Share

Godaan

Penulis: Aisyah Ais
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-26 13:02:15

    Suasana malam yang begitu sunyi dengan ditemani suara jangkrik. Kanaya membuka jendela kamarnya, menatap ke arah luar. Hatinya bingung dengan keadaan yang terjadi pada dirinya. Tinggal seatap dengan laki-laki yang berstatus suaminya, tetapi ia tidak tahu siapa sebenarnya laki-laki itu. "Apa yang harus aku lakukan?" Ia bersandar di samping jendela.

    Puas merenung, Kanaya pergi ke kamar mandi. Saat Kanaya melewati kamar sang ayah yang saat ini ditempati Devan, ia mendengar suara laki-laki itu yang sepertinya sedang berbicara. 

    "Sudahlah, kamu urus saja semua urusan yang di sana, aku serahkan tugas itu padamu. Aku akan mengabarimu nanti saat ada waktu." Samar-samar, terdengar suara Devan. Kanaya mendekatkan telinganya di daun pintu. Namun tiba-tiba pintu dibuka dari dalam, ia pun pura-pura membersihkan gorden.

   "Ada apa? Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Kanaya yang merasa Devan menatapnya penuh selidik.

    "Aku hanya heran saja,  malam-malam begini masih bersih-bersih, rajin sekali!" sahut Devan.

    "Suka-sukalah, memang kenapa?" Kanaya curiga pada Devan yang menelepon seseorang malam-malam. Ia khawatir, Devan seorang yang bermasalah dan menghindar dari sebuah kasus. "Aku hanya mau bilang padamu, jangan macam-macam di rumahku. Aku tidak tahu kamu itu siapa sebenarnya."

   

     "Kamu kan tahu, aku cuma tukang ojek. Memangnya siapa?" 

     "Aku mencium ada aroma-aroma kebohongan." Kanaya mengelilingi tubuh Devan, "Mencurigakan!" 

     Devan tersenyum mendengar penuturan Kanaya, "Memang apa yang kamu curigai? Kalau kamu curiga padaku, kamu bisa ikut denganku ke pangkalan ojek besok pagi." 

     "Ogah! Ingat ya, kamu boleh tinggal di sini tapi jangan berbuat macam-macam! Dan juga, jangan membocorkan pernikahan ini pada teman-temanku. Awas saja kalau berani!"

     "Termasuk pada pacarmu, 'kan?" Kanaya membulatkan matanya saat Devan menyebut pacar. "Tidak usah kaget juga, tadi ada tetanggamu yang mengadu padaku, kamu pulang diantar seorang laki-laki. Apa itu pacarmu?"

    Kanaya sudah bisa menebak siapa tetangga yang dimaksud Devan. Itu pasti Bu Sumi, karena tadi saat di pertigaan, ia bertemu dengan Bu Sumi yang juga mengatainya. Ia tidak heran dengan tingkah tetangganya yang satu itu, karena memang terkenal tukang ngadu. Istilah jaman sekarang yaitu, 'Cepu'.

    "Anggap saja begitu!"

     Kanaya sudah membuat kesepakatan dengan Devan bahwa Devan boleh tinggal bersamanya namun mereka harus tetap menyembunyikan pernikahan dan tidak boleh mengikutinyaa ke kampus. Ia tidak ingin teman-temannya tahu tentang pernikahan grebekan itu.

     Namun ia masih was-was karena Cintia juga sudah mengetahui semuanya. Ia khawatir jika berita itu tersebar, maka akan membuat imagenya buruk. Apa lagi kalau sampai para dosen dan dekan yang mengetahui hal itu. 

    Kanaya meletakkan ponselnya dan menaiki ranjang. Saat hendak memejamkan mata, tiba-tiba lampu padam. Kanaya membuka mata tapi semuanya gelap. Tangannya meraba-raba, ingin mengambil kembali ponselnya. Namun ponsel malah tersenggol dan jatuh entah ke mana. 

    "Aduuh, malah jatuh lagi. Ke mana tadi?" Ia tetap meraba-raba tapi tidak ketemu. Ia kemudian berdiri dan meraba dinding kamarnya. Sampailah ia di pintu kamar dan memegang handel pintu itu. Membukanya dan kembali meraba dinding menuju ke dapur karena ingin mencari lilin. 

    Saat sampai di dapur berkat meraba lewat dinding, Kanaya berjalan menuju lemari dapur tempat ia biasa menaruh lilin. Namun saat sampai di lemari itu, ia menabrak tubuh seseorang. Pandangan gelap membuatnya berpikir bahwa itu adalah hantu. 

    "Aaaaaaaaa," Kanaya berteriak karena takut. Tangannya dipegang oleh makhluk yang tidak nampak tersebut, dan itu membuatnya semakin histeris. 

     "Pergi kamu hantu, jangan ganggu aku! Pergiii!" Teriaknya saat tubuhnya ditangkap sosok yang dianggap hantu.

    "Hei, ini aku!" Devan menyalakan ponselnya tepat di wajah Kanaya.

     "Kamu!" Kanaya melepaskan tubuhnya dari dekapan Devan. Ia selalu berpikir bahwa laki-laki itu selalu mencari kesempatan. "Bisa-bisanya memanfaatkan kesempatan!" gumam Kanaya.

    "Aku masih mendengarnya, bisakah kamu tidak mencurigaiku? Aku hanya mencari lilin tapi tidak ketemu," kata Devan pelan.

     "Sini ponselmu!" Kanaya merebut ponsel Devan untuk meneranginya agar menemukan lilin. Setelah ketemu, ia mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya, "Apa kamu punya korek?" 

   "Tidak, aku bukan perokok," jawab Devan dengan santainya. Kanaya mencari korek tapi tidak ketemu. Ia menyalakan kompor ternyata gasnya sudah habis. Ia lupa tidak mengisinya. 

    "Sepertinya malam ini harus gelap-gelapan," ucap Kanaya. 

     Duaarr! 

     Duaarr!

     Jedder!

   Terdengar suara petir menggelegar beriringan dengan hujan yang turun begitu derasnya. Kanaya menutup kedua telinganya karena takut petir. Sejak kecil, ia selalu takut saat ada petir. Dan itu terjadi sampai ia besar seperti sekarang ini.

    Dulu ia sering tidur di kamar ayahnya saat ada petir seperti ini. Sejak ayahnya meninggal, Alin sepupunyalah yang terkadang menginap di sini saat cuaca sedang seperti malam ini. 

     Terkadang Kanaya juga yang menginap di rumah pamannya. Paman dan bibinya tahu jika keponakannya itu sering ketakutan kala ada petir dan geluduk. Namun mereka tidak lagi mengkhawatirkan keponakannya sejak ada Devan. Berharap Devan adalah pelindung yang dikirimkan Tuhan untuk Kanaya.

    Devan mengarahkan senter dalam ponselnya ke arah Kanaya yang berjongkok sambil memegang kepalanya. Devan tahu gadis itu tengah ketakutan. Ia mendekati Kanaya dan mencoba untuk menenangkannya. 

    "Apa kamu takut suara petir?" Kanaya hanya mengangguk seraya menutup matanya. 

     "Ayo kuantar ke kamarmu, kamu bisa menggunakan ponselku untuk menerangi kamarmu."

    Kanaya menurut dan mendekatkan tubuhnya pada Devan. Entah kenapa saat ini ia tidak memikirkan hal lain saat berdekatan dengan Devan. Padahal biasanya ia akan menganggap Devan mencari kesempatan padanya 

     Setelah sampai ke kamar, Kanaya duduk di atas ranjang dan menutup sebagian tubuhnya dengan selimut.  Ia benar-benar takut pada petir yang kilatannya terlihat dari jendela kaca dan atap kaca.

    Duaarr! 

     Suara petir terdengar menggelegar. Lebih keras dari yang pertama mereka dengar. Kanaya ketakutan dan menutup telinganya. Devan mengarahkan senter ponselnya dan melihat Kanaya menangis tanpa suara.

      Devan menutup tirai jendela, dan tanpa berpikir panjang, ia memeluk Kanaya yang ketakutan. Ia mengelus punggung gadis itu sampai akhirnya tertidur dalam dekapannya.

   Devan membaringkan tubuh Kanaya lalu menyelimutinya. Ia menatap wajah manis gadis itu dengan seksama. Terlihat sangat manis meski lewat sedikit cahaya dari senter ponsel miliknya. 

     Entah kenapa, Devan merasakan hatinya ingin melindungi dan menjaga Kanaya. Gadis itu telah membuat Devan tersenyum, "Sangat manis jika sedang tertidur lelap seperti ini," ucap Devan yang menatap kagum.

     Dipandanginya wajah ayu nan mulus tanpa noda itu. Sepertinya ada rasa yang aneh yang ia rasakan saat menatap Kanaya. Perasaan yang telah lama menghilang dari hatinya, kini seolah hadir kembali. Ia menyadari jika ia mulai menyukai gadis bertubuh proporsional itu. Namun ia sadar jika ternyata Kanaya telah memiliki kekasih. 

    Tadi siang, ia bertemu dengan tetangga Kanaya yang pernah ia lihat saat di rumah pak RT. Bu Sumi mengatakan padanya bahwa Kanaya diantarkan oleh laki-laki muda dengan motor sportnya. Devan jadi berpikir, mungkin itu adalah pacar Kanaya. 

    Jika dipikir-pikir, itu bukanlah sebuah masalah, karena saat ini ia sudah menjadi suami Kanaya. Namun, ia juga tidak mau menghancurkan hubungan Kanaya dengan kekasihnya. Dan ia pun tidak bisa begitu saja mendekati Kanaya, karena pernikahan mereka ini hanyalah karena terpaksa. Bukan karena cinta. Tapi, kini telah tumbuh benih-benih cinta dari hati Devan untuk Kanaya. 

    "Ayah," lirih Kanaya dalam tidurnya, "jangan pergi!" Ia memegang lengan Devan dan memeluk tubuh kekar itu. Ia tidak sadar jika Devanlah yang saat ini sedang ia peluk. 

    Devan hendak bangkit, tetapi Kanaya semakin erat memeluknya. Terpaksa ia berbaring di samping Kanaya dan membiarkan gadis itu memeluk tubuhnya. Aroma tubuh yang khas dari seorang gadis. Gemuruh dalam dadanya semakin tidak bisa ia hilangkan, "Huh, benar-benar cobaan yang berat!" 

      Ia menatap lekat wajah ayu yang hanya berjarak beberapa centi meter dari wajahnya itu. Bibir yang begitu menggoda, Devan menyentuh bibir itu dengan tangannya. Saat ini, jiwa laki-lakinya benar-benar tertantang. 

     

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PESONA SUAMI TUKANG OJEKKU   Kebahagiaan Radit. Tamat

    Tujuh bulan kemudian. Di rumah sakit, Kanaya baru saja dipindahkan ke ruang rawat setelah menjalani proses operasi caesar. Sebelumnya, ia ingin menjalani persalinan normal. Namun, dokter tidak memperbolehkan karena kondisi Kanaya yang mulai lemah saat mendekati persalinan. Akhirnya operasi caesar pun dilakukan."Terima kasih, Sayang, terima kasih sudah berjuang untuk mereka. Terima kasih karena sudah menjadi ibu untuk anak-anak kita. Terima kasih karena kamu menjadi istriku." Devan mengecup pucuk kepala istrinya dengan lembut dan senyum manisnya. Tangannya masih setia menggenggam tangan sang istri.Sepasang bayi kembar didorong di box bayi dan seluruh keluarga menunggu dengan penuh kebahagiaan. Devan senantiasa berada di samping sang istri yang tampak masih lelah."Silakan diadzani dulu bayinya, Pak." Dua orang perawat menyerahkan bayi kembar itu kepada Devan.Devan pun melepaskan tangan Kanaya setelah menerima bayi itu, lalu mulai mengadzaninya satu per satu. Hatinya tak kuasa menah

  • PESONA SUAMI TUKANG OJEKKU   Kehamilan Beruntun

    "Aya! Kamu kenapa, Sayang?" Bu Herlin menghampiri Kanaya yang berada di kamar mandi dapur. Menantunya itul tampak lemas dan pucat. "Bi, bantu bawa Aya ke kamarnya."Dengan bantuan Bi Karti, Bu Herlin membawa menantunya ke kamar. Sampai di sana, dia semakin terkejut melihat Devan yang juga tampak lemas dan tiduran di ranjang. "Istriku kenapa, Ma?" Dengan tubuh yang lemas, Devan mendekati istrinya yang kini dibaringkan di sampingnya. "Kamu kenapa, Sayang?Kanaya memegang perutnya, sementara Bu Herlin memijat kepala menantunya itu. "Aya muntah di kamar mandi," jawab Bu Herlin. "Kamu sakit juga, Dev?" "Kepalaku pusing, Ma, tapi aku lebih khawatir sama Aya. Biar kutelepon Aldo agar memeriksanya." Devan mengambil ponsel dan melakukan panggilan pada Aldo. "Apa? Lalu kamu tidak bisa ke sini? Ya sudah, tolong suruh Dokter Maria kemari untuk memeriksa istriku.""Gimana, Dev?""Aldo sedang mengurusi istrinya yang juga sakit, Ma. Sama seperti Aya, Resti juga muntah-muntah parah dan harus dirawa

  • PESONA SUAMI TUKANG OJEKKU   Setelah Bulan Madu Kedua

    Hari ini Kanaya akan menghadiri pernikahan Tini, setelah mendapatkan undangan yang diberikan Resti dua hari yang lalu. Kanaya sudah bersiap dan sedang menunggu Resti dan Mili. Tak lama kemudian, kedua sahabatnya itu datang bersama pasangannya masing-masing.Setelah ijab kabul yang dilaksanakan berbarengan dengan Mili, Resti akan ikut suaminya ke Jakarta, begitupun Mili yang akan ikut di mana suaminya tinggal. Namun, sebelum itu mereka akan menghabiskan beberapa hari lagi untuk menikmati suasana di kampung mereka. Seperti hari ini, ketiga pasangan itu sudah berada di salah satu gedung yang sedang diadakannya pesta pernikahan Tini dan Pak Iyan, dosen Kanaya dulu. Mereka tidak menyangka jika Pak Iyan yang sikapnya kadang lemah lembut seperti perempuan itu akhirnya menikah. Dan yang tidak disangka juga, Tini, yang dulu selalu mengutamakan ketampanan untuk menjadi pasangannya, kini menjatuhkan pilihan pada Pak Iyan."Hai, Aya, Mas Ganteng, selamat datang!" sapa Tini, setelah melihat kedat

  • PESONA SUAMI TUKANG OJEKKU   Menikah Hari Ini Juga!

    Kanaya dan Devan mengajak semua tamunya untuk masuk. Mereka duduk bersantai di belakang rumah, yang mana ada dua gazebo yang baru saja dipesan oleh Devan dari meubel Pak Karman. Tempatnya yang rindang, membuat mereka betah berlama-lama di sana. Terlebih ada banyak mangga yang sudah tua dan ada yang sudah masak dari pohonnya. Kemarin setelah menghabiskan waktu di gazebo yang disediakan warga, Devan mempunyai inisiatif untuk membuat gazebo juga di belakang rumah sang istri. Kapan-kapan ia akan mengajak seluruh keluarganya untuk ke sini, sambil membuat tenda dan bermalam di belakang rumah. Sudah lama sekali tidak melakukan kegiatan seperti itu. Tidak masalah meski harus kemah di belakang rumah karena suasananya sudah seperti di hutan, banyak pohon yang rindang. "Ayo ambil lagi! Itu yang atas ada yang sudah masak, My Sweety. Aku mau yang di atas yang warnanya sudah kuning." Mili berteriak pada sang kekasih yang kini naik ke atas pohon mangga. Andre mengambil beberapa mangga muda serta

  • PESONA SUAMI TUKANG OJEKKU   Dua Pria Tampan

    "Aku hanya bercanda, Sayang. Aku tahu tidak akan ada yang bisa menandingi pesonaku," kata Devan dengan percaya dirinya."Jadi, kamu mau memberinya pekerjaan?""Iya. Nanti akan kuminta Andre untuk menanyakan posisi yang masih membutuhkan karyawan di kantor cabang yang ada di sini." Kanaya pun tersenyum bahagia.Mereka menikmati jajanan yang tadi dibawanya, ditemani angin sepoi-sepoi dan lucunya Mira yang sesekali merebut makanan Kanaya."Kali ini biar aku yang menggendongnya. Setelah ini kita langsung istirahat," tegas Devan saat melihat istrinya lelah. Dengan membawa payung, Devan menggendong Mira dan menggandeng istrinya. Sungguh pemandangan yang membuat banyak orang merasa iri pada Kanaya. Memiliki suami yang tampan dan juga kaya, serta perhatian dan penuh kasih."Waduh, jadi ngerepotin Nak Devan. Sini Mira, sama Nenek." Bu Sumi langsung menyambut Mira yang berada di gendongan Devan dan Devan pun menyerahkan balita itu setelah sampai di rumah Bu Sumi."Nggak ngerepotin kok, Bu," sa

  • PESONA SUAMI TUKANG OJEKKU   Lelaki Pecemburu

    Cintia menatap Devan, yang membuat laki-laki juga menoleh. "Aku minta maaf karena membuatmu digerebek warga. Aku juga minta maaf atas kesalahan yang telah kulakukan pada Aya selama ini."Cintia menangkupkan kedua tangannya, membuat Kanaya memegang tangan itu. "Suamiku sudah memaafkanmu, iya, kan, Honey?" Kanaya lagi-lagi tersenyum, Devan hanya mengangguk."Papa, ayo kita pulang!" Anak kecil berusia dua tahun itu menarik lengan papanya."Iya, Sayang. Sebentar, ya.""Hai, anak manis, siapa namamu?" Kanaya menanyai anaknya Alex."Namaku Altaf, Tante," jawabnya dengan lancar. Meski baru dua tahun, anak itu sudah pandai berbicara dengan lancarnya. Hal itu membuat Kanaya senang karena dia memang sangat menyukai anak kecil."Oh ya, Altaf, Tante ada jajanan, kamu mau nggak?" Kanaya mengambil plastik berisi jajanan miliknya, memberikan pada Altaf.Anak kecil itu memilih-milih dan akhirnya mengambil klepon."Terima kasih, Tante.""Sama-sama, Sayang." Kanaya tersenyum ramah dan mengusap kepala A

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status