Tengah malam Arum terbangun dari tidurnya.Arum mengelus perutnya yang terasa lapar, semenjak hamil Arum mudah sekali merasa lapar.Arum melihat jam di dinding, sudah jam satu malam.Arum berpikir sejenak, apa dia harus ke dapur untuk mencari makan.Kalau malam seperti ini, sepertinya orang-orang sudah tidur semua.Jadi Arum bisa ke dapur dengan bebas. Karena rasa lapar Arum sudah tidak bisa di tahan lagi.Arum buru-buru turun dari ranjangnya.Dia mengambil sweater dulu, karena malam ini rasanya sangat dingin.Untung lah Diana memberi Arum beberapa baju. Baju Diana yang sudah tidak dia pakai lagi, Bu Lina juga memberikan Arum beberapa baju hamil.Makanya Jack tidak pernah menyobek baju Arum lagi. Karena baju yang Arum kenakan sudah lumayan bagus sekarang.Arum pun segera keluar dari kamarnya, Arum berjalan mengendap-endap seperti maling.Arum takut kalau nanti dia ketemu sama Jack.Jangan sampai Arum ketemu sama Jack.Arum terus berdoa dalam hatinya, Arum hanya ingin makan tuhan.Arum
Arum dan Diana sekarang sedang membersihkan taman yang ada di depan Mansion Jack."Di..." Panggil Arum ke Diana.Namun Diana tak kunjung menjawab.Arum pun menoleh ke arah Diana yang sedang berdiri di sebelah nya.Arum mengerutkan keningnya saat melihat Diana malah senyum-senyum sendiri.Arum ikut menoleh kemana arah Diana melihat."Arnold..." Ucap Arum saat melihat Arnold lah yang Diana lihat, sampai senyum-senyum sendiri begitu.Arnold sedang mencuci mobil di depan.Arum kembali menoleh ke arah Diana, dan Diana masih saja senyum-senyum sendiri."DIANA..." Panggil Arum cukup kencang."I...iya kenapa Rum?" Barulah Diana sadar."Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" Tanya Arum heran."Hehehe..." Diana malah tertawa, dia menggaruk lehernya yang tidak gatal."Kamu lihat deh Arnold..." Ucap Diana dengan menunjuk Arnold."Kenapa?" Tanya Arum ikut melihat ke arah Arnold.Memang ada apa dengan Arnold."Ganteng ya..." Ucap Diana dengan tersenyum.Arum hampir tertawa dibuatnya saat mendengar ucap
Setiap Arum bejalan menuju kamar Jack, pasti jantungnya berdebar tak karuan.Perasaannya selalu terasa tidak enak, ketika bersangkutan dengan Jack.Jack itu sangat menyeramkan menurut Arum.Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah menjadi tugasnya. Jadi mau tidak mau Arum harus tetap mengerjakannya.Arum telah tiba di depan pintu kamar Jack. Arum berhenti sejenak untuk mengumpulkan keberaniannya sebelum masuk ke dalam kamar Jack."Huh..." Arum menghembuskan napasnya berat.Masuk kedalam kamar Jack, bagaikan masuk ke dalam kadang singa saja.Setelah cukup berani Arum pun membuka pintu kamar Jack.Ceklek.Arum pun membuka pintu kamar Jack dengan pelan, Arum langsung masuk kedalam dengan perlahan lalu menutup pintunya lagi.Arum menoleh mencari keberadaan Jack.Arum menyipitkan matanya saat melihat ranjang Jack. Jack masih berbaring di ranjangnya."Tumben..." Ucap Arum lirih.Tumben Jack belum bangun jam segini, biasanya setiap pagi Arum datang ke kamar Jack, pasti pria itu sudah bangun lebih
Arum memeras handuk yang dia masukan ke dalam bak berisi air hangat.Setelah merasa cukup kering, Arum langsung menaruh kain itu di dahi Jack.Panas Jack belum juga turun, semoga setelah di kompres begini panasnya segera turun.Dan setelah marah-marah dengan Arum tadi, Jack langsung tidur lagi. Sampai sekarang belum bangun.Tapi bagi Arum, lebih baik Jack tidur saja daripada bangun, membuat Arum takut.Arum memperhatikan wajah Jack yang sedang terlelap."Kalau sedang tidur begini, dia tidak tampak jahat..." Ujar Arum.Jack terlihat menyeramkan ketika dia buka matanya saja. Tapi ketika tidur begini, wajah Jack terlihat damai.Padahal warna mata Jack itu bagus, coklat terang. Tapi karena Jack selalu melotot, dan tidak pernah tersenyum makanya terlihat serem.Arum memperhatikan setiap sudut wajah Jack.Hidung mancung, alis tebal, rahang yang kokoh."Tampan..." Ucap Arum tanpa sadar memuji ketampanan Jack."Tapi sayang bajingan..." Ujar Arum lagi sedikit lirih.Takut Jack mendengar ucapan
Arnold menganggukkan kepalanya."Tanya saja.." ucap Arnold tidak keberatan.Arum mengibaskan tangannya, menyuruh Arnold untuk mendekat ke arahnya.Arnold mengerutkan keningnya bingung, namun walaupun begitu dia tetap mendekat ke arah Arum."Kita ngomongnya pelan-pelan aja ya..." Ucap Arum dengan berbisik."Kenapa?" Tanya Arnold heran."Karena aku mau ngomong soal Tuan Jack, takutnya ada pelayan lain yang denger, nanti kita di laporin lagi ke Tuan Jack, karena udah gosipin dia..." Ujar Arum.Tau sendiri di Mansion ini banyak kuping dimana-mana. Dan gosip gampang sekali tersebar."Oke.." ujar Arnold setuju."Katanya kamu kan sudah lama kerja disini.." ucap Arum."Iya,.terus..." Ujar Arnold."Aku mau tanya soal Ibunya Tuan Jack, dimana dia? Selama aku disini aku tidak pernah melihatnya.." Tanya Arum, masih dengan berbisik."OOO..." Ucap Arnold ber oh ria.Jadi soal itu yang mau Arum tanyakan."Dia sudah meninggal..." Ujar Arnold lagi.Arum menganggukkan kepalanya.Sudah Arum duga, kalau
Arum menatap bubur yang sudah berserakan di lantai.Bubur yang sudah dia buat susah payah, harus berakhir sia-sia.Sementara Jack hanya menatap Arum tidak minat, lalu dia kembali menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, dan memejamkan matanya lagi.Siapa suruh Arum cerewet, membuat Jack kesal saja.Kepala Jack sudah pusing, di tambah pusing karena harus berurusan dengan Arum.Arum menghembuskan napasnya sabar, dia pun mulai berjongkok dan memunguti pecahan beling yang berserakan di lantai."Ya ampun Nyonya...." Ucap Sean yang baru masuk kedalam kamar Jack lagi.Sean segera berlari dan menolong Arum memunguti pecahan beling itu."Tidak papa biar aku saja..." Ucap Arum tidak enak, ini kan pekerjaan nya.Jack yang mendengar panggilan Sean untuk Arum, langsung membuka matanya lebar."Apa kau bilang!" Ujar Jack.Bisa-bisanya Sean memanggil Arum seperti itu, membuat Jack marah saja.Sean yang baru sadar dengan panggilannya ke Arum, langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Sepertinya Sean sala
Hari ini Jack sudah sembuh, dan dia mulai bekerja lagi seperti biasanya.Jack sekarang sudah berada di dalam mobilnya, Jack sedang menunggu supirnya, yang sedang mengambil tas Jack yang ke tinggalan di dalam Mansion.Jack terus menatap ke luar jendela mobilnya."Mereka terlihat semakin dekat..." Ujar Sean yang duduk di sebelah Jack.Sean ikut melihat ke mana arah mata Jack menatap.Jack sedang melihat Arum yang sedang berbicara dengan Arnold, mereka berdua terlihat sangat akrab.Bahkan Sean tidak pernah melihat Arum seceria itu selama berada di Mansion ini.Jack tidak peduli dia kembali menghadap ke depan. Itu bukan urusan Jack.Kenapa supirnya lama sekali, batin Jack semakin kesal.Semua orang di rumah ini kerjanya sangat lelet."Aku dengar Arnold sering memberikan Arum makanan, dan bahkan dia membelikan vitamin dan susu hamil untuk Arum.." Ujar Sean lagi."Itu bukan urusan ku..." Ujar Jack tak peduli.Kenapa Sean terus saja mengoceh tentang hal-hal yang tidak penting."Arum itu pere
"Arnold..." Panggil Arum ke Arnold.Arnold yang sedang duduk di taman depan Mansion Jack, langsung menoleh ke arah Arum."Kamu nggak ngawal Tuan Jack hari ini?" Tanya Arum dengan duduk di kursi yang ada di sebelah Arnold.Arnold menggelengkan kepalanya, hari ini bagian Arnold jaga rumah."Udah selesai tugas kamu?" Arnold balik bertanya ke Arum.Entah sejak kapan hubungan Arnold dan Arum menjadi semakin dekat."Belum sih, tapi Tuan Jack sudah berangkat kerja, jadi tinggal nyuci baju aja..." Ucap Arum.Kalau Jack sudah pergi kerja, Arum bisa sedikit santai.Tugas Arum tinggal mencuci baju Jack, itu juga cuma sedikit. Selebihnya kadang Arum membantu pekerjaan pelayan yang lain. Karena nanti kalau Arum tidak bantu pekerjaan lainnya, yang ada Arum tambah di nyinyirin oleh pelayan-pelayan yang ada di sini.Sampai sekarang mereka masih suka ngomongin Arum, dan mereka juga bertanya kenapa Jack tidak memecat Arum, padahal Jack tau Arum sedang hamil.Arum rasanya ingin berteriak di depan mereka,