Share

6. LUTUT BERDARAH

Author: lyns_marlyn
last update Huling Na-update: 2023-06-08 13:58:00

"Aaaaa!" Teriakan panjang ke luar dari bibir mungil Melodi dengan mata melebar sempurna ketika tubuh kecil mungilnya serta motor matic kesayangannya meluncur begitu saja masuk ke dalam selokan tanpa air.

"Ada apa?!"

"Ada apa?!"

"Ada kecelakaan!"

Orang-orang yang berada di sekitar, langsung berdatangan untuk melihat apa yang terjadi.

"Aduh ...." Melodi meringis kesakitan dengan posisi tubuh sudah terjatuh di atas rumput kering, sementara motor matic kesayangannya sudah masuk terperosok ke dalam selokan.

"Ada yang masuk selokan!" Pria tua yang pertama kali melihat Melodi langsung menolongnya.

"Apa dia tidak apa-apa?! Kenapa bisa begitu?!"

"Untung saja dia tidak masuk ke dalam selokan!"

"Kasihan. Cepat! Cepat! Tolong dia! Sepertinya dia terluka!"

Suara-suara orang yang ingin melihat Melodi mulai terdengar dari sana sini.

Melodi masih meringis kesakitan berusaha untuk bisa duduk, lututnya terasa sakit. "Aduh, kakiku sakit."

"Neng, tidak apa-apa Neng?!" Wanita setengah baya berjongkok melihat keadaan Melodi. "Lututnya berdarah Neng."

"Darah?!" Melodi langsung melihat kakinya, celana panjang jeans kesayangannya nampak robek dan kotor tanah dibeberapa tempat. "Lututku berdarah! Issh,, sakit!"

Sementara itu, pemilik mobil Fortuner hitam yang ada di dalam mobil masih mengamati keadaan di luar sampai terdengar seseorang mengetuk kaca mobilnya.

"Woi! Ke luar!"

"Ke luar!

"Cepat ke luar! Tanggung jawab loe!"

Teriakan demi teriakan mulai terdengar dari orang-orang yang tidak tahu kejadian sebenarnya.

"Tuan Cleon, biar saya saja yang ke luar." Mang Sugeng terlihat khawatir.

Cleon tidak menjawab, pandangannya melihat orang-orang di luar yang satu per satu mengetuk kaca mobilnya yang gelap.

"Tuan! Biar Mang Ujang saja yang ke luar. Ini juga salah Mang Ujang karena tidak hati-hati." Mang Ujang segera membuka pintu mobilnya.

Cleon tidak bicara sepatah katapun. Dilihatnya Mang Ujang langsung berbincang dengan beberapa orang yang tadi terus menerus mengetuk kaca mobilnya.

"Itu lihat! Korbannya terluka!" teriak salah satu dari mereka.

"Iya, tanggung jawab loe! Bawa mobil seenak jidat!" Sambung yang lain. "Loe pikir, ini jalan raya milik nenek moyangmu!"

Mang Ujang segera menghampiri Melodi yang masih kesakitan melihat lututnya yang berdarah.

"Aduh, sakit." Melodi meringis melihat kakinya yang terluka.

Mang Ujang berjongkok melihat kaki Melodi yang mengeluarkan darah dari lukanya. "Ya Tuhan, kakinya berdarah."

"Tanggung jawab loe!"

"Motornya juga masuk selokan! Untung orangnya nggak ikut masuk."

"Iya! Dia perempuan lagi. Masih anak-anak. Makanya kalau bawa mobil yang bener!"

Suara dari beberapa orang yang berkerumun saling bersahutan di belakang Mang Ujang. Ada yang berusaha untuk memanaskan suasana, ada juga yang hanya menjadi penonton.

Cleon segera ke luar setelah melihat situasi yang mulai tidak kondusif, langsung mendekati Mang Ujang dan Melodi yang sedang meringis kesakitan.

"Tuan." Mang Ujang melihat Cleon. "Kakinya terluka, berdarah."

"Oh, jadi ini pemilik mobilnya!" Salah satu orang yang melihat Cleon ke luar dari dalam mobil.

Melodi tertegun beberapa saat ketika iris matanya melihat Cleon, wajah yang tidak asing baginya.

Begitupun dengan Cleon, beberapa detik hanya tertegun melihat Melodi dengan hati yang bicara sendiri. "Gadis ini? Bukankah gadis ini yang ponselnya jatuh di restoran?!"

"Tuan," panggil Mang Ujang. "Gadis ini kakinya terluka."

Melodi kembali meringis, kakinya terasa perih. "Aduh. Issh, ssh, sakit."

Cleon melihat lutut Melodi yang berdarah, terdiam beberapa detik. Entah apa yang ada di dalam isi kepala Cleon, tiba-tiba saja, tubuh Melodi terasa melayang ketika Cleon menggendongnya ala bridal style.

"Aaa!" Melodi kaget bukan kepalang ketika tubuhnya diangkat lalu dengan refleks tangannya langsung melingkar di leher kokoh seorang Cleon.

Semua orang termasuk Mang Ujang hanya bisa berdiri menonton atas apa yang telah dilakukan Cleon dalam hitungan detik.

"Mang Ujang!" panggil Cleon.

"Eh, i ... iya Tuan." Mang Ujang bergegas mendatangi majikannya.

Cleon melihat Melodi yang sedang meringis. "Aku akan membawa gadis ini ke Dokter. Mang Ujang urus semua masalah yang ada di sini."

"Iya Tuan," jawab Mang Ujang.

Setelah mengatur Melodi duduk dan memasang seatbelnya, Cleon segera menyalakan mobilnya lalu pergi meninggalkan orang-orang yang sedang menonton dirinya.

Melodi meringis menahan sakit. Helm yang masih terpasang di kepala segera dilepasnya lalu melihat kakinya yang berdarah. "Aduh. Perih banget."

"Ini." Cleon memberikan tisu dengan sebelah tangannya sambil menyetir. "Bersihkan tanah yang menempel dilukanya."

Tanpa banyak bicara, Melodi langsung menuruti apa yang dikatakan Cleon. Sekali-kali meringis menahan sakit dan meniup lukanya ketika terasa perih.

"Apa ada tulangmu yang patah?" tanya Cleon setelah melihat Melodi sudah selesai.

Melodi menjawab pelan. "Tidak, aku hanya terluka di lutut saja. Tapi ...."

"Tapi apa?"

"Motorku?" Melodi teringat dengan motor kesayangannya.

"Mang Ujang akan langsung membawanya ke bengkel, kamu tenang saja. Sekarang kita akan ke Dokter, obati dulu lukamu itu."

Sebelum menjawab, Melodi tertegun beberapa saat. "Dokter? Aku tidak mau ke Dokter. Antarkan saja aku pulang!"

Cleon melihat sekilas luka yang ada di lutut Melodi. "Kalau tidak diobati, lukamu itu bisa infeksi."

"Aku obati di rumah saja, ini hanya luka lecet. Nanti juga sembuh. Antarkan saja aku pulang!"

Cleon menghela napas, dilihatnya sekilas wajah Melodi. "Kamu bawa motor tidak hati-hati."

Melodi terdiam, pikirannya teringat dengan kejadian kecelakaan tadi. Wajah yang meringis sakit, mendadak berubah menjadi marah. "Kamu! Gara-gara kamu! Aku terjatuh gara-gara kamu!"

Cleon mengernyitkan alisnya. "Aku?!"

"Iya! Kamu!" Bentak Melodi berubah jadi singa betina memasang wajah marah. Rasa perih di lututnya mendadak hilang.

"No! Bukan aku!" bantah Cleon tetap fokus menyetir.

Melodi menatap galak. "Kalau bukan karena kamu, lantas siapa?! Ini mobilmu bukan?!"

Cleon dalam hatinya diam-diam tertawa, melihat Melodi yang mendadak beringas bukan rasa takut yang dilihatnya, tapi malah terlihat lucu. "Iya, ini memang mobilku."

"Nah, kamu sendiri mengakui ini mobilmu! Lantas, motorku sampai masuk selokan dan kakiku terluka begini, karena mobil siapa?!"

Cleon tersenyum membuang muka. Entah kenapa, di matanya Melodi yang sedang marah malah jadi terlihat lucu. "Tapi bukan aku yang menyetir saat itu."

Melodi terdiam, pikirannya kembali teringat pada pria yang tadi bersama Cleon. "Apa yang dimaksudnya adalah pria tua tadi?" gumam hati Melodi.

"Kita sudah sampai!" Cleon membuyarkan lamunan Melodi.

Mobil berhenti tepat di depan sebuah klinik yang tidak terlalu besar, terlihat ada beberapa orang sedang berdiri di luar.

"Di mana ini?" Melodi melihat ke luar.

"Pasar!" jawab Cleon asal sambil membuka seatbeltnya.

"Pasar?" tanya Melodi bingung.

"Dasar bodoh! Apa kamu tidak bisa membaca tulisan sebesar gajah yang dipapan itu!" tunjuk Cleon. "Dr. Prasetyo!"

Mendadak wajah Melodi menjadi pucat. "Dokter?!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!   115. AKHIR YANG INDAH

    Melodi memutar tubuhnya di depan cermin, senyum lebar tak pernah lepas dari bibirnya ketika melihat dress yang sedang dipakainya begitu cocok dengan tubuh kecil mungilnya. "Pasti yang memilih baju ini bukan si manusia es, mana mungkin dia mau bersusah payah membeli baju," ucap Melodi sendiri."Baju yang Nona pakai itu, Tuan Cleon sendiri yang memilihnya," terdengar suara lembut seorang wanita dari belakang tubuh Melodi.Tubuh Melodi langsung berbalik melihat ke belakang. "Sejak kapan Nyonya ada di sini?!" tanyanya."Sejak Nona mulai bicara sendiri," jawabnya. "Jangan panggil saya Nyonya, panggil saja Bibi."Melodi sejenak menatap wajah wanita itu. "Bibi bekerja di sini?!""Iya, bahkan Bibi yang mengasuh Tuan muda dari kecil," jawabnya tenang disertai senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya. "Nona pasti gadis yang sangat spesial buat Tuan muda karena baru kali ini membawa seorang wanita ke rumah ini.""Eh, tidak, tidak!" Melodi menggelengkan kepalanya. "Bibi jangan salah paham. Saya

  • PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!   114. HATI YANG TELAH TERCURI

    Melodi yang dipanggil oleh Bos besarnya, tapi Mang Sugeng yang terlihat khawatir. "Non Melodi, cepat masuk ke dalam mobil. Nanti Tuan marah."Melodi malah mendekati Mang Sugeng, kemudian berbisik, "sebenarnya, aku takut ikut dengan Bos.""Takut?!" tanya Mang Sugeng bingung. "Takut kenapa?!""Sst," Melodi menutup bibir mungilnya dengan jari telunjuk. "Jangan kencang-kencang ngomongnya, nanti Bos bisa dengar," bisiknya."Kenapa harus takut?" bisik Mang Sugeng heran. "Tuan Cleon bukan orang jahat.""Masa Mang Sugeng tidak mengerti! Aku dan Tuan besarmu itu berlainan jenis," jawab Melodi. "Mang Sugeng pahamkan?!"Berapa detik Mang Sugeng diam, mencerna ucapan Melodi, tak lama kemudian manggut-manggut. "Maksud Non Melodi, karena kalian berdua ini berlainan jenis jadi Non Melodi takut.""Pinter!" Melodi tanpa sadar memukul tangan Mang Sugeng. "Itu mengerti.""He-he," Mang Sugeng terkekeh sambil mengelus bagian tangan yang dipukul Melodi. "Jangan takut Non, Tuan tidak seperti itu," bisik Man

  • PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!   113. SENYUM MISTERIUS

    Intan masuk kembali ke dalam apartemennya. Walaupun Kevin telah pergi, tapi perasaan takut masih membayangi. "Semoga bocah sialan itu tidak datang lagi! Mengganggu kenyamanan ku saja. Brengsek!" Intan menggerutu sendiri.DREET!DREET!Ponsel di atas nakas bergetar. "Siapa yang meneleponku?!" tanya Intan pada diri sendiri langsung melihat layar ponselnya. "Astaga! Bocah tengil itu lagi!" Ponsel langsung dilempar ke atas kasur. Intan berdiri di depan cermin besar, menatap wajahnya yang kusut dan terlihat pucat. Berapa menit kemudian, Intan mengganti bajunya dan berdandan. "Sebaiknya aku ke luar menemui Brian! Sedang apa dia sekarang?!" Intan lalu melihat jam tangannya. "Tapi, apa Brian ada di kantor?!"....Melodi dan Cleon baru saja selesai meeting membahas beberapa tender yang telah berhasil mereka menangkan bersama para direktur utama."Bos," panggil Melodi kerepotan memegang tas kerja dan beberapa berkas yang ada di tangannya, langkahnya begitu tergesa-gesa untuk mengimbangi langka

  • PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!   112. JATUHNYA HARGA DIRI

    "Apa kau tuli?!" tanya Kevin sarkas. "Kau pikir aku bodoh, percaya pada wanita murahan sepertimu!"Mendengar apa yang dikatakan Kevin, detik berikutnya Intan mengusir Kevin ke luar dari apartemennya. "Ke luar! Cepat ke luar!" Kevin bukannya pergi seperti yang Intan inginkan, kakinya malah semakin mendekat. "Berani kau mengusirku dari sini!"Tanpa berpikir panjang, Intan segera membuka pintu apartemennya lebar-lebar. "Ke luar!" Ucapnya galak menatap tajam pada Kevin dengan tangan mengarahkan ke luar pintu.Wajah Kevin berubah beringas. "Berani kau mengusirku, wanita murahan!" "Ke luar!" Bentak Intan lebih keras.Kedua tangan Kevin mengepal di sisi kiri dan kanan tubuhnya. "Layani aku dulu, baru aku akan pergi dari sini!"Dada Intan naik turun menahan marah. "Aku tak sudi melayani nafsu gilamu itu! Pergi kau dari sini!"Kevin melangkah mendekat, berdiri dengan sombongnya di depan Intan. "Wanita murahan! Kau pikir siapa dirimu sampai berani-beraninya mengusirku dari sini! Kau hanya sam

  • PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!   111. TAMU PELANGGAN

    Waktu terus berlalu, Lastri sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Menurut Dokter, tidak ada luka parah dibagian kepalanya, hanya sedikit luka robek dibagian kulit kepala. "Syukurlah, Lastri baik-baik saja," ucap Melodi. "Aku sudah sangat cemas dengan keadaannya," Melodi menatap wajah Lastri yang kepalanya diperban dibagian kening melingkar ke belakang. "Kamu sudah menghubungi keluarganya?!" tanya Cleon masih setia menemani sekretaris pribadinya tersebut."Ya ampun, aku lupa!" Melodi segera mengambil ponsel, tapi detik berikut wajahnya jadi berubah kesal. "Batreinya habis. Bagaimana ini?!""Pakai ini," Cleon memberikan ponselnya. Melodi sedikit ragu. "Tidak, tidak usah Bos! Biar aku charger saja ponselku sebentar.""Butuh berapa menit untuk charger ponsel? Kamu ini, dikasih yang mudah malah cari yang susah," ujar Cleon. "Tapi ...," Melodi garuk-garuk kepala tak gatal, tidak enak rasanya harus memakai ponsel yang sama sekali tidak pernah disentuh orang lain."Mau pakai tidak?!" Cleo

  • PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!   110. KECELAKAAN

    Sejenak Melodi terdiam melihat perubahan wajah Lastri, rasanya ingin bertanya tapi waktu sudah sangat terlambat untuk pergi ke kantor. "Lastri, ini kartu namaku!" Melodi mengambil kertas hitam kecil dengan tulisan warna silver dari dalam tasnya langsung diberikan pada Lastri. "Telepon aku jika kamu perlu bantuanku." "Iya," jawab Lastri singkat dan begitu datar menerima kartu nama dari tangan Melodi."Baiklah, aku harus segera pergi ke kantor. Maaf, aku tidak bisa berlama-lama," ucap Melodi tidak enak hati meninggalkan Lastri, tapi kewajibannya sebagai seorang pegawai harus membuatnya pergi. "Jangan lupa, telepon aku!"Lastri menganggukan kepala, tersenyum menatap Melodi. "Semoga kamu sukses!""Iya, terima kasih! Kamu juga," jawab Melodi memeluk Lastri.Selesai saling berpelukan, Lastri pamit meninggalkan Melodi. "Aku harus menyeberang lagi, arah jalanku ke sana," tunjuk Lastri ke arah berlawanan. "Iya, hati-hati!" ucap Melodi melihat punggung Lastri yang berjalan pergi menjauh. "By

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status