Share

7

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-02 09:30:07

Keesokan hari, aku tahu bahwa wanita itu meninggalkan kota sebelah setelah menghabiskan malam dengan Mas Derry, dia berangkat beberapa waktu yang lalu, sehingga aku memutuskan untuk menunggunya di unit miliknya.

Jangan tanya cara aku masuk ke dalam sana, aku sudah punya seseorang yang bisa melakukan apapun dalam kesenyapan.

Satu jam berlalu dan pintu apartemen terdengar dibuka. Wanita itu menyalakan lampu dan alangkah terkejutnya dia mendapatiku sudah duduk santai di sofa miliknya.

"Ya ampun, Ibu ...."

"Apa? Kenapa kamu terkejut?" tanyaku sambil tertawa sinis.

"Aku ... anu ... hanya heran saja, Ibu kok bisa masuk ke unit saya?"

"Bisa aja, tapi bukankah seharusnya saya yang balik bertanya," ujarku.

"Ma-maksud i-ibu bagaimana?" tanyanya setengah pucat dan memundurkan badannya.

"Dari mana kamu?" tanyaku sambil mendekat.

"A-aku dari rumah ibuku," jawabnya.

"Di mana rumah ibumu?"

"Di Binangun," balasnya.

"Bukankah, Ibumu sudah lama meninggal?"

Kali ini ia tak sanggup berkelit lagi. Ia terus mundur hingga kakinya tersangkut di pinggiran karpet dan tersungkur.

"Jujur saja, kau baru bertemu suamiku, kan?"

Kuhampiri dia dan kujambak rambutnya kuat, lalu menampar wajahnya berkali-kali hingga paras yang putih itu berubah menjadi kemerahan.

"Auh, ampun, Mbak," ratapnya.

Ia menjerit dan menangis sejadi-jadinya, ia kupukuli dan tak bisa melawan selain menjerit dan melolong sakit. Entah terlalu lemah atau sengaja aku tak peduli, yang pasti amarahku sudah memuncak dan kutarik rambutnya ke kanan dan kuseret dia dengan keras sehingga sesekali tubuh langsing itu menabrak perabotan.

Kubawa dia ke dapur, kuhempas tubuhnya hingga menabrak lemari lalu kunyalakan keran air, menarik selang pencuci piring yang bisa diulur kemudian menyiramkan ke wajah si pelakor.

Tentu, ia gelagapan disiram dengan cara demikian hingga semakin memekik minta dihentikan.

"A-ampun, Mbak," ratapnya.

"Dengar ya, aku memberimu kesempatan untuk bekarja di dekatku bukan agar kau semakin menggoda Mas Derry, tapi agar kau sadar dan berhenti memeras suami orang, tapi nyatanya kau memang tidak tahu diri," ujarku sambil memecahkan sebuah piring dan memungut salah satu pecahannya.

Kuarahkan kepingan beling itu ke lehernya sedang dia semakin ketakutan hingga menjinjitkan kakinya.

"Jangan sampai aku kehabisan kesabaran menghadapimu, karena kau bisa habis," desisku.

"Jangaaaan, tolong ...." Ia mengerang takut sambil menangkupkan kedua tangannya ke depan dada.

"Jangan temui suamiku lagi, jangan pernah menemui dia," ujarku sambil membenahi blazerku lalu pergi dari tempat itu.

*

Setelah wanita itu, orang berikutnya yang harus kuberi pelajaran adalah Mas Derry. Akan kutunggu ia kembali dari luar kota.

Andai bisa, ingin sekali kupermalukan dia di depan semua orang agar jera dan tak mengulangi perbuatannya.

Namun, aku ragu, selain itu, sejujurnya aku masih ingin mempertahankan rumah tangga. Tapi harapanku akan tidak masuk akalnjika Mas Derry yang diberi pengertian malah tidak pernah sadar.

Jika aibnya kuungkap, maka aku pun akan ikut malu karena orang yang saat ini paling dekat dengannya adalah istrinya, aku.

Pastinya, aku akan dituding tak mampu menjaga rumah tanggaku, tak mampu melayani suami hingga suami berselingkuh dan banyak tuduhan serta cibiran kejam lainnya.

*

Dia kembali tepat ketika aku sedang memasak untuk hidangan sore, dia menyapaku setelah meletakkan sepatunya di rak penyimpanan dan langsung menghampiri ke dapur.

"Aku sudah menyelesaikan tugas darimu, Sayang," ujarnya dengan senyum lebar seolah tak pernah terjadi apa-apa.

"Oh, begitu? Aku senang jika kau sudah membereskannya," jawabku.

"Aku sangat lelah," ujarnya sambil membuka tutup panci dan berusaba mencicipi masakanku.

"Pergilah mandi dan kita akan makan sambil membicarakannya nanti," ujarku.

"Kamu terlihat cantik Sayang," bisiknya sambil berusaha memelukku.

"Jangan memelukku sebelum kau mandi, kau harus ingat ini masih masa pandemi," balasku sambil mendorong tubuhnya.

Aku masih benci, namun berusaha bersikap tenang, aku lelah marah dan bersikap kasar, jadi kali ini kuputuskan untuk bersikap elegan dan tetap akan memberinya pelajaran.

*

"Aku sudah menemui kepala pemasaran dan memintanya untuk meningkatkan target penjualan," ujarnya ketika kami sudah duduk berhadapan di depan meja makan.

"Selain itu, apa yang kamu lakukan?" tanyaku sambil mengaduk makanan di piring.

"Aku juga mengawasi gudang," balasnya sambil menyuapkan nasi dengan semangat ke mulutnya.

"Kamu yakin tidak melakukan hal lain?"

Ia terdiam, menatapku lalu meletakkan sendoknya di meja makan.

"Apa maksudmu?"

"Apa kau yakin tidak melakukan hal lain di luar pengetahuanku?"

"Ti-tidak, lagipula kalau aku melakukan sesuatu kau pasti akan tahu," jawabnya pelan.

"Kalo aku tahu, apa yang bisa kau katakan sebagai penjelasan?"

Kali ini ia tak mampu menjawab pertanyaanku, wajahnya memucat dan tak bisa mengucap sepatah kata pun.

"Apa yang akan kamu katakan sebagai argumen, Mas. Aku ingin marah tapi, aku akan bersikap baik dan mengajakmu bicara dari hati ke hati. Katakan sejujurnya mengapa kau masih nekat melakukan itu?"

"Apa maksudmu?"

"Kau bertemu Firda kan?"

"Ti-tidak."

"Jangan bohong!"

"Anu ... kebetulan dia di sana untuk menjenguk neneknya," jawabnya pelan.

"Kebetulan dia juga mengatakan bahwa sedang menjenguk ibunya di kota itu, mana yang benar?" cecarku.

Dia terdiam sambil terus menerus menelan ludah. Lama kami bertatapan hingga ia berani megucapkan kata maaf.

"Maafkan aku ...."

"Aku hanya ingin tahu, apa kamu ingin bercerai dariku?"

"Tidak." Ia menggeleng cepat.

"Jika begitu, kenapa kamu terus gencar berselingkuh?"

"Aku hanya ...."

"Kau tak puas denganku? Ataukah aku pernah menyakitimu?"

"Aku ... tidak sengaja," jawabnya.

"Dan kau pikir aku akan semudah itu percaya bahwa kau tidak sengaja berselingkuh? Yang benar saja, Mas? kau menghubungi Firda dan menyuruhnya datang, lalu kalian memadu asmara di hotel? Apa itu ketidaksengajaan?"

"Aku minta maaf, tapi sungguh aku masih ingin bersamamu," balasnya pelan.

"Kamu tidak berfikir ketika mengatakan kalimat itu?" tanyaku yang tak percaya dengan respon santainya, seolah-olah tidak berdosa.

"Aku malu, sungguh, tapi aku masih ingin kita tetap bersama dalam pernikahan ini," balasnya sambil menatap mataku.

Tentu, aku tertawa getir mendengar jawaban sempurnanya. Dia memang serakah, dalam artian dia ingin memilikiku sekaligus Firda.

"Kamu harus memilih, Mas. Meski aku bukan barang yang harus dipertimbangkan, namun aku juga ingin bahagia dan dibahagiakan, terutama oleh suami sendiri," jawabku.

"Maaf karena tidak menjadi sosok panutan dan menyakitkan hatimu," ujarnya sembari menundukkan kepala.

"Aku bisa memaklumi semua itu, mungkin kau menjadikanku pelampiasan atas sakit hati karena prestasi kerjamu yang tidak kunjung berkembang, kau sakit hati karena aku jarang punya waktu untukmu da lebih sibuk dengan pekerjaan, iya 'kan?"

"Bu-bukan begitu ...."

"Aku bisa menangkap bahwa kau setuju dengan argumenku," selaku.

"Aku sungguh minta maaf," ujarnya dengan wajah cemas.

"Kita bercerai saja, karena sangat sulit menyatukan ikatan setelah pengkhianatan." Aku bangkit dan beranjak meninggalkannya pergi dari meja makan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PESANAN ONLINE (Paket untuk selingkuhan terkirim ke istri)    37

    Malam pertama kami lalui dengan saling diam saja, sampai pagi menjelang. Agak canggung sebenarnya keluar dari kamar, menyapa mertua dan tetap berpura-pura membaur dengan keluarga. Aku tetap ramah, dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, berkenalan dengan orang-orang yang belum kukenal dan membaur menjadi satu sebagai kerabat mereka, jujur itu menyenangkan juga.Ketika berdua saja sebenarnya aku masih ingin membahas tentang Tania, tapi, khawatir bahwa hal itu akan membuat Mas Randi tersinggung dan tidak senang, kadi aku menahan diri untuk tidak banyak bicara lagi.Begitulah, hari-hari yang kuhabiskan sebagai istri dari seorang Randy berjalan normal dan bahagia seperti pasangan pada umumnya.Sampai kami pindah ke rumah sendiri di sebuah kompleks yang cukup tenang dan bagus.Hari-hariku juga berjalan biasa,bangun pagi saling menyapa dan sarapan, berangkat kerja bersama, pulang pun dijemput dia, lalu kami akan berjalan-jalan untuk menghabiskan senja, pulang ke rumah, memasak pasta

  • PESANAN ONLINE (Paket untuk selingkuhan terkirim ke istri)    36

    "Hadiah apa maksudmu?" tanyaku heran."Hadiah yang baru saja terjadi," bisiknya sambil tertawa."Jadi itu perbuatanmu?"Iya, Tapi sayangnya jika kau memberitahu pada Mas Randy mungkin dia tidak akan mempercayai omonganmu karena saat ini hubungan kami sudah membaik," ucapnya sambil melenggang santai.Ada perasaan panas yang merebak di dalam hatiku, aku sangat ingin memberi wanita itu pelajaran karena telah hampir merusak merusak acara pernikahanku, tapi entah apa yang harus kulakukan.Suamiku dari seberang sana melambaikan tangan dan memintaku mendekat untuk menyalami tamu yang hendak pergi."Pergi dan temui suamimu, nikmatilah hidup bahagia dengannya, itu ... kalau kau bisa," ucapnya sinis."Kau pikir aku lemah dalam menghadapi manusia jahat sepertimu, kau hanya menyaksikan seperempat dari apa yang bisa kulakukan, kalo aku marah maka tamatlah riwayatmu!""Salah sendiri kau merebut suamiku!"Aku yang hendak mendekati Mas Randy langsung membalikkan badan dan mendaratkan sebuah tamparan

  • PESANAN ONLINE (Paket untuk selingkuhan terkirim ke istri)    35

    Semuanya sudah siap, tenda mewah, baju pengiring pengantin dan seragam keluarga sudah dikenakan oleh para anggota keluarga yang akan mendampingi kami. Begitu juga penampilanku yang sudah siap dengan sanggul dan kebaya, siap menghadapi akad pernikahan dan menjadi seorang istri bagi pria yang aku sukai.Tapi sejak tadi aku tidak melihat Mas Randy mungkin dia masih sibuk bersiap-siap atau entah di mana tapi sepanjang hari ini dia belum mengirimkan pesan atau menyapa, padahal kami berada di lokasi yang, hotel tempat kami akan melangsungkan akad nikah dan resepsi."Kamu sudah siap Kak?"tanya Adik Mas Randy yang datang menghampiri."Iya, sudah siap, Mas Randinya mana?""Lagi siap-siap di kamar sebelah, Mbak nggak sabar buat ketemu ya?" godanya sambil tertawa."Ah, kamu bisa aja," jawabku tersipu.Tak lama kemudian ibu dan ayah datang lalu memelukku dengan penuh kasih sayang."Selamat ya selamat Nduk," ucap ayah sambil mengusap sudut matanya."Terima kasih ayah atas dukungannya," jawabku."

  • PESANAN ONLINE (Paket untuk selingkuhan terkirim ke istri)    34

    Karena merasa tidak enak dan pikiranku terus bergelayut tentang Tania yang telah mengikuti kami dan mengawasi kami dari jauh aku akhirnya menelepon Mas Randy sepulang dari tempat kerja."Halo calon istriku," sapanya dari seberang sana."Halo Mas, aku ingin membicarakan sesuatu," balasku."Katakan saja tanpa sungkan.""Aku melihat Tania mengikuti kita ke kantor tadi dan dia mengawasi caramu berpamitan denganku lalu setelah itu mobilnya mundur meninggalkan halaman kantor ku.""Sungguhkah Aku tidak tahu sama sekali tentang itu," jawabnya."Iya, aku memberi tahu, agar kau tahu Mas.""Kira-kira kenapa ya petani yang melakukan itu?" tanyanya dengan nada heran."Entahlah, Mas, aku berharap dia hanya ingin melihat kebahagiaan kita saja.""Aku tangkap dari cara bicaranya dia pun tulus ingin melihat kita bahagia lalu bagaimana mungkin dia berencana untuk membuat kekacauan lagi?""Tapi aku nggak tau Mas dia adalah mantan istrimu, kau lebih tahu sifatnya dengan detil daripada aku.""Iya, tapi mes

  • PESANAN ONLINE (Paket untuk selingkuhan terkirim ke istri)    33

    Lima hari menuju pernikahan kami, persiapan sudah hampir 80% meliputi, lokasi acara, pakaian, dekorasi dan persiapan katering."Nduk, kalau mau pergi kerja hati-hati ya soalnya kamu kan calon pengantin takut ada apa-apa," bisik Ibu ketika aku hendak berangkat kerja."Ya Bu Jangan khawatir nanti Wanda akan jaga diri kok," jawabku sambil tertawa."Entah mengapa pernikahanmu yang kali ini membuat Ibu begitu bahagia dan antusias, seolah-olah Ibu telah diberi sebuah kabar baik dari Tuhan, sehingga tanpa alasan yang berlebihan ibu sangat bahagia," ucapnya dengan mata berbinar."Alhamdulillah semoga apa yang ibu rasakan adalah firasat baik untuk kita," jawabku sambil masuk ke dalam mobil."Iya, Nduk, hati hati ya."Kok mundurkan mobil dan langsung memutar kemudi menuju jalan utama dan meluncur ke kantorku.Lagi asik mengendarai mobil sambil mendengarkan tayanga radio dari media mobil, tiba-tiba ponselku berdering dan nama yang selalu membuat dadaku berdegup kencang ketika membaca hurufnya, t

  • PESANAN ONLINE (Paket untuk selingkuhan terkirim ke istri)    32

    Akhirnya aku bisa menjebak wanita itu dengan ucapan pahit, setelah mempermalukanku tempo hari di depan calon ibu mertua dan beberapa wanita di toilet pusat perbelanjaan, kini aku mampu menemukannya dengan kalimat yang menyakitkan.Kenyataannya memang demikian, dia yang sudah tergila-gila sendiri kepada mantan suaminya, sementara Mas Rendy sendiri sudah tidak menginginkan dia lagi.Alangkah bodohnya dia, sampai datang dan mengusikku yang notabene tidak bersalah?Posisiku adalah wanita yang dilamar sesudah dia menduda, Aku bukan pelakor seperti yang dituduhkan selama ini karena aku tidak hadir diantara mereka berdua ketika masih berada dalam ikatan sah perkawinan."Ah, manusia ada-ada saja."*Pukul sepuluh siang, Resepsionis datang dari loby memberi tahu jika aku kedatangan tamu."Siapa?""Sepertinya Orang yang sering mendatangi Ibu," jawabnya."Laki-laki atau perempuan?""Calon suami Ibu."Aku cukup membulatkan mata mendengarnya, dari mana dia mengetahui bahwa pria itu akan menikahik

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status