Malam pertama kami lalui dengan saling diam saja, sampai pagi menjelang. Agak canggung sebenarnya keluar dari kamar, menyapa mertua dan tetap berpura-pura membaur dengan keluarga. Aku tetap ramah, dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, berkenalan dengan orang-orang yang belum kukenal dan membaur menjadi satu sebagai kerabat mereka, jujur itu menyenangkan juga.Ketika berdua saja sebenarnya aku masih ingin membahas tentang Tania, tapi, khawatir bahwa hal itu akan membuat Mas Randi tersinggung dan tidak senang, kadi aku menahan diri untuk tidak banyak bicara lagi.Begitulah, hari-hari yang kuhabiskan sebagai istri dari seorang Randy berjalan normal dan bahagia seperti pasangan pada umumnya.Sampai kami pindah ke rumah sendiri di sebuah kompleks yang cukup tenang dan bagus.Hari-hariku juga berjalan biasa,bangun pagi saling menyapa dan sarapan, berangkat kerja bersama, pulang pun dijemput dia, lalu kami akan berjalan-jalan untuk menghabiskan senja, pulang ke rumah, memasak pasta
"Hadiah apa maksudmu?" tanyaku heran."Hadiah yang baru saja terjadi," bisiknya sambil tertawa."Jadi itu perbuatanmu?"Iya, Tapi sayangnya jika kau memberitahu pada Mas Randy mungkin dia tidak akan mempercayai omonganmu karena saat ini hubungan kami sudah membaik," ucapnya sambil melenggang santai.Ada perasaan panas yang merebak di dalam hatiku, aku sangat ingin memberi wanita itu pelajaran karena telah hampir merusak merusak acara pernikahanku, tapi entah apa yang harus kulakukan.Suamiku dari seberang sana melambaikan tangan dan memintaku mendekat untuk menyalami tamu yang hendak pergi."Pergi dan temui suamimu, nikmatilah hidup bahagia dengannya, itu ... kalau kau bisa," ucapnya sinis."Kau pikir aku lemah dalam menghadapi manusia jahat sepertimu, kau hanya menyaksikan seperempat dari apa yang bisa kulakukan, kalo aku marah maka tamatlah riwayatmu!""Salah sendiri kau merebut suamiku!"Aku yang hendak mendekati Mas Randy langsung membalikkan badan dan mendaratkan sebuah tamparan
Semuanya sudah siap, tenda mewah, baju pengiring pengantin dan seragam keluarga sudah dikenakan oleh para anggota keluarga yang akan mendampingi kami. Begitu juga penampilanku yang sudah siap dengan sanggul dan kebaya, siap menghadapi akad pernikahan dan menjadi seorang istri bagi pria yang aku sukai.Tapi sejak tadi aku tidak melihat Mas Randy mungkin dia masih sibuk bersiap-siap atau entah di mana tapi sepanjang hari ini dia belum mengirimkan pesan atau menyapa, padahal kami berada di lokasi yang, hotel tempat kami akan melangsungkan akad nikah dan resepsi."Kamu sudah siap Kak?"tanya Adik Mas Randy yang datang menghampiri."Iya, sudah siap, Mas Randinya mana?""Lagi siap-siap di kamar sebelah, Mbak nggak sabar buat ketemu ya?" godanya sambil tertawa."Ah, kamu bisa aja," jawabku tersipu.Tak lama kemudian ibu dan ayah datang lalu memelukku dengan penuh kasih sayang."Selamat ya selamat Nduk," ucap ayah sambil mengusap sudut matanya."Terima kasih ayah atas dukungannya," jawabku."
Karena merasa tidak enak dan pikiranku terus bergelayut tentang Tania yang telah mengikuti kami dan mengawasi kami dari jauh aku akhirnya menelepon Mas Randy sepulang dari tempat kerja."Halo calon istriku," sapanya dari seberang sana."Halo Mas, aku ingin membicarakan sesuatu," balasku."Katakan saja tanpa sungkan.""Aku melihat Tania mengikuti kita ke kantor tadi dan dia mengawasi caramu berpamitan denganku lalu setelah itu mobilnya mundur meninggalkan halaman kantor ku.""Sungguhkah Aku tidak tahu sama sekali tentang itu," jawabnya."Iya, aku memberi tahu, agar kau tahu Mas.""Kira-kira kenapa ya petani yang melakukan itu?" tanyanya dengan nada heran."Entahlah, Mas, aku berharap dia hanya ingin melihat kebahagiaan kita saja.""Aku tangkap dari cara bicaranya dia pun tulus ingin melihat kita bahagia lalu bagaimana mungkin dia berencana untuk membuat kekacauan lagi?""Tapi aku nggak tau Mas dia adalah mantan istrimu, kau lebih tahu sifatnya dengan detil daripada aku.""Iya, tapi mes
Lima hari menuju pernikahan kami, persiapan sudah hampir 80% meliputi, lokasi acara, pakaian, dekorasi dan persiapan katering."Nduk, kalau mau pergi kerja hati-hati ya soalnya kamu kan calon pengantin takut ada apa-apa," bisik Ibu ketika aku hendak berangkat kerja."Ya Bu Jangan khawatir nanti Wanda akan jaga diri kok," jawabku sambil tertawa."Entah mengapa pernikahanmu yang kali ini membuat Ibu begitu bahagia dan antusias, seolah-olah Ibu telah diberi sebuah kabar baik dari Tuhan, sehingga tanpa alasan yang berlebihan ibu sangat bahagia," ucapnya dengan mata berbinar."Alhamdulillah semoga apa yang ibu rasakan adalah firasat baik untuk kita," jawabku sambil masuk ke dalam mobil."Iya, Nduk, hati hati ya."Kok mundurkan mobil dan langsung memutar kemudi menuju jalan utama dan meluncur ke kantorku.Lagi asik mengendarai mobil sambil mendengarkan tayanga radio dari media mobil, tiba-tiba ponselku berdering dan nama yang selalu membuat dadaku berdegup kencang ketika membaca hurufnya, t
Akhirnya aku bisa menjebak wanita itu dengan ucapan pahit, setelah mempermalukanku tempo hari di depan calon ibu mertua dan beberapa wanita di toilet pusat perbelanjaan, kini aku mampu menemukannya dengan kalimat yang menyakitkan.Kenyataannya memang demikian, dia yang sudah tergila-gila sendiri kepada mantan suaminya, sementara Mas Rendy sendiri sudah tidak menginginkan dia lagi.Alangkah bodohnya dia, sampai datang dan mengusikku yang notabene tidak bersalah?Posisiku adalah wanita yang dilamar sesudah dia menduda, Aku bukan pelakor seperti yang dituduhkan selama ini karena aku tidak hadir diantara mereka berdua ketika masih berada dalam ikatan sah perkawinan."Ah, manusia ada-ada saja."*Pukul sepuluh siang, Resepsionis datang dari loby memberi tahu jika aku kedatangan tamu."Siapa?""Sepertinya Orang yang sering mendatangi Ibu," jawabnya."Laki-laki atau perempuan?""Calon suami Ibu."Aku cukup membulatkan mata mendengarnya, dari mana dia mengetahui bahwa pria itu akan menikahik