Home / Romansa / PESONA DUDA RUPAWAN / MAU BAGAIMANA?

Share

PESONA DUDA RUPAWAN
PESONA DUDA RUPAWAN
Author: Hanin Humayro

MAU BAGAIMANA?

Author: Hanin Humayro
last update Last Updated: 2022-09-04 19:42:40

"Gak cocok lagi? Kapan mau nikahnya kalau nolak terus?”

Reynan memberi kesempatan pada paru-paru untuk terisi lebih banyak udara. Bukan sekali ini ucapan sejenis itu terlontar dari wanita yang terlihat menekuk wajahnya. Pria berkacamata itu mengambil cappucino yang asapnya masih mengepul. Disesap perlahan, kehangatan langsung saja memenuhi kerongkongan.

“Sudah lama Aslena kehilangan sosok ibu. Kasian anak sekecil itu harus hidup tanpa belaian mama. Pikirkan itu!”

Wanita berparas hampir sama dengan pria di depannya masih belum puas mencecar putranya. Bukan satu dua gadis yang disodorkan. Semua tak dilirik sama sekali.

Kenyang mendengar pembicaraan itu-itu saja, Pria jangkung itu bangkit. Kaki diayunkan menapaki satu per satu anak tangga, meninggalkan mama yang hatinya diliputi kejengkelan.

Reynan berdiri di balkon kamar. Menempelkan telapak tangan pada besi hitam yang memagari lantai dua ini. Tatapannya jatuh pada rinai bening yang masih setia memandikan bumi. Ingatannya melayang menuju masa lalu. Tiba-tiba rongga dada menyempit, napas tertahan di tenggorokan. Diremas besi pembatas yang tingginya dua pertiga orang dewasa.

Kepergian istri tercinta dua tahun silam telah menjungkirbalikan kebahagiaannya. Betapa langit seakan runtuh saat netra menyaksikan helaan terakhir dari bibir wanitanya.

Kala itu, sudah tak ada lagi airmata yang mampu dicucurkan di sisi pembaringan terakhir. Dengan mendekap putri kecilnya, Reynan mengiringi kepergian sang istri.

“Papa!”

Panggilan gadis kecil dari arah belakang membuyarkan lamunannya. Dibalikkan badan, direngkuh putri cantik pelipur lara. Tak bosan, Pemilik bulu halus disekitar dagu itu menciumi pipi juga kening Aslena.

“Sabtu depan dibagi rapot. Aku mau papa yang ambil,“ rajuk pemilik mata bulat itu.

“Oke, siap, Cantik!” Dikecup kembali pipi cubby kemerah-merahan tersebut.

“Janji?” Aslena mengacungkan satu jarinya.

“Janji.” Keduanya saling menautkan kelingking dan tertawa lepas.

Oma menatap nanar putra dan cucunya dari ambang pintu. Kadang meratapi nasib tragis yang menimpa dua belahan jiwanya. Kehilangan sosok istri juga ibu dalam waktu bersamaan.

Butuh waktu tak sedikit untuk memulihkan hati Reynan juga Aslena. Berbagai motivasi dan hiburan tak henti dilakukan.

Memberikan pendamping untuk putranya, juga mama untuk cucunya adalah target besarnya kini. Beberapa wanita yang dipastikan baik telah disodorkan. Namun, entah untk berapa kali harus kecewa sebab ditolak oleh lelaki muda itu.

Kadang ia tak mengerti. Mau yang bagaimana lagi?

*

“Pengen sama Papa ambil rapotnya!”

Aslena melempar tas sekolah ke atas lantai, lalu mengenyakkan tubuh di sofa coklat muda. Pria berkacamata minus itu jongkok di hadapan putri kecil yang sedang merajuk. Ditempelkan tangan pada kedua pundak putrinya.

“Papa ada meeting, Sayang. Maaf.”

Gadis kecil berkucir dua itu menepis tangan papanya, berlari menuju kamar, menutup pintu keras-keras. Dia mengempaskan tubuh di atas ranjang bersprei motif kartun Frozen. Satu menit kemudian tangisannya meledak.

Satu tangan kekar merengkuh tubuh mungil itu ke pangkuan. Dikecup kepala yang masih bergerak turun naik akibat kerasnya tangisan.

“Okey, papa yang ambil rapot, tapi Aslena harus janji.”

Mendengar ucapan pengabulan dilepas pelukan. Mata yang sudah basah itu mengerjap-ngerjap hingga tetesan bening dibulu lentiknya berjatuhan.

“Janji apa?” tanya Aslena sambil melingkarkan tangan mungil itu pada leher papanya. Binar wajahnya sudah kembali terpancar. Tak redup seperti sebelumnya.

“Minggu depan nginep di rumah Oma.” Telunjuk dan ibu jari besar itu mengusap jejak-jejak airmata di wajah oval milik putrinya. Amak rambut yang berantakkan diselipkan pada telinga berhiaskan anting karakter katun.

“Mmm!”

Demi tercapainya tujuan, Aslena menggerakkan kepala ke bawah dan ke atas berulang-ulang. Gemas, dicubit pipi berisi itu. Ayah dan anak itu menautkan jari kelingking.

“Sekarang, ganti pakaiannya, terus kita makan.”

“Iya, Papaku yang baek.”

*

Di hari pembagian rapot semester ganjil, Reynan datang bersama Aslena ke SD Insan Gemilang. Sekolah ini mayoritas diisi anak dari golongan berada.

Diparkirkan mobil sport merah di tempat yang luasnya bisa menampung dua puluh kendaraan roda empat. Aslena berjingkrak-berjingkrak kala menjejak lantai keramik putih tempat yang menghubungkan ruang-ruang belajar.

Gadis mungil berpita merah itu menautkan jari pada tangan pria berkemeja lengan panjang yang ditarik sesiku. Sepanjang jalan mata bulat itu bersinar sebab untuk pertama kali papa datang ke sekolah setelah sebelumnya diurus tante Ledia.

Suasana sekolah lebih ramai dari biasanya. Kelas-kelas sudah dihadiri orang tua murid yang hendak mengambil rapor putra-putri mereka. Sementara lapangan upacara dipenuhi anak-anak yang ikut serta orangtuanya.

Reynan menebarkan senyum dan menggangguk sopan pada siapa saja yang ditemui di sepanjang koridor menuju kelas Aslena. Ruangannya terdapat di seberang bangunan yang dikhususkan untuk kantor kepala sekolah, guru dan aula serbaguna.

“Assalamualaikum Aslena,” sapa guru wanita berkaca mata tebal yang berjalan berlawanan arah.

“Waalaikumsalam, Bu, Ini Papa aku!”

Aslena dengan bangga memperkenalkan Papanya ke setiap guru yang ditemui. Dia tak memahami bahwa ada beberapa guru wanita sempat terampas kesadarannya akibat bertemu pandang dengan sang duda. Tak mengerti juga setelah itu ada perbincangan hot terkait orang tua murid yang memiliki pesona tingkat dewa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PESONA DUDA RUPAWAN   END

    "Aku sudah siap!”Aslena memeluk Fahira dari arah belakang. Seperti biasa ia akan menggoyang-goyangkan badannya hingga ikut bergerak tubuh orang yang dipeluknya.“Putri Mama cantik banget ini!" puji Fahira Wanita yang sudah sembuh total itu melepas pelukan Aslena, lalu membalikkan badan hingga mereka berhadapan. Dijawil hidung bangir itu perlahan. Detik berikutnya kening sang putri sudah disentuhnya. “Mamaku juga cantik kayak ratu!" balas Aslena. Bola mata mungil itu bergerak-gerak hingga kilauannya tampak begitu indah ia mengerjakan dua kelopak mata hingga gemas yang melihatnya “Ratunya papa, ya? Nah, ini tuan putrinya!” sela Reynan. Lelaki yang melihat aksi itu tak bisa tinggal diam. Ia ikut larut dalam keceriaan dengan memeluk keduanya. Lalu, dicium kening kedua belahan jiwanya. “Ayo. Sebentar lagi akad nikah Bapak Bayu dimulai. Nanti kita ketinggalan!" ajak Reynan pada keduanya. Reynan menuntun ratu dan putri kerajaan hatinya menuju mobil. Pagi ini, mereka akan menghadiri ak

  • PESONA DUDA RUPAWAN   JODOH

    Melinda memberanikan diri menantang sorot lembut di depannya. Namun, bertahan sekian detik saja, ia menunduk dengan rona merah menyemburat di pipinya.Wanita itu seperti kehilangan kemampuan bicara. Satu kata pun tak mampu lolos dari lidahnya. Saat ini seperti ada tali yang mengikat lisannya. Beberapa menit, Bayu harus menahan rasa yang tak nyaman sebab Melinda tak kunjung bicara. Dadanya mulai berdebar-debar sebab muncul ketakutan akan terempas kembali sebuah harapan. Pikirannya mulai dicengkram bayangan masa lalu, tentang Fahira, perjuangan cinta, kedatangan Reynan da akhir kisah menyakitkan. Apa cinta ini akan kembali pupus di tengah jalan?“Jika Mas Bayu serius, Insya Allah saya juga serius," jawab gadis itu sambil menahan rasa malu yang mendera. Setelah berhasil meredakan gemuruh di dada, Melinda dengan mantap menjawab lamaran Bayu. Tak ada keraguan pada hati gadis itu. Perkenalan satu bulan baginya cukup untuk memahami bahwa pria ini luar biasa.Tak ada alasan menolaknya dari

  • PESONA DUDA RUPAWAN   MOVE ON

    “Nakal, ya. Tak ingat sama Mama!" rajuk mama Bayu. Wanita awet muda itu memeluk putra yang baru saja pulang dari Malaysia. Bahagia campur haru menghiasi hatinya kini. Kesepian yang menggerogoti hari-hari akan sirna pasti.Bayu berjanji, selama libur kuliah akan tinggal di sini. Rencananya pun setelah tuntas akan kembali ke Indonesia. Ia sadar orang tuanya sangatlah kesepian. Muncul sesal karena selam ini hanya mementingkan kesedihan hatinya sendiri. Keduanya bicara banyak hal tanpa menyinggung soal wanita. Mama tak ingin momen bahagia ini rusak gara-gara obrolan yang Bayu enggan membahasnya.Di satu sudut hatinya masih sedih hingga kini menyaksikan putra kesayangan terpuruk karena cinta. Sebagai ibu ia tahu Bayu begitu dalam terluka.Bukan sesaat cinta yang Bayu perjuangkan. Tidak sedikit pengorbanan yang dicurahkan putranya. Oleh karena itu hatinya tetap dendam pada Fahira. Namun, ia menahan diri dari perkara buruk demi menjaga perasaan sang pemuda.“Mah, doakan ya. Semoga gadis ya

  • PESONA DUDA RUPAWAN   BAYU KINI

    “Satu-satunya cara move on dari seorang wanita adalah mencari penggantinya. Ayolah kawan, dunia itu luas. Bunga tak hanya setaman!” ucap seseorang yang berada di samping Bayu. Lelaki bergaya rambut ala oppa korea itu mengacungkan dua tangannya ke atas. Detik kemudiam diturunkan, lalu menepuk pundak temannya.Bayu menepis tangan itu, beranjak dari sofa apartemennya. Ia melangkah menuju jendela, menyibak tirainya. Pandangan diarahkan keluar sana hingga ia menyaksikan kepadatan arus kendaraan. Barisan mobil harus rela berbaris karena kemacetanbelum terurai. Bukan pemandangan itu kemudian yang menjerat pikirannya. Namun kilasan masa lalulah yang membuat tatapannya kosong.Kembali, wajah itu berkelebat dalam benak, lalu segala tentangnya hingga sesak itu kembali menerpa.Sedalam itukah perasaannya? Hingga setahun bergulir pun tetap tak pernah Fahira pergi dari jiwa.Dihela udara Jakarta yang baru saja disinggahinya kembali. Setahun sudah meninggalkan kenangan manis sekaligus menyakitkan.

  • PESONA DUDA RUPAWAN   PERKEMBANGAN

    “Fa, kasih aku ponakan kembar. Biar ada penerus berantem!” canda Farhan sebelum menutup ruangan. Tawa keras Farhan membuat Fahira mengerucutkan bibir. Ingin rasanya mengejar kembarannya itu untuk mendaratkan dua jari di pinggangnya.“Sepertinya semua orang memberi kesempatan pada kita," ucap Reynan setelah hanya mereka berdua yang ada di ruangan. “Kesempatan apa?” tanya Fahira keheranan.Reynan membisikkan sesuatu ke telinga Fahira. Kontan saja wanita berpipi putih itu menepuk lengan lelakinya.“Mas, apa sih?”Reynan tak dapat menahan tawa kali ini. Segera saja ia mendorong kursi roda untuk pergi ke ruang sebelah.Saat masuk, aroma masakan sudah tercium di seantero ruangan. Sepertinya kedua ibu mereka sedang kolaborasi di dapur.Ayah memyambut Reynan dan Fahira, sedangkan Farhan dan Aslena tak tampak di sini. Mereka sedang jalan-jalan mungkin.Fahira tak betah jika tak ikut membantu di dapur. Karena itu ia memaksa pada suaminya untuk diizinkan bergabung dengan dua ibu di sana.“Eh,

  • PESONA DUDA RUPAWAN   ADA ADIK?

    Reynan mendudukkan Fahira di kursi roda. Lantas menghadapkannya pada cermin. Disisir rambut yang masih basah itu. Sesekali dihidu wanginya.Fahira memakai cream wajah, compact powder serta lip gloss merah muda. Merias diri untuk menyenangkan suami akan mengundang pahala besar pikirnya.Kini fisiknya sudah dimiliki seorang pria. Tak bisa lagi seenaknya sendiri. Apakah mau kusam atau cerah.Dipandangani dari belakang cermin membuatnya grogi. Hampir-hampir bedaknya jatuh.“Cantik,” rayu Reynan pada wanita yang kini wajahnya merona. Rayuan itu sukses menjadikannya merinding. Ah, lelaki ini benar-benar mengancam kestabilan detakan jantung.Setelah Fahira selesai berdandan, Reynan memutarkan kursi roda hingga wajah mereka berhadapan. Lelaki itu berjongkok, disentuh pipi halus itu, lalu jarak pun terhapus.Sekian detik dinikmati kembali sentuhan bibir yang kerap diulang. Sepertinya Fahira mulai terbiasa dengan aktivitas yang membawanya terbang menembus awan.“Aslena pasti sudah merindukan m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status