Share

6. LUTUT BERDARAH

"Aaaaa!" Teriakan panjang ke luar dari bibir mungil Melodi dengan mata melebar sempurna ketika tubuh kecil mungilnya serta motor matic kesayangannya meluncur begitu saja masuk ke dalam selokan tanpa air.

"Ada apa?!"

"Ada apa?!"

"Ada kecelakaan!"

Orang-orang yang berada di sekitar, langsung berdatangan untuk melihat apa yang terjadi.

"Aduh ...." Melodi meringis kesakitan dengan posisi tubuh sudah terjatuh di atas rumput kering, sementara motor matic kesayangannya sudah masuk terperosok ke dalam selokan.

"Ada yang masuk selokan!" Pria tua yang pertama kali melihat Melodi langsung menolongnya.

"Apa dia tidak apa-apa?! Kenapa bisa begitu?!"

"Untung saja dia tidak masuk ke dalam selokan!"

"Kasihan. Cepat! Cepat! Tolong dia! Sepertinya dia terluka!"

Suara-suara orang yang ingin melihat Melodi mulai terdengar dari sana sini.

Melodi masih meringis kesakitan berusaha untuk bisa duduk, lututnya terasa sakit. "Aduh, kakiku sakit."

"Neng, tidak apa-apa Neng?!" Wanita setengah baya berjongkok melihat keadaan Melodi. "Lututnya berdarah Neng."

"Darah?!" Melodi langsung melihat kakinya, celana panjang jeans kesayangannya nampak robek dan kotor tanah dibeberapa tempat. "Lututku berdarah! Issh,, sakit!"

Sementara itu, pemilik mobil Fortuner hitam yang ada di dalam mobil masih mengamati keadaan di luar sampai terdengar seseorang mengetuk kaca mobilnya.

"Woi! Ke luar!"

"Ke luar!

"Cepat ke luar! Tanggung jawab loe!"

Teriakan demi teriakan mulai terdengar dari orang-orang yang tidak tahu kejadian sebenarnya.

"Tuan Cleon, biar saya saja yang ke luar." Mang Sugeng terlihat khawatir.

Cleon tidak menjawab, pandangannya melihat orang-orang di luar yang satu per satu mengetuk kaca mobilnya yang gelap.

"Tuan! Biar Mang Ujang saja yang ke luar. Ini juga salah Mang Ujang karena tidak hati-hati." Mang Ujang segera membuka pintu mobilnya.

Cleon tidak bicara sepatah katapun. Dilihatnya Mang Ujang langsung berbincang dengan beberapa orang yang tadi terus menerus mengetuk kaca mobilnya.

"Itu lihat! Korbannya terluka!" teriak salah satu dari mereka.

"Iya, tanggung jawab loe! Bawa mobil seenak jidat!" Sambung yang lain. "Loe pikir, ini jalan raya milik nenek moyangmu!"

Mang Ujang segera menghampiri Melodi yang masih kesakitan melihat lututnya yang berdarah.

"Aduh, sakit." Melodi meringis melihat kakinya yang terluka.

Mang Ujang berjongkok melihat kaki Melodi yang mengeluarkan darah dari lukanya. "Ya Tuhan, kakinya berdarah."

"Tanggung jawab loe!"

"Motornya juga masuk selokan! Untung orangnya nggak ikut masuk."

"Iya! Dia perempuan lagi. Masih anak-anak. Makanya kalau bawa mobil yang bener!"

Suara dari beberapa orang yang berkerumun saling bersahutan di belakang Mang Ujang. Ada yang berusaha untuk memanaskan suasana, ada juga yang hanya menjadi penonton.

Cleon segera ke luar setelah melihat situasi yang mulai tidak kondusif, langsung mendekati Mang Ujang dan Melodi yang sedang meringis kesakitan.

"Tuan." Mang Ujang melihat Cleon. "Kakinya terluka, berdarah."

"Oh, jadi ini pemilik mobilnya!" Salah satu orang yang melihat Cleon ke luar dari dalam mobil.

Melodi tertegun beberapa saat ketika iris matanya melihat Cleon, wajah yang tidak asing baginya.

Begitupun dengan Cleon, beberapa detik hanya tertegun melihat Melodi dengan hati yang bicara sendiri. "Gadis ini? Bukankah gadis ini yang ponselnya jatuh di restoran?!"

"Tuan," panggil Mang Ujang. "Gadis ini kakinya terluka."

Melodi kembali meringis, kakinya terasa perih. "Aduh. Issh, ssh, sakit."

Cleon melihat lutut Melodi yang berdarah, terdiam beberapa detik. Entah apa yang ada di dalam isi kepala Cleon, tiba-tiba saja, tubuh Melodi terasa melayang ketika Cleon menggendongnya ala bridal style.

"Aaa!" Melodi kaget bukan kepalang ketika tubuhnya diangkat lalu dengan refleks tangannya langsung melingkar di leher kokoh seorang Cleon.

Semua orang termasuk Mang Ujang hanya bisa berdiri menonton atas apa yang telah dilakukan Cleon dalam hitungan detik.

"Mang Ujang!" panggil Cleon.

"Eh, i ... iya Tuan." Mang Ujang bergegas mendatangi majikannya.

Cleon melihat Melodi yang sedang meringis. "Aku akan membawa gadis ini ke Dokter. Mang Ujang urus semua masalah yang ada di sini."

"Iya Tuan," jawab Mang Ujang.

Setelah mengatur Melodi duduk dan memasang seatbelnya, Cleon segera menyalakan mobilnya lalu pergi meninggalkan orang-orang yang sedang menonton dirinya.

Melodi meringis menahan sakit. Helm yang masih terpasang di kepala segera dilepasnya lalu melihat kakinya yang berdarah. "Aduh. Perih banget."

"Ini." Cleon memberikan tisu dengan sebelah tangannya sambil menyetir. "Bersihkan tanah yang menempel dilukanya."

Tanpa banyak bicara, Melodi langsung menuruti apa yang dikatakan Cleon. Sekali-kali meringis menahan sakit dan meniup lukanya ketika terasa perih.

"Apa ada tulangmu yang patah?" tanya Cleon setelah melihat Melodi sudah selesai.

Melodi menjawab pelan. "Tidak, aku hanya terluka di lutut saja. Tapi ...."

"Tapi apa?"

"Motorku?" Melodi teringat dengan motor kesayangannya.

"Mang Ujang akan langsung membawanya ke bengkel, kamu tenang saja. Sekarang kita akan ke Dokter, obati dulu lukamu itu."

Sebelum menjawab, Melodi tertegun beberapa saat. "Dokter? Aku tidak mau ke Dokter. Antarkan saja aku pulang!"

Cleon melihat sekilas luka yang ada di lutut Melodi. "Kalau tidak diobati, lukamu itu bisa infeksi."

"Aku obati di rumah saja, ini hanya luka lecet. Nanti juga sembuh. Antarkan saja aku pulang!"

Cleon menghela napas, dilihatnya sekilas wajah Melodi. "Kamu bawa motor tidak hati-hati."

Melodi terdiam, pikirannya teringat dengan kejadian kecelakaan tadi. Wajah yang meringis sakit, mendadak berubah menjadi marah. "Kamu! Gara-gara kamu! Aku terjatuh gara-gara kamu!"

Cleon mengernyitkan alisnya. "Aku?!"

"Iya! Kamu!" Bentak Melodi berubah jadi singa betina memasang wajah marah. Rasa perih di lututnya mendadak hilang.

"No! Bukan aku!" bantah Cleon tetap fokus menyetir.

Melodi menatap galak. "Kalau bukan karena kamu, lantas siapa?! Ini mobilmu bukan?!"

Cleon dalam hatinya diam-diam tertawa, melihat Melodi yang mendadak beringas bukan rasa takut yang dilihatnya, tapi malah terlihat lucu. "Iya, ini memang mobilku."

"Nah, kamu sendiri mengakui ini mobilmu! Lantas, motorku sampai masuk selokan dan kakiku terluka begini, karena mobil siapa?!"

Cleon tersenyum membuang muka. Entah kenapa, di matanya Melodi yang sedang marah malah jadi terlihat lucu. "Tapi bukan aku yang menyetir saat itu."

Melodi terdiam, pikirannya kembali teringat pada pria yang tadi bersama Cleon. "Apa yang dimaksudnya adalah pria tua tadi?" gumam hati Melodi.

"Kita sudah sampai!" Cleon membuyarkan lamunan Melodi.

Mobil berhenti tepat di depan sebuah klinik yang tidak terlalu besar, terlihat ada beberapa orang sedang berdiri di luar.

"Di mana ini?" Melodi melihat ke luar.

"Pasar!" jawab Cleon asal sambil membuka seatbeltnya.

"Pasar?" tanya Melodi bingung.

"Dasar bodoh! Apa kamu tidak bisa membaca tulisan sebesar gajah yang dipapan itu!" tunjuk Cleon. "Dr. Prasetyo!"

Mendadak wajah Melodi menjadi pucat. "Dokter?!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status