Share

PEWARIS SAH
PEWARIS SAH
Author: Svaandin

01

Author: Svaandin
last update Last Updated: 2022-07-05 17:06:10

"Queen."

"Oh, kau gundik baru itu?"

"Audelina!"

Wanita yang di panggil Audelina itu menoleh dengan tatapan datar. Wanita dengan gaun A-line berwarna putih di tambah aksesoris berwarna emas di lenganya itu terlihat semakin cantik. Tetapi, kecantikanya seperti sebuah warna yang di lihat oleh seseorang yang buta, tidak terlihat!

"Yang mulia, Zeva tidak apa-apa. Lagi pula yang di katakan Queen itu benar." Wanita dengan gaun berbentuk ball gown berwarna merah muda itu berusaha menenangkan pria yang di sebut sebagai yang mulia.

"Apa maksudmu Zeva? Kau akan menjadi Selirku nanti!"

Alina menatap mereka tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Di sisi lain hatinya terasa seperti di cabik-cabik. Pria yang bersetatus suami sekaligus teman masa kecilnya. Pria yang pernah berjanji tidak akan mengambil seorang selir, sekarang justru membawa wanita lain yang akan menjadi selirnya nanti.

"Dengar Audelina. Dia akan menjadi selirku dengan atau tanpa persetujuanmu!"

Cyril Dharmaraja, nama pria itu. Cyril membawa pergi Zeva dengan merangkul pundak wanita itu. Dari belakang Alina melihat perlakuan lembut Cyril kepada wanita itu dengan tatapan sulit di artikan.

Tidak mau ambil pusing, Alina memilih pergi berjalan-jalan di taman mawar miliknya. Taman itu pemberian dari Cyril karena dirinya yang sangat menyukai bunga mawar.

"Pelayan!"

"Ya, Queen?"

"Tolong ambilkan aku gunting."

Alina segera memotong beberapa tangkai mawar begitu pelayan tadi datang membawa gunting. Alina akan menaruh mawar ini di dalam kamarnya nanti.

"Aku ingin mandi dengan kelopak bunga mawar."

"Baik, Queen."

"Queen Alina, ada pesan dari Kakak anda."

Alina memberikan gunting yang tadi dia pakai kepada pelayan dan segera membuka surat yang kakaknya kirimkan. Rasanya udah lama mereka tidak bertemu.

"Kembalilah gadis nakal, mau sampai kapan kau bertahan di sana? Apakah Cyril sialan itu memberikan sesuatu yang kau sukai? Katakan kepada Kakak, akan Kakak berikan lebih banyak darinya." -Marquise De'lewis.

"Katakan kepada Marquise, aku menolak."

***

"Nyonya ada balasan dari Queen Alina."

"Cepat sekali gadis nakal itu menjawab." Arise yang baru memeriksa dokumen di mejanya segera membuka balasan yang Alina kirimkan.

"Audelina De'lewis!"

"Kenapa Kakak meneriaki nama, Kak Alina?"

Laki-laki dengan rambut berwarna biru tua khas warna rambut keluarga De'lewis berdiri dengan heran di depan pintu kerjanya. Adalvino De'lewis, anak keempat keluarga ini. Di usianya yang masih muda dia sudah memegang kendali dari setengah kesatria di kerajaan— lebih tepatnya setengah kesatria itu milik keluarga mereka.

"Alvino? Hah, Kakak pusing dengan tingkah laku Kakak kdeuamu itu."

"Percayakan saja semuanya kepada Kak Alina, Kak. Aku yakin Kak Alina memiliki alasannya sendiri."

"Baiklah baiklah. Kali ini Kakak akan menurutimu. Apakah kau baru saja selesai melatih para kesatria?"

Alvino mengangguk sebagai jawaban. Hari ini memang jadwalnya untuk melatih para kesatria. Kerjaan yang dulunya sering berperang untuk memperebutkan wilayah sekarang sudah jarang terjadi, sehingga peranan kesatria jarang digunakan kecuali saat ada acara penting atau memang jadwal mereka bertugas di kerajaan. Meskipun begitu para kesatria tidak boleh tidak mengasah kemampuan mereka.

"Kau akan pergi ke kerajaan, kan? Titipkan salamku kepada Cyril si berengsek itu. Aku akan membunuhmu secepatnya!"

"Pesan di terima." Alvino berbalik sambil melambaikan tanganya kepada Kakaknya. Tidak lupa suara tawanya yang menggema di seluruh ruangan itu.

***

"Queen, saya akan membuat anda menjadi wanita paling cantik hari ini."

"Benarkah? Bukankah aku memang selalu menjadi yang tercantik?" Alina balik bertanya dengan memasang wajah percaya diri.

"Tentu saja!"

Hari ini adalah hari festival kerajaan. Semua orang entah itu raja, queen, bangsawan bahkan rakyat biasa, semuanya akan berkumpul di alun-alun kota. Akan ada banyak hiburan dan juga pedagang yang berjualan dari berbagai kerajaan.

Festival kerajaan menjadi festival yang sangat dinantikan oleh nona dan tuan muda. Alasannya karena mereka berharap bisa menarik hati salah satu tuan dan nona muda yang datang. Tidak sedikit pula yang ingin mengambil hati Cyril meski sudah memiliki istri. Tahun lalu bahkan Cyril hampir memiliki seorang selir, tetapi mengingat dia sudah memiliki Alina akhirnya dia tidak jadi mengambil selir.

"Bukankah itu sama saja? Akhirnya dia juga akan memiliki seorang Selir."

"Quen perlu bersedih karena Yang Mulia Raja membawa seorang Selir. Queen tetap menjadi nomor satu untuk Yang Mulia Raja."

"Aku bersedih? Sepertinya kau salah mengartikan maksudku, Marisa."

"Queen..."

Alina beranjak dari duduknya dan pergi menuju pintu. Begitu pintu terbuka wajah Alina menjadi kusut karena melihat Zeva yang menggandeng tangan Cyril. Berbeda dengan Alina yang berwajah kusut, wajah Zeva justru terlihat sumringah melihat Alina yang baru keluar dari kamarnya.

"Alina!" Teriak Zeva penuh semangat.

Alina mengernyitkan dahinya tidak suka, "Sepertinya tinggal di istana beberapa hari membuatmu kehilangan sopan santun."

"Alina, ada apa?"

"Yang mulia, bukankah peraturan istana nomor satu menyebutkan, semua orang dengan status lebih rendah dari ratu harus memanggil ratu dengan sebutan queen. Jika dia melanggarnya maka hukuman cambuk sangat cocok untuk mereka yang melanggar. Bukankah begitu Yang Mulia?" Alina bertanya kepada Cyril yang membuat laki-laki itu terdiam.

"Zeva, ingat statusmu. Kau harus memanggilnya Queen!"

"Tapi, Yang mulia-"

Cyril pergi begitu saja tanpa mempedulikan ucapan Zeva. Alina bergegas menyusul Cyril. Tetapi sebelum Alina pergi, "Berjalanlah di belakangku Selir— ah maksudku calon Selir," bisik Alina di telinga Zeva dengan menekankan kata 'calon selir.'

Zeva semakin marah saat dirinya di sebut sebagai calon selir oleh Alina. Dia tidak terima! meskipun hanya calon selir, setidaknya dia akan menjadi calon selirnya raja. Siapa dia berani mengatainya seperti itu.

"Aku akan merebut mahkotamu, bahkan gelarmu!"

***

Sesampainya mereka di alun-alun kota, mereka langsung disuguhi dengan pemandangan lampu yang memancarkan berbagai warna dan bentuk, belum lagi manusia-manusia yang memenuhi alun-alun ini.

"Semoga kemakmuran menyertai Dharmaraja." Seketika orang-orang memberikan salam saat menyadari Raja dan Queen mereka berada di sana.

"Rakyat-rakyatku, untuk hari ini status kita sama. Bersenang-senanglah kalian semua tanpa memandang aku sebagai Raja atau ratu sebagai Queen."

"Baik Yang Mulia."

Alina yang berdiri di sebelah kanan Cyril mengedarkan pandangannya. Dirinya ingat dulu dia dan Cyril selalu berbelanja manisan di festival ini. Sekarang dia juga mau membeli manisan itu lagi. Saat Alina berniat menarik tangan Cyril, suara Zeva membuat dia mengurungkan niatnya.

"Yang Mulia, maukah Yang Mulia menemani Zeva? Zeva baru pertama kali datang ke festival ini."

Cyril mengangguk lalu menolehkan kepalanya kearah Alina, "Alina, kau bisa pergi sendirikan? Aku akan mengajak Zeva berkeliling."

Cyril pergi tanpa menunggu jawaban dari Alina. Alina menatap mereka dengan malas, "Dasar Cyril bodoh! Zeva berasal dari kota ini kalau kau lupa!"

Alina berjalan berlawanan arah dengan Cyril dan Zeva. Alina berjalan kearah kerumunan orang-orang yang sedang melihat atraksi yang dilakukan oleh seorang pria. Tarian pedang api. Pria itu menari sambil membawa pedang. Entah itu sihir atau asli, di pedang pria itu seperti ada api yang menyala. Setiap dia mengayunkan pedang, pola-pola unik terbentuk dengan indah. Sesaat Alina terkesima sebelum kehadiran seseorang membuat dia terkejut.

"Siapa!" Teriak Alina di dalam pikirannya. Alina menunggu beberapa saat, tetapi tidak ada yang menjawab suaranya.

"Bukankah dia Queen Alina?" bisik seorang bangsawan muda kepada temanya.

Alina menoleh untuk melihat siapa mereka, dan ternyata salah satu di antara mereka adalah nona bangsawan yang hampir di angkat menjadi selir Cyril tahun lalu.

"Kenapa Queen sendirian?"

"Kau tidak melihatnya tadi? Yang Mulia pergi dengan calon Selirnya." Jawab wanita yang hampir menjadi selir Cyril itu.

"Siapa yang mau dengan wanita kaku seperti dia." Lanjutnya sebelum pergi meninggalkan Alina sendirian.

***

"Dasar berengsek!"

Di sebuah gang sepi terdengar suara orang bertarung— lebih tepatnya suara seseorang yang sedang di pukuli.

"Dasar pria brengsek. Tidak tahu malu!"

Satu pukulan mendarat lagi di wajahnya, "Kau lupa siapa pendukungmu sampai bisa sampai di titik ini? Dan kau jangan lupa apa yang sudah kau lakukan bersama pengikutmu itu!"

TBC.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PEWARIS SAH    020

    Alina mendudukkan dirinya di pinggiran kasur usang di kamar barunnya. Dia di tempatkan di kamar yang berdekatan dengan kamar pelayan. Ini sudah lima hari sejak dia kembali ke istana. Kesibukannya sekarang hanya membaca buku, melatih sihir dan juga melihat pemandangan dari jendela.Samar-samar terdengar suara pelayan yang bergosip. "Apakah pantas seorang Queen mendapatkan kamar yang bahkan kamar pelayan lebih baik?" Alina yang sudah terbiasa dengan hal itu tidak ingin mengambil pusing. Matannya menatap setiap tulisan di kertas dan menerjemahkan setiap aksarannya.Di dunia ini ada lima elemen dasar yaitu, api, air, angin, tanah, dan petir. Elemen di turunkan dari genetik pendahulunnya, kebanyakan dari mereka yang melakukan pernikahan dengan orang berbeda elemen maka sang anak akan mewarisi elemen paling kuat di antara keduannya. Lantas tidak semua orang memiliki elemen, ada orang yang tidak memiliki genetik elemen di tubuhnya, mereka di sebut sebagai spesialis. Mereka bertarung menggunak

  • PEWARIS SAH    019

    "Para tetua yakin jika Sina yang menutup gerbang Konstelasi dan tinggal di sana, karena Sina adalah kunci gerbang itu sendiri.""Itu berarti Klan- maksduku Konstelasi Sora tidak musnah?"Adelia menggeleng. Manusia di bumi tidak pernah tahu kalau ada konstelasi yang di sebut sebagai klan utama, saat tahu seluruh anggota klan cabang di bunuh tanpa sisa, mereka mengira klan sora musnah dan menuliskan kemusnahan klan itu di dalam sejarah tanpa tahu klan utama masih ada."Kakekmu memiliki tujuan lain dengan melakukan pernikahan saudara, Ibu menyadari itu saat berpisah dengan Ayahmu." Alina menundukkan kepalanya. Pusing. Dia sulit mencerna apa yang Ibunya ceritakan, dia tidak tahu ada cerita semacam itu. "Apa Ibu tahu siapa pelaku yang membunuh tetua Konstelasi dan anggota klan cabang?""Tidak, Ibu juga bertanya-tanya. Tetapi, jika ada orang yang tahu, maka orang itu adalah kau Alina." Adelia mengusap kepala putrinya sayang."Aku bahkan belum bisa menemukan dalang di balik kecelakaan sepu

  • PEWARIS SAH    018

    "Tidak bisa!"Cana, Sina, Haru, Bingka, dan Gaah berlutut di depan pria tua berambut biru. Dia Sen, ayah dari Sina. Pria itu pemimpin dari konstelasi sora. "Kami hanya ingin membagikan sedikit pengetahuan, Sen Oji." — panggilan untuk orang-orang yang di hormati di Klan Sora.Sen menghela napasnya, "Apa kalian tahu kenapa kita memisahkan diri dari bumi?" tanya Sen dengan sabar. Dia memaklumi kelima remaja di depannya, jiwa muda mereka sedang semangat-semangatnya."Karena tidak seharusnya dua tempat saling bertemu," jawab Sina. "Lebih dari itu ada hal yang membuat kita memisahkan diri..." lirih Sen. Konstelasi sora, sora yang artinya langit. Mereka klan yang tidak berasal dari bumi dimana tempat manusia tinggal. Sejak awal mereka tinggal di antara awan-awan dan hidup dengan tenang di sana. Karena rasa penasaran dan juga rasa keingin tahuan mereka tinggi, para kingdom mencoba membuka gerbang menuju tempat yang mereka sebut bumi setelah di setujui oleh para tetua. Saat gerbang itu di bu

  • PEWARIS SAH    Masalalu 017

    Alina.Aku menatap sekitarku takjub, ada segerombolan hewan seperti kambing di bumi melewatiku. Yang menakjubkan adalah kambing itu memiliki pola berwarna-warni dan juga permata di dahi mereka yang berkilauan, sebuah hiasan menggantung di tanduknya menambah kesan cantik. Dimana ini? Batinku menyaksikan dunia yang belum pernah aku lihat. "Indah bukan?" Suara yang terdengar lembut nan merdu membuatku menegang. Aku mengenali suara ini. "Ibu..." Air mataku mengalir begitu saja saat melihat sosok yang masih sama cantiknya seperti sepuluh tahun yang lalu. Wanita bergaun coklat cerah tanpa lengan, rambut di sanggul dan juga perhiasan di sekitar kepalanya membuat Ibu semakin cantik. "Rindu...Alina-" ucapanku terpotong saat Ibu memelukku dengan erat. "Kau cantik sekali, mirip seperti Ayahmu." Ibu mengeratkan pelukannya. Wanita itu melepaskan pelukannya saat aku mengatakan aku tidak bisa bernapas, "maaf, Ibu sangat senang bisa bertemu denganmu, terlebih kau sangat cantik! Astaga aku tidak p

  • PEWARIS SAH    016

    Arise menatap kakek Eri. Yang di ucapkan oleh kakek Eri memang ada benarnya. "Lalu apa yang harus kita lakukan?" "Tidak ada, aku hanya bilang mungkin seyelah ini Cyril akan mengetahui kebenarannya. Mau dia tahu atau tidak itu bukan masalah besar, karena orang di belakangnyalah yang menjadi masalah.""Aku tidak tahu bagaimana sistem kerajaan ini, aku pikir tidak ada orang di atas Raja, ternyata masih ada orang yang bisa mengatur Raja."Kakek Eri menghela napasnya. Itu sebabnya dia tidak suka saat tahu anak cucunya tinggal di kerajaan, terutama menjadi keluarga kerajaan. "Bahkan mungkin Cyril adalah boneka yang di mainkan oleh orang-orang itu."BRAK!Arise dan kakek Eri menatap arah timbulnya suara, mereka saling bertatapan dan menghela napasnya bersamaan. Sepertinya bocah-bocah gila itu sedang bertarung."Albren tunggu! Dengarkan penjelasan Kakak!" Alrico berjalan mundur menjauhi Albren yang semakin dekat dengannya. Alvino masih terkapar setelah di lempar oleh Albren tadi. "Nanti, se

  • PEWARIS SAH    015

    "Kalian membiarkannya pergi?" Suara rendah terdengar di kuping orang-orang berjubah, "kalian para pemburu kalah dengan mangsa kalian?" Diam. Tidak ada yang menyahuti pertanyaan seorang laki-laki yang duduk di atas takhtanya.Laki-laki itu menghela napasnya kasar, "Segera temukan dia dan bawa ke hadapanku!" Orang-orang berjubah menghilang setelah mendengar perintah dari laki-laki tadi. "Kau seperti Ibumu. Benar-benar membuatku ingin segera membunuhmu!"BATS! Hempasan sihir milik laki-laki itu membuat ruangan bergetar. Laki-laki berambut biru hampir berwarna hitam dan juga mata biru, sekali lihatpun orang-orang akan tahu jika dia memiliki hubungan dengan De'lewis bersaudara. "Seharusnya kau tidak lahir! Darah murni apanya, aku akan mengeluarkan semua darah di tubuhmu sampai kering!" Laki-laki itu berjalan keluar. Bangunan di sini terlihat kuno, bahkan mungkin sudah tidak ada bangunan seperti ini sekarang. Semua bangunan di sini seperti menara runcing yang menjulang tinggi dan yang l

  • PEWARIS SAH    014

    "ARGHHH!!!" Suara teriakan di ruangan itu membuat siapa saja yang mendengarnya merinding. Di tengah-tengah ruangan terdapat wanita dengan kedua tangan dan kakinya di rantai. Urat-urat di wajahnya mulai menghitam. Arise, Alrico, dan Alvino berdiri menatap Alina yang berteriak kesakitan sejak tadi. Alina adalah pemilik darah murni. Orang tua Alina berasal dari klan sora, dari keturunan terbaik, keturunan langsung dari pemimpin klan. Lane sang kakak di paksa menikahi adik kandungnya sendiri Adelia. Dari pernikahan terlarang itu lahirlah Alina.Flashback."Kami tidak bisa melakukan ini Ayah," ucap laki-laki tampan yang bersimpuh di depan Ayahnya. "Kau tidak memiliki hak untuk menolak, Lane.""Kami bersaudara Ayah. Pernikahan ini sangat di larang!""Tutup mulutmu dan lakukan saja!" Lane berdiri. Tubuhnya tinggi bahkan lebih tinggi dari ayahnya, wajahnya tampan dengan rahang tegas yang menambah ketampanannya rambutnya berwarna biru gelap hampir berwarna hitam. Matanya menatap tajam sang

  • PEWARIS SAH    013

    Arise berdiri di samping Alvino dengan napas tersenggal-senggal. Mereka berlari tanpa henti dari hutan menuju kerajaan. Bukanya tiba di kerajaan, mereka justru tiba di sebuah tempat yang sepertinya sudah tidak ada penduduknya karena bangunanya sudah runtuh."Bukankah seharusnya kita menuju kerajaan? Tempat apa ini?""Lihat baik-baik, ini Kerajaan Dharmaraja."Arise kembali memperhatikan sekitar. Jika di perhatikan tempat ini memang mirip kota di kerajaan Dharmaraja, tetapi tempat ini sudah hancur seperti di serang badai. Saat sibuk memperhatikan sekitar mereka, suara raungan yang membuat tanah bergetar terdengar, di susul raungan selanjutnya sampai membuat beberapa bangunan runtuh."Jangan bertanya, aku juga tidak tahu. Lebih baik kita pergi untuk melihatnya," ucap Alvino saat melihat Arise ingin membuka mulutnya bertanya.Alvino berlari dengan Arise di belakangnya. Rintik hujan membuat kecepatan lari mereka melambat. Tanah basah dan juga bau khas dari hujan membuat darah Alvino mendi

  • PEWARIS SAH    012

    Setelah satu minggu membuat kerajaan gempar dengan menghilangnya satu keluarga petinggi kerajaan, Arise dan adik-adiknya memilih kembali setelah hampir dua minggu tinggal di distrik jauh. Mereka membuat alasan kalai pulang ke kampung halaman orang tua mereka dengan mendadak karena ada salah satu saudaranya yang meninggal, sehingga mereka tidak sempat memberikan kabar. Untungnya Cyril percaya.Sekarang Alvino dan Arise sedang di dalam perjalanan menuju istana. Alvino dengan urusan kerajaanya dan Arise yang memiliki urusan dengan adiknya, Alina."Kenapa hutan ini terlihat sepi?" "Kau bodoh ya? Tidak ada yang mau berkeliaran di dalam hutan yang di penuhi olej monster, kecuali kau."Mereka baru saja selesai melakukan patroli rutin sebelum melaporkanya kepada raja. Arise terpaksa ikut karena dia berada di satu kuda dengan Alvino."Tidak. Ini terlalu janggal. Jika tidak ada manusia atau hewan memang wajar, tapi jika para monster tidak muncul itu di luar batas wajar." Mata Alvino dengan aw

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status