Share

SANG BOS CURIGA?

Penulis: Mithavic Himura
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-28 11:55:44

"Apa?"

Ucapan Moreno benar-benar membuat Maira terkejut sampai perempuan itu setengah berteriak, dan wanita itu langsung menekap mulutnya sendiri.

"Ya, cuma itu yang bisa lu lakukan kalau enggak bisa bayar semua biaya perbaikan!"

"Tapi, ini konyol! Saya bilang, saya tidak mau menikah karena saya tidak percaya lagi dengan laki-laki, bagaimana mungkin saya menikah dengan Anda?!"

"Enggak perlu tegang dan baper kali! Kita kawin itu cuma untuk hitungan bisnis doang, gue perlu bantuan, dan lu orang yang bisa ngebantu gue karena lu miskin, ya, terserah sih, kalau lu enggak mau gue bisa cari cewek lain! Tapi, bayar semua biaya perbaikan motor kalau enggak mau, gue bawa ke jalur hukum ini urusan! Ingat, lu juga nipu gue soal keterangan perbaikan, itu hukumannya double!"

Maira terdiam. Ia semakin tersudut sekarang, tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Mendadak, perkataan sang bos terngiang di telinga, soal lamaran dan juga soal bagaimana karirnya tidak bisa maju jika tidak menikah. Apakah ini yang namanya sebuah kebetulan yang tepat?

Tetapi, kenapa harus dengan pria asing seperti Moreno? Jika ia tidak menerima tawaran itu, bagaimana caranya untuk membayar jumlah fantastis biaya perbaikan motor Moreno yang baginya sangat mahal?

Di mana pula ia bisa mencari pinjaman uang untuk membayar sementara Rani, wanita yang dianggapnya sahabat itu ternyata perebut Dafa? Meminjam pada bosnya? Apa tidak keterlaluan?

Semenjak ajakan menikah yang dilontarkan oleh si bos, Maira justru berusaha untuk menjaga jarak karena merasa sungkan.

Di mana ia bisa mendapatkan uang?

"Anda bilang ini pernikahan bisnis, artinya seperti bisnis, dan berjalan tidak seperti pernikahan pada umumnya, kan?" tanya Maira hati-hati.

"Tentu aja! Emangnya lu pikir gue mau menyentuh lu segala? Kita nikah cuma dapatin status doang, setelah situasi kakek dan bokap gue aman, kita akhiri semua!"

"Saya juga tidak mau Anda sentuh, saya bertanya karena ingin menegaskan hal itu!"

"Ya, udah! Berarti cocok, kan, lu dan gue ogah saling menyentuh, itu bagus, jadi enggak ada salah satu dari kita yang curang dalam perjanjian ini!"

Maira yang tidak punya pilihan, akhirnya mau tidak mau mengiyakan tawaran Moreno. Tentu saja karena ia tidak punya jalan keluar lagi untuk permasalahan yang membelitnya sekarang.

Lagipula, menerima tawaran dari Moreno sepertinya bisa menguntungkan dirinya, ia bisa mengatakan bahwa ia sudah menikah, dan ia akan mendapat promosi jabatan di kantor, plus bisa membuat bos-nya tidak lagi berniat melamarnya.

Tidak ada sentuhan adalah hal yang disukai Maira. Lagipula hanya sementara saja bukan? Maira yakin itu tidak akan membuat dirinya tertekan.

***

Akhirnya, pernikahan pun dilangsungkan dengan sederhana. Awalnya, Moreno hanya ingin mengelabui ayah dan kakeknya saja berpura-pura sudah menikah.

Akan tetapi, Moreno tahu, kedua orang itu sangat sulit untuk dibohongi, jika tidak ada surat-surat yang menegaskan bahwa ia sudah menikah.

Yang terpenting, Moreno dan Maira sudah membuat aturan satu sama lain, dan keduanya paham agar tidak melanggar.

Hanya saja, meskipun sudah menikah, Moreno tidak membawa Maira ke orang tua dan kakeknya dahulu.

Moreno ingin kondisi ayah dan kakeknya bisa membaik dulu baru ia akan membawa Maira jika memang situasi sudah mendesaknya melakukan hal itu, dan tentu saja ayah dan kakeknya tidak lagi bisa menjodohkannya dengan siapapun karena ia sudah menikah dengan Maira, itu yang penting.

***

"Ini benar-benar di luar dugaan."

Maira mendapatkan kalimat seperti itu ketika ia kembali ke kantor setelah izin beberapa hari untuk melaksanakan pernikahannya dengan Moreno yang ia katakan dilangsungkan di kampung.

Sekarang, Maira di ruangan sang bos dan Maira memang sedang memberikan hasil pekerjaannya pada sang bos hingga ia masuk ke ruang kerja bosnya tersebut.

"Apanya, Pak?" tanya Maira, pura-pura tidak paham padahal ia tahu sepertinya bosnya sedang membicarakan tentang dirinya yang tiba-tiba menikah.

"Katanya, kamu sedang tidak ingin menikah, kenapa sekarang tiba-tiba menikah?"

"Ucapan Bapak tempo hari tentang pria yang tidak bertanggung jawab jika tidak melamar itu saya terapkan dalam hubungan saya, Bapak benar, perempuan harus tegas, dan hasilnya, tunangan saya akhirnya menikahi saya, terima kasih untuk nasihatnya waktu itu."

Padahal, aku tidak serius mengatakan hal itu padanya, hanya ingin hubungan dia dengan tunangannya itu rusak kenapa justru sebaliknya?

Pak Salim bicara demikian di dalam hati, merespon ucapan terima kasih yang dikatakan oleh Maira padanya.

Ia mengusap dagu, seolah menyamarkan perasaan tidak senang ketika ia melihat ada cincin yang dipakai oleh Maira di jari manisnya, untuk menegaskan bahwa, ia memang sudah menikah.

"Begitu, jadi ini karena ucapanku tempo hari? Baguslah, artinya dia memiliki keberanian untuk menikahi perempuan, bagaimana kalau akhir pekan ini, kamu bawa suami kamu ke rumah? Aku mengundang kalian makan malam bersama."

Deg!

Jantung Maira seolah berhenti berdenyut mendengar tawaran Pak Salim.

Sepertinya, pria itu seolah tidak percaya dengan pernikahannya dengan Moreno, tapi Maira sangat yakin ia sudah menyusun segalanya dengan baik agar tidak ada seorang pun yang tahu sandiwara yang dilakukannya dengan Moreno.

Tidak mungkin pria sibuk seperti Pak Salim peduli dengan hal-hal demikian.

Hanya makan malam tidak akan membuat sandiwaranya terbongkar, kan? Begitu pikir Maira sebelum merespon tawaran bosnya.

"Aku mengundangmu untuk makan malam sekalian untuk membahas tentang promosi jabatan itu, sekarang kau sudah menikah, kurasa tidak ada alasan untuk tidak merekomendasikan dirimu."

Keraguan Maira untuk menerima tawaran dari Pak Salim musnah seketika saat mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Salim.

Promosi jabatan! Bukankah itu yang ia inginkan selama ini? Bukankah niatnya menerima tawaran Moreno tidak hanya ingin terbebas dari tanggung jawab membayar biaya perbaikan motor Moreno saja?

Ini benar-benar sebuah kesempatan bagi Maira! Ia akan membuktikan pada para tetangganya di kampung bahwa ia bisa mengangkat derajat keluarganya jika sudah naik jabatan.

Ia juga bisa membuktikan pada Dafa, bahwa ia tidak terpuruk setelah disakiti oleh sang tunangan meskipun faktanya ia sangat terpuruk akan tetapi, Maira tidak mau terlihat demikian karena akan membuat pria itu angkuh.

"Baiklah, Pak. Saya akan datang bersama suami saya nantinya. Terima kasih sebelumnya."

Pak Salim hanya tersenyum penuh arti mendengar kesanggupan Maira atas tawarannya.

***

"Lu yakin, bos lu itu enggak curiga sama sekali tentang pernikahan kita?"

Sepulang dari kantor, Maira langsung meminta Moreno menemuinya, karena, meskipun mereka sudah melangsungkan pernikahan sandiwara mereka, keduanya tetap tinggal terpisah jika dirasa situasi masih aman.

"Dia itu baik, makanya aku sungkan buat nyakitin dia."

Setelah menikah, Maira merubah cara bicaranya menjadi aku dan kamu pada Moreno karena jika ia masih seperti biasa, Maira khawatir ada yang curiga.

Sebaliknya, pada Moreno, Maira juga menegaskan harus mengimbanginya bicara seperti itu ketika mereka ada di tempat umum, dan Moreno mengiyakan asal jika berdua, Maira tidak keberatan ia tetap seperti biasanya.

"Kalo nurut gue, orang kaya itu enggak mudah buat dibohongi, mungkin aja undangan itu cuma kedok doang, terus lu dijebak."

"Terus, aku harus menolak gitu? Ya, enggak enak, lah! Kalau aku menolak, dia nanti berpikir yang tidak-tidak, aku enggak mau bikin hubungan atasan bawahan kami itu jadi rusak, Reno! Dia juga profesional kok!"

"Maira, mantan tunangan lu itu seorang pengusaha, kan? Lu yakin dia enggak kenal sama bos lu, gue rasa itu enggak mungkin, deh. Sesama pengusaha meskipun enggak jadi rekan bisnis pasti tetap tahu siapa-siapa yang pebisnis, kalo dia tau tunangan lu terus lu nikahnya sama gue apa kata dia?"

"Ya, kan bisa bilang aku sama Dafa itu udah putus terus jadian sama kamu, beres, kan?"

"Gue tetap keberatan kalo nemuin bos lu segala, kenapa enggak bawa aja surat nikah kita ke dia terus perlihatkan kalo lu emang udah nikah, abis itu dia kasih lu promosi jabatan itu, ngapain nyeret gue segala ke hadapan dia? Males gue!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PESONA SI BRONDONG TENGIL   PESONA SI BERONDONG TENGIL....

    "Mungkin...."Aku ini kenapa? Kenapa jadi semakin tidak tahu malu, rasanya ini bukan aku tapi aku enggak bisa mundur lagi sekarang....Hati Maira bicara, jari jemarinya saling menggenggam, seolah berusaha untuk mengatasi perasaannya yang kacau akibat perbuatan nekatnya yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Cinta itu perlu dipaksakan, Maira, karena kalau tidak, bagaimana mungkin cinta itu bisa tumbuh?Entah kenapa ucapan Dafa terngiang di telinganya membuat Maira yang awalnya tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Dafa perlahan justru mencoba mempraktekkannya. Apakah dengan memaksa Moreno, pemuda itu akhirnya bisa membuka hati dan bisa bangkit dari masa lalunya?Tuan Moreno sekarang seperti hilang semangat, Maira, aku tahu, itu karena ia sekarang putus asa untuk berharap Nona Mitha bisa menerimanya kembali, apalagi ia melihat hubungan Nona Mitha dengan suaminya tetap baik-baik saja meskipun ujian demi ujian terus menerpa pernikahan mereka, jika kau memang benar-benar tulus pa

  • PESONA SI BRONDONG TENGIL   INGIN DICOBA

    "Kenapa? Takut aku peluk?""Enggak, tapi gue enggak nyaman aja!""Bilang aja kamu takut berdebar karena aku peluk!"Moreno menyeringai mendengar apa yang diucapkan oleh Maira. "Ya, udah! Naik!"Mendengar izin dari Moreno untuk membiarkan dirinya ikut di belakang pemuda tersebut, Maira menarik napas lega. Perempuan itu segera naik ke atas boncengan motor milik Moreno dan nekat memeluk pinggang Moreno meskipun ia sebenarnya tidak mau melakukan hal itu. Hanya saja, sudah terlanjur kesal Maira dengan Moreno sampai ia akhirnya nekat melakukan hal yang sebenarnya tidak mau dilakukannya.Dia benar-benar nekat meluk gue ternyata, oke, lu mau gue bikin ketar ketir? Tunggu aja! Gue akan buat lu benci sama gue, Maira Jasmine!Hati Moreno bicara sambil menambahkan kecepatan motornya. Pemuda itu tidak membawa Maira pulang ke kostnya tapi ia membawa Maira berkeliling tanpa tujuan dengan harapan Maira mabuk perjalanan karena ia membabi buta membawa motor miliknya.Namun apa yang diharapkan Moreno

  • PESONA SI BRONDONG TENGIL   LAGI-LAGI DITOLAK

    "Berarti, dia kena karma.""Reno!""Emang salah? Bener, kan? Dia kena karma, karena dulu nyalahin bininya melulu yang enggak subur, emang gue salah?""Iya. Emang kamu enggak salah, tapi apa harus seblak-blakan itu? Rasanya, kayak enggak tega aja Reno, apalagi sekarang dia udah kehilangan segalanya.""Dia kehilangan segalanya karena salah dia sendiri, ngapain gue mikirin? Dia juga banyak bikin aset gue terjual, biarin aja, lah! Karma, gue enggak peduli!""Jadi, kamu enggak mau memaafkan dia?""Belum puas kalo belum gebuk dia!""Kau ini, terserah kamu saja, aku cuma menyampaikan pesan itu, mau kamu terima atau enggak permintaan maaf dia, itu terserah kamu!""Ya, udah. Gue pulang kalo gitu, masih banyak urusan!"Moreno bangkit, dan hendak beranjak meninggalkan Maira tapi gerakannya terhenti ketika tiba-tiba saja Dafa yang entah darimana munculnya sudah mendekati meja di mana ia dan Maira bercakap tadi.Dafa mendekati Maira tapi Maira segera bangkit berdiri membuat Moreno yang ingin melan

  • PESONA SI BRONDONG TENGIL   MORENO MASIH MARAH

    "Aku bukan peduli, aku hanya ingin Xoyen sadar dan menghentikan semuanya, karena aku gerah melihat apa yang dilakukannya. Dia sudah menerima konsekuensi dari apa yang diperbuatnya, kau harus mengakhiri perseteruan kalian, begitu juga kau, Ridwan."Dragon menatap Moreno dan Ridwan satu persatu setelah ia bicara seperti itu pada keduanya. "Tapi, aku masih tidak puas jika aku belum membunuhnya!" bantah Ridwan dengan nada suara yang masih terdengar meninggi."Kalau kau membunuhnya dia justru senang karena lepas dari segala hal yang perlu ia pertanggungjawabkan.""Jadi, aku tidak perlu membunuhnya?""Memangnya kau ingin jadi seorang pembunuh?""Untuk seseorang yang sudah melakukan hal jahat pada kerabatku, kurasa itu tidak jadi soal.""Kau akan masuk penjara, Ridwan, kakakmu tidak akan senang jika itu kau lakukan, sudahlah, padamkan api kemarahanmu, Xoyen sudah mendapatkan karma dari apa yang dia perbuat, biarkan kita melihat apakah dia bisa berubah atau tidak. Tidak perlu mengotori tanga

  • PESONA SI BRONDONG TENGIL   MISTER X LUMPUH!

    Mendengar apa yang dikatakan oleh Ridwan, Mister X tertawa. Ia sama sekali tidak merasa khawatir dengan keselamatannya meskipun ada dua orang pria yang menginginkan kematiannya. Ia masih terlihat santai hingga Moreno dan Ridwan benar-benar heran dengan hal itu."Kenapa kau tertawa, Brengsek! Kau meremehkan aku!!" teriak Ridwan yang ingin mendekati sisi tempat tidur di mana Mister X berbaring tapi Moreno segera mencegah hal itu dengan mencengkram salah satu bahu Ridwan."Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya lu udah balik ke Jakarta? Kenapa lu justru ke sini lagi? Enggak jadi balik, lu?" tanya Moreno pada Ridwan. "Aku sudah kembali ke Jakarta, aku bahkan sudah mulai bekerja lagi dan berusaha untuk melupakan semua yang sudah terjadi, tapi ada seseorang yang kenal dengan Mister X, tapi sekarang ia juga sudah berusaha untuk memulai hidup baru seperti aku setelah lama bersama dengan dia, dia yang mengatakan segalanya, dan setelah aku berusaha mencari tahu, memang kenyataannya seperti itu,

  • PESONA SI BRONDONG TENGIL   SAMA-SAMA INGIN MEMBUNUH!

    Pertanyaan yang dilontarkan oleh Viona membuat Maira menghentikan tangannya yang sedang sibuk membuat es teh."Ibu dan Bapak masih saling mencintai, tentu saja memberikan kesempatan kedua itu tidak bodoh, yang penting saat diberi kesempatan, suami Ibu memang benar-benar terlihat berubah.""Semuanya berubah, termasuk kehidupan kami yang biasanya glamor, tapi bukan sesuatu yang penting menurut aku karena uang bisa dicari, yang penting adalah sikapnya berubah lebih perhatian dan lebih peduli dengan perasaanku.""Alhamdulillah, aku ikut senang mendengarnya, Bu. Semoga, Ibu dan Bapak bisa terus bersama sampai akhir hayat, dan bisa mendapatkan keturunan....""Amiiiiin, jangan singgung soal keturunan di hadapannya, ya? Aku tahu, mukjizat itu pasti ada, tapi dia selalu bilang, apakah mukjizat bisa diberikan pada pendosa seperti dia?""Oooh, baik, Bu. Aku tidak akan membahas masalah keturunan dengan bapak, tapi, apakah Ibu yakin bapak memang sulit memiliki keturunan?""Sepertinya, ya. Dia tida

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status