Share

Untuk Kamu

“Mam, mau sarapan apa?”

Aku menggeliat kala merasa kecupan bertubi-tubi jatuh di pipi. “Ngh ... masih pagi.”

“Sudah siang, Sayang.”

“Tapi aku masih ngantuk.” Kunaikkan selimut sampai menutupi kepala, menyisakan mata saja.

“Mau jalan-jalan, atau kita olahraga di sini saja?”

Setelah Arsyl berucap demikian, terasa kasur empuk ini bergoyang. Benar dugaanku, dia menyusup ke dalam selimut sembari menjejakkan buai memabukkan. Ah, laki-laki ini! Apa dia tidak akan membiarkanku istirahat sebentar saja?

“Bangun, atau keseksianmu pagi ini akan membangunkan sesuatu, Arini?’

Apakah hanya aku yang mendengar bahwa pujian itu adalah ancaman dalam satu waktu?

“Iya ... iya! Aku bangun!” susah payah aku bangkit dari pembaringan.

Perut yang sudah bulat sempurna membuatku kepayahan tiap kali bangkit dari posisi berbaring. Karena perut yang sangat besar, Kak Amy beberapa kali menduga jika aku mengandung bayi kembar. Kehamilan yang tak lama lagi menuju persalinan ini membuat kaki sedikit bengkak. Itu sebab
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status