"Aaaaa!" Teriakan panjang ke luar dari bibir mungil Melodi dengan mata melebar sempurna ketika tubuh kecil mungilnya serta motor matic kesayangannya meluncur begitu saja masuk ke dalam selokan tanpa air.
"Ada apa?!""Ada apa?!""Ada kecelakaan!"Orang-orang yang berada di sekitar, langsung berdatangan untuk melihat apa yang terjadi."Aduh ...." Melodi meringis kesakitan dengan posisi tubuh sudah terjatuh di atas rumput kering, sementara motor matic kesayangannya sudah masuk terperosok ke dalam selokan."Ada yang masuk selokan!" Pria tua yang pertama kali melihat Melodi langsung menolongnya."Apa dia tidak apa-apa?! Kenapa bisa begitu?!""Untung saja dia tidak masuk ke dalam selokan!""Kasihan. Cepat! Cepat! Tolong dia! Sepertinya dia terluka!"Suara-suara orang yang ingin melihat Melodi mulai terdengar dari sana sini.Melodi masih meringis kesakitan berusaha untuk bisa duduk, lututnya terasa sakit. "Aduh, kakiku sakit.""Neng, tidak apa-apa Neng?!" Wanita setengah baya berjongkok melihat keadaan Melodi. "Lututnya berdarah Neng.""Darah?!" Melodi langsung melihat kakinya, celana panjang jeans kesayangannya nampak robek dan kotor tanah dibeberapa tempat. "Lututku berdarah! Issh,, sakit!"Sementara itu, pemilik mobil Fortuner hitam yang ada di dalam mobil masih mengamati keadaan di luar sampai terdengar seseorang mengetuk kaca mobilnya."Woi! Ke luar!""Ke luar!"Cepat ke luar! Tanggung jawab loe!"Teriakan demi teriakan mulai terdengar dari orang-orang yang tidak tahu kejadian sebenarnya."Tuan Cleon, biar saya saja yang ke luar." Mang Sugeng terlihat khawatir.Cleon tidak menjawab, pandangannya melihat orang-orang di luar yang satu per satu mengetuk kaca mobilnya yang gelap."Tuan! Biar Mang Ujang saja yang ke luar. Ini juga salah Mang Ujang karena tidak hati-hati." Mang Ujang segera membuka pintu mobilnya.Cleon tidak bicara sepatah katapun. Dilihatnya Mang Ujang langsung berbincang dengan beberapa orang yang tadi terus menerus mengetuk kaca mobilnya."Itu lihat! Korbannya terluka!" teriak salah satu dari mereka."Iya, tanggung jawab loe! Bawa mobil seenak jidat!" Sambung yang lain. "Loe pikir, ini jalan raya milik nenek moyangmu!"Mang Ujang segera menghampiri Melodi yang masih kesakitan melihat lututnya yang berdarah."Aduh, sakit." Melodi meringis melihat kakinya yang terluka.Mang Ujang berjongkok melihat kaki Melodi yang mengeluarkan darah dari lukanya. "Ya Tuhan, kakinya berdarah.""Tanggung jawab loe!""Motornya juga masuk selokan! Untung orangnya nggak ikut masuk.""Iya! Dia perempuan lagi. Masih anak-anak. Makanya kalau bawa mobil yang bener!"Suara dari beberapa orang yang berkerumun saling bersahutan di belakang Mang Ujang. Ada yang berusaha untuk memanaskan suasana, ada juga yang hanya menjadi penonton.Cleon segera ke luar setelah melihat situasi yang mulai tidak kondusif, langsung mendekati Mang Ujang dan Melodi yang sedang meringis kesakitan."Tuan." Mang Ujang melihat Cleon. "Kakinya terluka, berdarah.""Oh, jadi ini pemilik mobilnya!" Salah satu orang yang melihat Cleon ke luar dari dalam mobil.Melodi tertegun beberapa saat ketika iris matanya melihat Cleon, wajah yang tidak asing baginya.Begitupun dengan Cleon, beberapa detik hanya tertegun melihat Melodi dengan hati yang bicara sendiri. "Gadis ini? Bukankah gadis ini yang ponselnya jatuh di restoran?!""Tuan," panggil Mang Ujang. "Gadis ini kakinya terluka."Melodi kembali meringis, kakinya terasa perih. "Aduh. Issh, ssh, sakit."Cleon melihat lutut Melodi yang berdarah, terdiam beberapa detik. Entah apa yang ada di dalam isi kepala Cleon, tiba-tiba saja, tubuh Melodi terasa melayang ketika Cleon menggendongnya ala bridal style."Aaa!" Melodi kaget bukan kepalang ketika tubuhnya diangkat lalu dengan refleks tangannya langsung melingkar di leher kokoh seorang Cleon.Semua orang termasuk Mang Ujang hanya bisa berdiri menonton atas apa yang telah dilakukan Cleon dalam hitungan detik."Mang Ujang!" panggil Cleon."Eh, i ... iya Tuan." Mang Ujang bergegas mendatangi majikannya.Cleon melihat Melodi yang sedang meringis. "Aku akan membawa gadis ini ke Dokter. Mang Ujang urus semua masalah yang ada di sini.""Iya Tuan," jawab Mang Ujang.Setelah mengatur Melodi duduk dan memasang seatbelnya, Cleon segera menyalakan mobilnya lalu pergi meninggalkan orang-orang yang sedang menonton dirinya.Melodi meringis menahan sakit. Helm yang masih terpasang di kepala segera dilepasnya lalu melihat kakinya yang berdarah. "Aduh. Perih banget.""Ini." Cleon memberikan tisu dengan sebelah tangannya sambil menyetir. "Bersihkan tanah yang menempel dilukanya."Tanpa banyak bicara, Melodi langsung menuruti apa yang dikatakan Cleon. Sekali-kali meringis menahan sakit dan meniup lukanya ketika terasa perih."Apa ada tulangmu yang patah?" tanya Cleon setelah melihat Melodi sudah selesai.Melodi menjawab pelan. "Tidak, aku hanya terluka di lutut saja. Tapi ....""Tapi apa?""Motorku?" Melodi teringat dengan motor kesayangannya."Mang Ujang akan langsung membawanya ke bengkel, kamu tenang saja. Sekarang kita akan ke Dokter, obati dulu lukamu itu."Sebelum menjawab, Melodi tertegun beberapa saat. "Dokter? Aku tidak mau ke Dokter. Antarkan saja aku pulang!"Cleon melihat sekilas luka yang ada di lutut Melodi. "Kalau tidak diobati, lukamu itu bisa infeksi.""Aku obati di rumah saja, ini hanya luka lecet. Nanti juga sembuh. Antarkan saja aku pulang!"Cleon menghela napas, dilihatnya sekilas wajah Melodi. "Kamu bawa motor tidak hati-hati."Melodi terdiam, pikirannya teringat dengan kejadian kecelakaan tadi. Wajah yang meringis sakit, mendadak berubah menjadi marah. "Kamu! Gara-gara kamu! Aku terjatuh gara-gara kamu!"Cleon mengernyitkan alisnya. "Aku?!""Iya! Kamu!" Bentak Melodi berubah jadi singa betina memasang wajah marah. Rasa perih di lututnya mendadak hilang."No! Bukan aku!" bantah Cleon tetap fokus menyetir.Melodi menatap galak. "Kalau bukan karena kamu, lantas siapa?! Ini mobilmu bukan?!"Cleon dalam hatinya diam-diam tertawa, melihat Melodi yang mendadak beringas bukan rasa takut yang dilihatnya, tapi malah terlihat lucu. "Iya, ini memang mobilku.""Nah, kamu sendiri mengakui ini mobilmu! Lantas, motorku sampai masuk selokan dan kakiku terluka begini, karena mobil siapa?!"Cleon tersenyum membuang muka. Entah kenapa, di matanya Melodi yang sedang marah malah jadi terlihat lucu. "Tapi bukan aku yang menyetir saat itu."Melodi terdiam, pikirannya kembali teringat pada pria yang tadi bersama Cleon. "Apa yang dimaksudnya adalah pria tua tadi?" gumam hati Melodi."Kita sudah sampai!" Cleon membuyarkan lamunan Melodi.Mobil berhenti tepat di depan sebuah klinik yang tidak terlalu besar, terlihat ada beberapa orang sedang berdiri di luar."Di mana ini?" Melodi melihat ke luar."Pasar!" jawab Cleon asal sambil membuka seatbeltnya."Pasar?" tanya Melodi bingung."Dasar bodoh! Apa kamu tidak bisa membaca tulisan sebesar gajah yang dipapan itu!" tunjuk Cleon. "Dr. Prasetyo!"Mendadak wajah Melodi menjadi pucat. "Dokter?!""Iya, Dokter. Ini yang paling dekat. Lukamu harus segera diobati."Melodi melihat lututnya, darahnya mulai mengering. "Antarkan saja aku pulang.""Kenapa? Ini sudah di depan klinik. Lukamu bisa infeksi kalau telat diobati."Melodi melihat Cleon. "Aku ... aku tidak mau ke Dokter."Cleon mengeryitkan alisnya, bingung dengan Melodi yang berubah gugup. Melodi melihat ke arah pintu klinik. "Antarkan saja aku pulang. Aku tidak mau ke sana.""Kenapa? Kamu takut dengan Dokter?" tanya Cleon bingung. "Tenang saja, kamu tidak bakalan disuntik. Lukamu hanya diobati saja, tidak perlu disuntik."Melodi menunduk, matanya tiba-tiba saja berkaca-kaca. "Antarkan saja aku pulang," ucapnya dengan suara yang hampir tercekat ditenggorokan.Cleon yang sudah bingung dengan perubahan Melodi, sekarang bertambah bingung melihat Melodi jadi sedih. "Iya, iya baiklah. Tapi bagaimana dengan lukamu itu?""Biar aku tahan," bisik Melodi serak.Cleon tidak banyak bicara lagi, seatbelt yang telah dilepas sekarang dipas
Melodi melongo melihat pemandangan indah depan matanya. Wajah yang tadi terlihat seperti Om-om dengan penampilan orang pergi ke kantor, sekarang terlihat seperti anak muda yang umurnya tidak jauh berbeda dengannya.Bi Darmi tersenyum melihat Melodi melongo. Baginya, melihat majikannya seperti itu sudah tidak aneh karena dari kecil dirinya yang mengurus Cleon. Diam-diam Bi Darmi ke luar kamar tanpa menimbulkan suara langsung menutup pintu kamar.Cleon dengan santai berjalan masuk ke dalam walk in closet tanpa menghiraukan Melodi."Gila, ternyata si Cleon ini ganteng banget! Ya Tuhan, kenapa jantung ini jadi berdebar?!" Melodi bicara sendiri melihat pintu walk in closet yang tertutup. Pandangan Melodi lalu menyapu seluruh ruangan kamar. "Ini kamar atau rumah? Gede banget! Rumahku saja tidak sebesar kamar ini. Siapa si Cleon ini?!"Pintu walk in closet terbuka, Cleon ke luar sudah memakai celana pendek dan kaos polo hitam ketat sehingga dadanya yang bidang seakan mengundang banyak kaum
David terpejam sejenak. "Jangan berpikir terlalu jauh Intan! Aku dan kamu tidaklah sama!""Kita memang tidak sama. Aku wanita dewasa dan kamu ...," bisik Intan di telinga David. "Pria yang sangat luar biasa."Tangan David terkepal di antara kedua sisi tubuhnya. "Ingat kedudukanmu! Aku siapa dan kamu siapa?!""Ups!" Intan mundur dua langkah ke belakang. "Ternyata kamu pria yang sangat sabar."David menatap tajam Intan. "Cepat ke luar dari sini!"Intan tersenyum. "Aku tidak mau," jawabnya santai malah duduk di sofa."Jangan menguji kesabaranku! Di mataku, kamu tidak lebih hanyalah wanita murahan! Hubungan kita hanya sebatas pelanggan, tidak lebih dari itu!"Intan mengangkat kedua kakinya ke atas meja tanpa rasa takut sedikit pun. "Tanpa kamu ingatkan pun, aku tahu akan hal itu.""Selama aku masih bisa bersabar, cepat angkat kakimu dari sini!" Teriak David.Intan menatap David. "Baiklah, baik. Tapi bisakah aku minta segelas air. Rasanya tenggorokan ini kering." Intan mengelus lehernya s
David tidak menghiraukan ucapan Intan, tubuhnya yang tidak tertutup sehelai benang langsung mengambil bathrobe yang tergeletak di lantai lalu pergi ke kamar mandi.Wajah Intan yang lelah, tersungging senyum. "Aku sangat puas. Rasanya aku sedang berada di surga ketika melihat wajah David yang berpeluh menghentak tubuhku dari atas. David benar-benar sangat perkasa. Dia bagai singa liar jika sedang terbakar gairah."Tidak lama, David ke luar dari kamar mandi, wajahnya terlihat jauh lebih segar. Langsung membuka laci dan mengeluarkan buku cek. Setelah menulis nominal angka, David segera melemparnya ke tubuh Intan."Apa ini?!" tanya Intan kaget mengambil secarik kertas yang ada di atas selimut. "Itu bayaranmu karena telah memuaskan aku barusan," jawab David sambil menyalakan rokok. "Cepat pakai bajumu dan pergi dari sini!"Intan tercengang. "Tapi bukankah, apa yang kita lakukan tadi ...."David segera memotong kalimat Intan. "Yang kita lakukan tadi, tidak lebih dari penjual dan pembeli. K
Brian menatap dalam iris mata wanita yang dicintainya. "Clara Aulia, sekali lagi aku tanya padamu. Apa kamu yakin akan pulang ke kota kelahiranmu?!""Yakin, sangat yakin." Clara tersenyum, hatinya senang melihat Brian sedikit melunak.Brian menghela napas. "Baiklah, jika keputusanmu tidak bisa diubah lagi, kita akan pulang."Senyum lebar langsung merekah dari bibir Clara. "Terima kasih. Terima kasih Brian.""Aku sudah mengingatkan resiko apa yang akan terjadi jika kita pulang," ucap Brian. "Jangan salahkan aku jika terjadi apa-apa."Clara memeluk erat Brian. "Jangan khawatir, aku bisa menjaga diriku sendiri.""Baiklah, kita akan pulang." Brian balas memeluk erat kekasih yang sangat dicintainya.Hati Clara luar biasa bahagianya, tersungging senyum licik dari bibir merahnya. "Sampai bertemu lagi Cleon Helios Lewis.".....Mobil Fortuner hitam, tepat berhenti di depan pagar rumah yang terlihat sederhana. "Ini rumahmu?" tanya Cleon melihat sebuah bangunan sederhana bercat putih yang warn
Seketika raut wajah Cleon langsung berubah begitu mendengar nama Clara. "Kenapa loe harus menyebut nama wanita itu?!""He-he-he." David terkekeh. "Ternyata loe masih belum bisa melupakannya!"Cleon meneguk kembali wine miliknya sampai habis tak bersisa. "Sialan!""Siapa nama gadis cantik yang si Ujang seruduk?!" David mengalihkan pembicaraan."Melodi!""Wow, nama yang indah!" David memuji. "Pasti kedua orangtuanya sangat menyukai musik."Cleon bangun dari duduknya. "Gue mau pulang! Rasanya pinggang mau copot, gue lelah sekali.""Loe bisa tidur di sini! Ini juga apartemen loe!" ujar David.Cleon menyimpan gelas kosongnya di atas meja. "Ogah gue! Tidur di atas ranjang yang loe pakai maksiat!""Sialan loe!" David melempar Cleon dengan dus tisu yang ada di atas meja.Cleon langsung pergi dengan terlebih dahulu mengingatkan. "Besok loe masuk kantor tepat waktu! Awas kalau telat! Gue potong gaji loe selama setahun!""Silahkan potong kalau berani!" Tantang David. "Gue kagak takut!"BLUUGH!!!
Cleon melihat jam tangannya. "Apa semua pekerjaan sudah kamu selesaikan?!""Sudah Pak!" jawab Gloria cepat."Baiklah. Sekarang kamu boleh pulang! Bersiaplah untuk nanti malam," ucap Cleon. "Pakai baju yang sopan, penampilanmu juga mewakili attitude perusahaan kita. Apalagi ini acara anniversary yang ke 25, banyak klien kita yang diundang.""Iya Bos!" Gloria bergegas pergi meninggalkan ruangan Bosnya.David mengambil ponsel yang bergetar di dalam saku celana panjangnya. Sebuah nomor asing masuk ke dalam panggilan teleponnya. "Siapa ini?!""Apa?" tanya Cleon tanpa melepaskan matanya dari laptop yang ada di depannya."Nomor asing. Siapa ini?" ucap David memandang layar ponselnya.Cleon menutup laptopnya. "Mungkin penggemar ranjangmu. Salah satu perempuan yang pernah loe tiduri."David menaruh ponselnya di atas meja. "Emang gue pikirin!""Loe mau pulang?!" Cleon berdiri dari duduknya. "Pulanglah! Gue juga mau bersiap ke acara anniversary perusahaan kita," jawab David ikut berdiri, menga
Melodi dan Lastri melihat gaun malam yang dipakainya. Hati mereka menciut begitu melihat salah satu tamu wanita datang dengan gaun malam yang terlihat seperti artis mau konser."Apa gaun yang aku pakai ini tidak norak?" tanya Lastri melihat gaunnya sendiri."Tentu saja tidak. Gaun yang kamu pakai itu sesuai dengan umurmu," jawab Mama. "Jangan melihat orang lain. Kamu dan mereka berbeda, yang penting kita berpakaian yang pantas dilihat orang."Papa tersenyum. "Benar apa kata Mama kamu. Ingat! Nanti di dalam sana, kalian berdua jangan berjauhan dan jangan membuat masalah, apalagi bikin rusuh. Hindari sesuatu hal yang akan membuat masalah, mengerti!""Iya Pa," jawab Lastri.Melodi dan Lastri menarik napas panjang, tas tangan yang ada di tangan masing-masing dipegang erat, seakan minta kekuatan agar tidak gugup.Ruangan yang begitu megah dengan penataan yang begitu apik, bertabur bunga-bunga segar di setiap tempat sangat memanjakan mata memandang. Melodi memandang takjub dengan apa yang