Share

5. HATI YANG DIHANCURKAN

Cleon dan David duduk dengan santai setelah selesai meeting yang cukup memeras otak. Gloria yang diminta membuat kopi untuk kedua atasannya dengan sigap segera pergi ke pantry.

"Akhirnya tender besar yang kita menangkan bisa juga mulai kita garap," ucap David.

"Tender itu tidak seberapa nilainya bagi gue, biasa saja," jawab Cleon duduk di sebelah David.

"Ya iyalah, secara uang loe itu tidak habis tujuh turunan. Tentu saja jumlah angka tender itu tidak seberapa di matamu. Sombong banget loe!" Cibir David.

"Ha-ha-ha. Menyombongkan diri sendiri tidak ada salahnya jika itu sesuai kenyataan. Kecuali loe, apa yang bisa loe sombongkan dari diri loe. Uang kagak punya, muka?!" Cleon melihat muka David. "Kalah telak dari muka gue. Ha-ha-ha."

"Makin tidak beres otak loe! Ngata-ngatain gue lagi." David melempar Cleon dengan sebatang rokok yang sedang dipegangnya.

"Ha-ha-ha." Cleon tertawa terbahak melihat wajah David jadi kesal. Baginya, hanya David yang bisa membuatnya tertawa.

Dengan santai David menghisap rokoknya kuat-kuat lalu menghembuskan ke segala arah. Tidak lama kemudian, ponsel miliknya di atas meja bergetar.

"Ada yang meneleponmu, angkat tuh!" Cleon menunjuk dengan matanya pada David.

David tidak menghiraukan ponselnya. "Malas!Mengganggu orang saja!"

Cleon mengambil ponsel, sebuah nama tertera di layar ponsel. "Intan."

"Siapa?" tanya David.

"Intan. Siapa Intan? Gue baru dengar namanya."

"Si bemper besar," jawab David.

Cleon melebarkan matanya. "Si bemper besar? Gila loe! Ngapain nomor ponsel loe kasih ke si bemper?!"

"Malam gue sedikit mabuk, nggak sadar kasih nomor ponsel. Nanti gue blokir." David mengambil ponselnya dari tangan Cleon.

"Jangan sembarangan kasih nomor ponsel apalagi sama wanita murahan begitu, dia pasti akan mengejar loe."

"Sudah gue blokir! Cerewet loe!" David menaruh lagi ponselnya di atas meja. "By the way, ke mana si Gloria? Bikin kopi lama banget."

Orang yang sedang dibicarakan akhirnya datang, harum kopi yang dibawanya di atas nampan kecil langsung menyeruak memenuhi seluruh ruangan.

"Nona Gloria sayang, membuat kopinya di mana? Lama banget."

"Tadi di pantry kopinya habis, jadi saya menyuruh OB untuk membelinya. Pak David ini sabar sekali, cuma terlambat beberapa menit saja sudah ngambek," jawab Gloria menaruh dua cangkir kopi di atas meja.

"Thank you Gloria." Cleon langsung mengambil kopi miliknya.

"Sama-sama Pak," jawab Gloria tersenyum manis menatap Cleon lalu pergi ke luar meninggalkan kedua Bosnya.

"Cleon, loe sadar nggak, si Gloria ini suka sama loe," ucap David setelah selesai menghirup kopinya yang masih mengeluarkan kepulan asap putih.

"Semua cewek yang melihat gue pasti suka sama gue, itu sudah tidak aneh." Cleon kembali menyombongkan dirinya.

"Narsis banget sih loe! Jijik gue dengernya!" David mencibir.

"Ha-ha-ha." Cleon terbahak.

"Si Gloria ini kalau dilihat-lihat cantik juga. Apa loe kagak tertarik dengannya?"

Cleon menjawab dengan tegas. "Kagak! Tidak sama sekali."

Wajah David berubah serius. "Apa loe masih belum bisa melupakan mantanmu itu?"

Cleon jadi terdiam, bayangan wajah Clara mendadak berkelebat dalam ingatannya. Mantan yang telah berhasil membuat hatinya luluh lantah berantakan hingga berkeping-keping.

"Lupakan Clara, Cleon. Hidup terus berjalan, jangan mengurung hatimu dengan kebencian apalagi sampai membuatmu tidak berselera melihat wanita cantik. Rugi loe!"

"Gue biasa saja," jawab Cleon menutupi rasa kecewanya. Luka di hati yang bertahun-tahun lamanya tersimpan rapi, sekarang terusik kembali dengan ucapan David.

"Mata loe nggak bisa bohong. Gue tahu, hatimu masih teringat si Clara. Iyakan?! Loe cuma buang-buang waktu. Umur kita ini semakin lama semakin tua, bukan semakin muda. Jika loe terus seperti ini, kapan mau dapat cewek yang akan loe jadikan istri?"

"Loe ceramah depan gue? Helo David Darmawan, apa kabarnya dengan dirimu?" Ledek Cleon.

David tertawa. "Gue gampang, besok juga gue bisa kawin. Nanti malam juga gue bisa kawin. Nah kalau loe? Bagaimana?"

"Bicara sama orang yang otaknya kawin dan kawin memang ga pernah beres, lama-lama gue bisa ketularan." Cleon bangun dari duduknya. "Sudahlah gue mau pulang!"

"Eh, kok pulang?!" David cepat-cepat mematikan rokoknya di asbak dan mengambil ponselnya mengikuti sahabatnya ke luar.

Gloria sedang fokus dengan laptopnya ketika kedua Bosnya lewat.

"Gloria," panggil Cleon.

"Eh, iya Pak." Gloria dengan cepat segera bangun dari duduknya.

"Hasil meeting tadi, besok pagi sudah harus ada di mejaku," pinta Cleon.

"Iya Pak," jawab Gloria.

Cleon tidak bicara lagi, langsung pergi menuju lift diikuti David dari belakang.

"Loe mau ke mana sekarang?" tanya David di dalam lift.

"Pulang, gue mau berenang. Badanku pegal, mungkin bisa sedikit rileks kalau dibawa berenang. Loe sendiri mau ke mana?"

"Pulang, ngantuk! Semalaman gue begadang, berenang di atas ranjang," jawab David ikut ke luar dari lift ketika pintu lift telah terbuka.

Cleon tidak bicara lagi, beberapa karyawan yang berpapasan dengannya mengangguk hormat. Langkah kakinya yang tegas dan wajahnya yang mahal senyum membuat banyak karyawannya merasa segan jika melihatnya.

Mang Sugeng sedang berbincang dengan security kantor langsung pergi ke mobilnya ketika melihat Bos besarnya ke luar dari dalam gedung.

"Loe mau ikut bareng mobil gue?" tanya Cleon melihat David yang terlihat mengantuk.

"Gue bawa mobil," jawab David pergi ke tempat parkir. "Gue cabut duluan. Sampai ketemu besok."

....

Ditempat lain, Melodi baru saja ke luar dari kamarnya.

"Kamu jangan lupa berikan ini pada Nyonya Dina." Ibu memberikan secarik kertas pada putrinya.

"Ok Bu! Hanya ke rumah besar itu sajakan?" tanya Melodi langsung memasukkan kertas ke dalam tasnya.

"Iya, langsung pulang begitu kamu terima uangnya. Jangan mampir kemana-mana lagi!" Ibu memperingatkan.

"Ok siap, komandan!" Melodi memberi hormat pada Ibunya seperti bawahan pada atasannya.

Ibu menonyor kepala putrinya. "Cepat pergi! Hati-hati bawa motornya. Kalau ada apa-apa, telepon Ibu."

Melodi tertegun beberapa detik mendengar kata telepon. "I... iya Bu." Bergegas Melodi pergi.

Jalan raya sedikit lengang ketika Melodi mencari jalan alternatif agar tidak terlalu memakan waktu. Suara bising klakson dan asap hitam dari kendaraan tidak Melodi temui ketika melewati jalan raya padat penduduk, tapi resikonya banyak anak kecil yang tiba-tiba berlari dari arah tak terduga.

Melodi berhenti sejenak ketika melewati jalan perempatan. "Aku lewat mana ini? Kiri atau kanan? Ya Tuhan, kenapa mendadak jadi lupa begini?!" gerutunya sendiri dari balik masker yang dipakainya.

Setelah memilih dengan cara menebak-nebak, Melodi memutuskan mengambil jalan menurut kata hatinya, tapi baru beberapa meter motor merah matic kesayangannya meluncur, tiba-tiba dari arah tak terduga muncul sebuah mobil hitam Fortuner sehingga membuat Melodi hilang keseimbangan.

Melodi berusaha menghindari mobil agar tidak terjadi tabrakan, tapi hasilnya malah jatuh terperosok ke dalam parit dipinggir jalan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status