan kemarahannya dengan cara menggoda atau memanipulasi perasaan lawannya."Kenapa dia sangat marah padaku?" gumam Maeera pelan. Gadis manis itu tak mengerti, mengapa Gin Yuta begitu terluka saat ia menolak pemberiannya, dan kemarahannya semakin meledak saat dirinya dibandingkan dengan adik tirinya, Kai Yuta. "Oh, sepertinya aku tau!" celetuk Maeera. Gadis manis itu tiba-tiba teringat dengan tetangganya di desa. Sepasang kakak beradik yang tak begitu jauh terpaut usianya. Keduanya sering bertengkar jika merasa ibunya terlalu memperhatikan salah satu di antara mereka. Mengingat tingkah Gin Yuta sama persis dengan anak tetangganya, kini Maeera yakin, ego sua
Sango Side Manor.Bangunan megah bergaya Eropa itu, terlihat berdiri tegak dan kokoh di tengah terpaan kencang angin Samudra Hindia, yang akhir-akhir ini kerap menjadi badai.Setiap kali badai datang, pulau kecil itu akan berubah menjadi pulau mati.Sunyi, sepi, seperti tak berpenghuni. Para pria yang biasanya berjaga-jaga di sekitar dermaga, akan memilih pulang ke rumah-rumah mewah yang tersedia di seluruh pulau, atau bagi mereka yang bertugas, akan tinggal di ruang bawah tanah yang berada tak jauh dari dermaga. Mereka akan berjaga-jaga, bila sewaktu-waktu ada serangan mendadak saat badai tiba. Jelang akhir musim kemarau, angin Samudra Hindia, memang berhembus lebih kencang dari biasanya. Ini karena sebentar lagi, musim hujan akan tiba di daratan utama. Membuat cuaca di laut tak menentu dan sulit di prediksi. Karena cuaca di luar kurang begitu bersahabat, Avani Lie, lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kastil super besar itu dibandingkan berjalan-jalan di luar. Sejak terak
Di sebuah padang savana tak jauh dari bangunan utama Sango Side Manor, terlihat Rin Leung sedang duduk bersantai di sebuah gubuk sederhana, ditemani seekor macan kumbang hitam atau yang lebih dikenal dengan nama Black Panther.Kucing besar berjenis kelamin jantan berusia sekitar lima tuhan itu, terlihat sedang merebahkan dirinya di pangkuan sang mafia. Ia terlihat senang saat kepalanya di belai lembut oleh pria tampan itu. "Katakan! Kau sudah mendapatkan info mengenai wanita yang bersama putra grup Liong itu?" tanya Rin pada seorang pria muda yang berdiri di sampingnya. Pria muda itu mengangguk. "Ya!! Kami sudah mendapatkan beberapa info tambahan bos," ucap pria muda yang memakai coat berwarna cokelat tua itu.Ia melirik kucing besar yang sedang merebahkan dirinya di pangkuan bosnya sembari menjilati bulu-bulunya."Katakan!!" seru Rin. Pandangan matanya lurus kedepan ke arah tiga orang penjaga yang sedang bekerja membersihkan savana. Terlihat salah satu di antara mereka melemparka