Home / Romansa / PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON! / 5. HATI YANG DIHANCURKAN

Share

5. HATI YANG DIHANCURKAN

Author: lyns_marlyn
last update Last Updated: 2023-05-23 13:37:59

Cleon dan David duduk dengan santai setelah selesai meeting yang cukup memeras otak. Gloria yang diminta membuat kopi untuk kedua atasannya dengan sigap segera pergi ke pantry.

"Akhirnya tender besar yang kita menangkan bisa juga mulai kita garap," ucap David.

"Tender itu tidak seberapa nilainya bagi gue, biasa saja," jawab Cleon duduk di sebelah David.

"Ya iyalah, secara uang loe itu tidak habis tujuh turunan. Tentu saja jumlah angka tender itu tidak seberapa di matamu. Sombong banget loe!" Cibir David.

"Ha-ha-ha. Menyombongkan diri sendiri tidak ada salahnya jika itu sesuai kenyataan. Kecuali loe, apa yang bisa loe sombongkan dari diri loe. Uang kagak punya, muka?!" Cleon melihat muka David. "Kalah telak dari muka gue. Ha-ha-ha."

"Makin tidak beres otak loe! Ngata-ngatain gue lagi." David melempar Cleon dengan sebatang rokok yang sedang dipegangnya.

"Ha-ha-ha." Cleon tertawa terbahak melihat wajah David jadi kesal. Baginya, hanya David yang bisa membuatnya tertawa.

Dengan santai David menghisap rokoknya kuat-kuat lalu menghembuskan ke segala arah. Tidak lama kemudian, ponsel miliknya di atas meja bergetar.

"Ada yang meneleponmu, angkat tuh!" Cleon menunjuk dengan matanya pada David.

David tidak menghiraukan ponselnya. "Malas!Mengganggu orang saja!"

Cleon mengambil ponsel, sebuah nama tertera di layar ponsel. "Intan."

"Siapa?" tanya David.

"Intan. Siapa Intan? Gue baru dengar namanya."

"Si bemper besar," jawab David.

Cleon melebarkan matanya. "Si bemper besar? Gila loe! Ngapain nomor ponsel loe kasih ke si bemper?!"

"Malam gue sedikit mabuk, nggak sadar kasih nomor ponsel. Nanti gue blokir." David mengambil ponselnya dari tangan Cleon.

"Jangan sembarangan kasih nomor ponsel apalagi sama wanita murahan begitu, dia pasti akan mengejar loe."

"Sudah gue blokir! Cerewet loe!" David menaruh lagi ponselnya di atas meja. "By the way, ke mana si Gloria? Bikin kopi lama banget."

Orang yang sedang dibicarakan akhirnya datang, harum kopi yang dibawanya di atas nampan kecil langsung menyeruak memenuhi seluruh ruangan.

"Nona Gloria sayang, membuat kopinya di mana? Lama banget."

"Tadi di pantry kopinya habis, jadi saya menyuruh OB untuk membelinya. Pak David ini sabar sekali, cuma terlambat beberapa menit saja sudah ngambek," jawab Gloria menaruh dua cangkir kopi di atas meja.

"Thank you Gloria." Cleon langsung mengambil kopi miliknya.

"Sama-sama Pak," jawab Gloria tersenyum manis menatap Cleon lalu pergi ke luar meninggalkan kedua Bosnya.

"Cleon, loe sadar nggak, si Gloria ini suka sama loe," ucap David setelah selesai menghirup kopinya yang masih mengeluarkan kepulan asap putih.

"Semua cewek yang melihat gue pasti suka sama gue, itu sudah tidak aneh." Cleon kembali menyombongkan dirinya.

"Narsis banget sih loe! Jijik gue dengernya!" David mencibir.

"Ha-ha-ha." Cleon terbahak.

"Si Gloria ini kalau dilihat-lihat cantik juga. Apa loe kagak tertarik dengannya?"

Cleon menjawab dengan tegas. "Kagak! Tidak sama sekali."

Wajah David berubah serius. "Apa loe masih belum bisa melupakan mantanmu itu?"

Cleon jadi terdiam, bayangan wajah Clara mendadak berkelebat dalam ingatannya. Mantan yang telah berhasil membuat hatinya luluh lantah berantakan hingga berkeping-keping.

"Lupakan Clara, Cleon. Hidup terus berjalan, jangan mengurung hatimu dengan kebencian apalagi sampai membuatmu tidak berselera melihat wanita cantik. Rugi loe!"

"Gue biasa saja," jawab Cleon menutupi rasa kecewanya. Luka di hati yang bertahun-tahun lamanya tersimpan rapi, sekarang terusik kembali dengan ucapan David.

"Mata loe nggak bisa bohong. Gue tahu, hatimu masih teringat si Clara. Iyakan?! Loe cuma buang-buang waktu. Umur kita ini semakin lama semakin tua, bukan semakin muda. Jika loe terus seperti ini, kapan mau dapat cewek yang akan loe jadikan istri?"

"Loe ceramah depan gue? Helo David Darmawan, apa kabarnya dengan dirimu?" Ledek Cleon.

David tertawa. "Gue gampang, besok juga gue bisa kawin. Nanti malam juga gue bisa kawin. Nah kalau loe? Bagaimana?"

"Bicara sama orang yang otaknya kawin dan kawin memang ga pernah beres, lama-lama gue bisa ketularan." Cleon bangun dari duduknya. "Sudahlah gue mau pulang!"

"Eh, kok pulang?!" David cepat-cepat mematikan rokoknya di asbak dan mengambil ponselnya mengikuti sahabatnya ke luar.

Gloria sedang fokus dengan laptopnya ketika kedua Bosnya lewat.

"Gloria," panggil Cleon.

"Eh, iya Pak." Gloria dengan cepat segera bangun dari duduknya.

"Hasil meeting tadi, besok pagi sudah harus ada di mejaku," pinta Cleon.

"Iya Pak," jawab Gloria.

Cleon tidak bicara lagi, langsung pergi menuju lift diikuti David dari belakang.

"Loe mau ke mana sekarang?" tanya David di dalam lift.

"Pulang, gue mau berenang. Badanku pegal, mungkin bisa sedikit rileks kalau dibawa berenang. Loe sendiri mau ke mana?"

"Pulang, ngantuk! Semalaman gue begadang, berenang di atas ranjang," jawab David ikut ke luar dari lift ketika pintu lift telah terbuka.

Cleon tidak bicara lagi, beberapa karyawan yang berpapasan dengannya mengangguk hormat. Langkah kakinya yang tegas dan wajahnya yang mahal senyum membuat banyak karyawannya merasa segan jika melihatnya.

Mang Sugeng sedang berbincang dengan security kantor langsung pergi ke mobilnya ketika melihat Bos besarnya ke luar dari dalam gedung.

"Loe mau ikut bareng mobil gue?" tanya Cleon melihat David yang terlihat mengantuk.

"Gue bawa mobil," jawab David pergi ke tempat parkir. "Gue cabut duluan. Sampai ketemu besok."

....

Ditempat lain, Melodi baru saja ke luar dari kamarnya.

"Kamu jangan lupa berikan ini pada Nyonya Dina." Ibu memberikan secarik kertas pada putrinya.

"Ok Bu! Hanya ke rumah besar itu sajakan?" tanya Melodi langsung memasukkan kertas ke dalam tasnya.

"Iya, langsung pulang begitu kamu terima uangnya. Jangan mampir kemana-mana lagi!" Ibu memperingatkan.

"Ok siap, komandan!" Melodi memberi hormat pada Ibunya seperti bawahan pada atasannya.

Ibu menonyor kepala putrinya. "Cepat pergi! Hati-hati bawa motornya. Kalau ada apa-apa, telepon Ibu."

Melodi tertegun beberapa detik mendengar kata telepon. "I... iya Bu." Bergegas Melodi pergi.

Jalan raya sedikit lengang ketika Melodi mencari jalan alternatif agar tidak terlalu memakan waktu. Suara bising klakson dan asap hitam dari kendaraan tidak Melodi temui ketika melewati jalan raya padat penduduk, tapi resikonya banyak anak kecil yang tiba-tiba berlari dari arah tak terduga.

Melodi berhenti sejenak ketika melewati jalan perempatan. "Aku lewat mana ini? Kiri atau kanan? Ya Tuhan, kenapa mendadak jadi lupa begini?!" gerutunya sendiri dari balik masker yang dipakainya.

Setelah memilih dengan cara menebak-nebak, Melodi memutuskan mengambil jalan menurut kata hatinya, tapi baru beberapa meter motor merah matic kesayangannya meluncur, tiba-tiba dari arah tak terduga muncul sebuah mobil hitam Fortuner sehingga membuat Melodi hilang keseimbangan.

Melodi berusaha menghindari mobil agar tidak terjadi tabrakan, tapi hasilnya malah jatuh terperosok ke dalam parit dipinggir jalan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!   115. AKHIR YANG INDAH

    Melodi memutar tubuhnya di depan cermin, senyum lebar tak pernah lepas dari bibirnya ketika melihat dress yang sedang dipakainya begitu cocok dengan tubuh kecil mungilnya. "Pasti yang memilih baju ini bukan si manusia es, mana mungkin dia mau bersusah payah membeli baju," ucap Melodi sendiri."Baju yang Nona pakai itu, Tuan Cleon sendiri yang memilihnya," terdengar suara lembut seorang wanita dari belakang tubuh Melodi.Tubuh Melodi langsung berbalik melihat ke belakang. "Sejak kapan Nyonya ada di sini?!" tanyanya."Sejak Nona mulai bicara sendiri," jawabnya. "Jangan panggil saya Nyonya, panggil saja Bibi."Melodi sejenak menatap wajah wanita itu. "Bibi bekerja di sini?!""Iya, bahkan Bibi yang mengasuh Tuan muda dari kecil," jawabnya tenang disertai senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya. "Nona pasti gadis yang sangat spesial buat Tuan muda karena baru kali ini membawa seorang wanita ke rumah ini.""Eh, tidak, tidak!" Melodi menggelengkan kepalanya. "Bibi jangan salah paham. Saya

  • PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!   114. HATI YANG TELAH TERCURI

    Melodi yang dipanggil oleh Bos besarnya, tapi Mang Sugeng yang terlihat khawatir. "Non Melodi, cepat masuk ke dalam mobil. Nanti Tuan marah."Melodi malah mendekati Mang Sugeng, kemudian berbisik, "sebenarnya, aku takut ikut dengan Bos.""Takut?!" tanya Mang Sugeng bingung. "Takut kenapa?!""Sst," Melodi menutup bibir mungilnya dengan jari telunjuk. "Jangan kencang-kencang ngomongnya, nanti Bos bisa dengar," bisiknya."Kenapa harus takut?" bisik Mang Sugeng heran. "Tuan Cleon bukan orang jahat.""Masa Mang Sugeng tidak mengerti! Aku dan Tuan besarmu itu berlainan jenis," jawab Melodi. "Mang Sugeng pahamkan?!"Berapa detik Mang Sugeng diam, mencerna ucapan Melodi, tak lama kemudian manggut-manggut. "Maksud Non Melodi, karena kalian berdua ini berlainan jenis jadi Non Melodi takut.""Pinter!" Melodi tanpa sadar memukul tangan Mang Sugeng. "Itu mengerti.""He-he," Mang Sugeng terkekeh sambil mengelus bagian tangan yang dipukul Melodi. "Jangan takut Non, Tuan tidak seperti itu," bisik Man

  • PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!   113. SENYUM MISTERIUS

    Intan masuk kembali ke dalam apartemennya. Walaupun Kevin telah pergi, tapi perasaan takut masih membayangi. "Semoga bocah sialan itu tidak datang lagi! Mengganggu kenyamanan ku saja. Brengsek!" Intan menggerutu sendiri.DREET!DREET!Ponsel di atas nakas bergetar. "Siapa yang meneleponku?!" tanya Intan pada diri sendiri langsung melihat layar ponselnya. "Astaga! Bocah tengil itu lagi!" Ponsel langsung dilempar ke atas kasur. Intan berdiri di depan cermin besar, menatap wajahnya yang kusut dan terlihat pucat. Berapa menit kemudian, Intan mengganti bajunya dan berdandan. "Sebaiknya aku ke luar menemui Brian! Sedang apa dia sekarang?!" Intan lalu melihat jam tangannya. "Tapi, apa Brian ada di kantor?!"....Melodi dan Cleon baru saja selesai meeting membahas beberapa tender yang telah berhasil mereka menangkan bersama para direktur utama."Bos," panggil Melodi kerepotan memegang tas kerja dan beberapa berkas yang ada di tangannya, langkahnya begitu tergesa-gesa untuk mengimbangi langka

  • PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!   112. JATUHNYA HARGA DIRI

    "Apa kau tuli?!" tanya Kevin sarkas. "Kau pikir aku bodoh, percaya pada wanita murahan sepertimu!"Mendengar apa yang dikatakan Kevin, detik berikutnya Intan mengusir Kevin ke luar dari apartemennya. "Ke luar! Cepat ke luar!" Kevin bukannya pergi seperti yang Intan inginkan, kakinya malah semakin mendekat. "Berani kau mengusirku dari sini!"Tanpa berpikir panjang, Intan segera membuka pintu apartemennya lebar-lebar. "Ke luar!" Ucapnya galak menatap tajam pada Kevin dengan tangan mengarahkan ke luar pintu.Wajah Kevin berubah beringas. "Berani kau mengusirku, wanita murahan!" "Ke luar!" Bentak Intan lebih keras.Kedua tangan Kevin mengepal di sisi kiri dan kanan tubuhnya. "Layani aku dulu, baru aku akan pergi dari sini!"Dada Intan naik turun menahan marah. "Aku tak sudi melayani nafsu gilamu itu! Pergi kau dari sini!"Kevin melangkah mendekat, berdiri dengan sombongnya di depan Intan. "Wanita murahan! Kau pikir siapa dirimu sampai berani-beraninya mengusirku dari sini! Kau hanya sam

  • PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!   111. TAMU PELANGGAN

    Waktu terus berlalu, Lastri sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Menurut Dokter, tidak ada luka parah dibagian kepalanya, hanya sedikit luka robek dibagian kulit kepala. "Syukurlah, Lastri baik-baik saja," ucap Melodi. "Aku sudah sangat cemas dengan keadaannya," Melodi menatap wajah Lastri yang kepalanya diperban dibagian kening melingkar ke belakang. "Kamu sudah menghubungi keluarganya?!" tanya Cleon masih setia menemani sekretaris pribadinya tersebut."Ya ampun, aku lupa!" Melodi segera mengambil ponsel, tapi detik berikut wajahnya jadi berubah kesal. "Batreinya habis. Bagaimana ini?!""Pakai ini," Cleon memberikan ponselnya. Melodi sedikit ragu. "Tidak, tidak usah Bos! Biar aku charger saja ponselku sebentar.""Butuh berapa menit untuk charger ponsel? Kamu ini, dikasih yang mudah malah cari yang susah," ujar Cleon. "Tapi ...," Melodi garuk-garuk kepala tak gatal, tidak enak rasanya harus memakai ponsel yang sama sekali tidak pernah disentuh orang lain."Mau pakai tidak?!" Cleo

  • PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!   110. KECELAKAAN

    Sejenak Melodi terdiam melihat perubahan wajah Lastri, rasanya ingin bertanya tapi waktu sudah sangat terlambat untuk pergi ke kantor. "Lastri, ini kartu namaku!" Melodi mengambil kertas hitam kecil dengan tulisan warna silver dari dalam tasnya langsung diberikan pada Lastri. "Telepon aku jika kamu perlu bantuanku." "Iya," jawab Lastri singkat dan begitu datar menerima kartu nama dari tangan Melodi."Baiklah, aku harus segera pergi ke kantor. Maaf, aku tidak bisa berlama-lama," ucap Melodi tidak enak hati meninggalkan Lastri, tapi kewajibannya sebagai seorang pegawai harus membuatnya pergi. "Jangan lupa, telepon aku!"Lastri menganggukan kepala, tersenyum menatap Melodi. "Semoga kamu sukses!""Iya, terima kasih! Kamu juga," jawab Melodi memeluk Lastri.Selesai saling berpelukan, Lastri pamit meninggalkan Melodi. "Aku harus menyeberang lagi, arah jalanku ke sana," tunjuk Lastri ke arah berlawanan. "Iya, hati-hati!" ucap Melodi melihat punggung Lastri yang berjalan pergi menjauh. "By

  • PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!   109. BERTEMU TEMAN LAMA

    Brian tidak bisa berbuat apa-apa. "Baiklah, ini mungkin hukuman yang harus aku terima," gumam Brian lirih. "Tapi asal kamu tahu, aku sangat mencintai mu." Baju yang berserakan di lantai segera Brian pungut begitu kakinya melangkah masuk ke dalam kamar. Satu per satu dimasukkan ke dalam koper. "Tak kusangka, aku dan Clara akan berakhir seperti ini." Selesai semua, Brian segera menarik kopernya ke luar."Clara," panggil Brian mengetuk pintu kamar berharap wanita yang telah bersamanya bertahun-tahun akan membukakan pintu agar bisa berpamitan. "Clara!" Sepi, tidak ada jawaban. Clara yang berada di dalam kamar tidak menjawab apalagi membuka pintu."Clara," panggil Brian menatap daun pintu yang tertutup. "Aku pergi, jaga dirimu baik-baik. Jika kamu perlu bantuanku, jangan sungkan untuk menghubungi ku. Clara, maafkan aku!"Masih tidak ada jawaban, akhirnya Brian memutuskan untuk pergi ke luar dari apartemen yang baru beberapa bulan ditempati bersama Clara setelah bertahun-tahun pergi berse

  • PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!   108. SEMUA SUDAH USAI

    Dengan antusias, Clara melihat bagian belakang jam tangan yang sedang dipegangnya. Mata merah sembab yang telah kering dengan air mata seketika tergenang lagi dengan air mata, kedua kakinya seakan tidak bertulang dan bertenaga, sangat lemas, bahkan kedua tangan yang sedang memegang jam tangan pun langsung gemetaran ketika melihat ukiran inisial nama yang khusus dirancangnya sendiri terpampang manis begitu indah."A-apa maksudmu?!" tanya Brian gugup lalu dengan cepat mengambil jam tangan dari tangan Clara. "Inisial apa?! A-aku tidak mengerti."Air mata Clara perlahan jatuh kembali membasahi pipi kemudian melihat Brian dengan tatapan kosong. "Kenapa? Kenapa kamu mengkhianati ku?!" bisiknya lirih. "Apa salahku? Apa kamu sudah tidak mencintai ku lagi?!"Brian melihat sebuah inisial nama. "Ini ... ini ...," Seketika itu juga tubuh Brian langsung lemas, bingung harus memberikan alasan apa atau bersandiwara apalagi, bukti kuat bahwa memang itu jam tangannya sekarang ada di depan mata, di da

  • PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!   107. SANDIWARA

    Brian melangkahkan kakinya menuju lift yang akan membawa ke lantai di mana apartemennya berada. Wajah khawatir diselimuti ketakutan nampak sangat jelas terlihat "Alasan apa yang harus aku katakan pada Clara?" gumamnya sendiri.TING!Pintu lift terbuka, Brian menghela napas sebelum melangkah ke luar berharap rasa takut yang ada dalam dirinya bisa hilang bersama hembusan napasnya.Pintu apartemen hanya Brian pandangi sebelum menekan beberapa sandi untuk membuka pintu. "Semoga tidak terjadi perang dunia."Langkah kaki Brian begitu berhati-hati ketika memasuki apartemennya. Sepi, tidak ada Clara apalagi orang lain di dalam. "Pasti dia ada di dalam kamar," gumamnya pelan perlahan melangkahkan kakinya menuju ke kamar.BLUGH!Sebuah bantal besar mendarat manis di wajah Brian begitu membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. "Laki-laki brengsek! Masih berani kau datang ke sini!" teriak Clara menatap galak dengan tangan bersiap melemparkan satu buah vas bunga yang berada di dekatnya. "Eh, eh,"

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status