Share

PEWARIS SAH
PEWARIS SAH
Penulis: Svaandin

01

"Queen."

"Oh, kau gundik baru itu?"

"Audelina!"

Wanita yang di panggil Audelina itu menoleh dengan tatapan datar. Wanita dengan gaun A-line berwarna putih di tambah aksesoris berwarna emas di lenganya itu terlihat semakin cantik. Tetapi, kecantikanya seperti sebuah warna yang di lihat oleh seseorang yang buta, tidak terlihat!

"Yang mulia, Zeva tidak apa-apa. Lagi pula yang di katakan Queen itu benar." Wanita dengan gaun berbentuk ball gown berwarna merah muda itu berusaha menenangkan pria yang di sebut sebagai yang mulia.

"Apa maksudmu Zeva? Kau akan menjadi Selirku nanti!"

Alina menatap mereka tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Di sisi lain hatinya terasa seperti di cabik-cabik. Pria yang bersetatus suami sekaligus teman masa kecilnya. Pria yang pernah berjanji tidak akan mengambil seorang selir, sekarang justru membawa wanita lain yang akan menjadi selirnya nanti.

"Dengar Audelina. Dia akan menjadi selirku dengan atau tanpa persetujuanmu!"

Cyril Dharmaraja, nama pria itu. Cyril membawa pergi Zeva dengan merangkul pundak wanita itu. Dari belakang Alina melihat perlakuan lembut Cyril kepada wanita itu dengan tatapan sulit di artikan.

Tidak mau ambil pusing, Alina memilih pergi berjalan-jalan di taman mawar miliknya. Taman itu pemberian dari Cyril karena dirinya yang sangat menyukai bunga mawar.

"Pelayan!"

"Ya, Queen?"

"Tolong ambilkan aku gunting."

Alina segera memotong beberapa tangkai mawar begitu pelayan tadi datang membawa gunting. Alina akan menaruh mawar ini di dalam kamarnya nanti.

"Aku ingin mandi dengan kelopak bunga mawar."

"Baik, Queen."

"Queen Alina, ada pesan dari Kakak anda."

Alina memberikan gunting yang tadi dia pakai kepada pelayan dan segera membuka surat yang kakaknya kirimkan. Rasanya udah lama mereka tidak bertemu.

"Kembalilah gadis nakal, mau sampai kapan kau bertahan di sana? Apakah Cyril sialan itu memberikan sesuatu yang kau sukai? Katakan kepada Kakak, akan Kakak berikan lebih banyak darinya." -Marquise De'lewis.

"Katakan kepada Marquise, aku menolak."

***

"Nyonya ada balasan dari Queen Alina."

"Cepat sekali gadis nakal itu menjawab." Arise yang baru memeriksa dokumen di mejanya segera membuka balasan yang Alina kirimkan.

"Audelina De'lewis!"

"Kenapa Kakak meneriaki nama, Kak Alina?"

Laki-laki dengan rambut berwarna biru tua khas warna rambut keluarga De'lewis berdiri dengan heran di depan pintu kerjanya. Adalvino De'lewis, anak keempat keluarga ini. Di usianya yang masih muda dia sudah memegang kendali dari setengah kesatria di kerajaan— lebih tepatnya setengah kesatria itu milik keluarga mereka.

"Alvino? Hah, Kakak pusing dengan tingkah laku Kakak kdeuamu itu."

"Percayakan saja semuanya kepada Kak Alina, Kak. Aku yakin Kak Alina memiliki alasannya sendiri."

"Baiklah baiklah. Kali ini Kakak akan menurutimu. Apakah kau baru saja selesai melatih para kesatria?"

Alvino mengangguk sebagai jawaban. Hari ini memang jadwalnya untuk melatih para kesatria. Kerjaan yang dulunya sering berperang untuk memperebutkan wilayah sekarang sudah jarang terjadi, sehingga peranan kesatria jarang digunakan kecuali saat ada acara penting atau memang jadwal mereka bertugas di kerajaan. Meskipun begitu para kesatria tidak boleh tidak mengasah kemampuan mereka.

"Kau akan pergi ke kerajaan, kan? Titipkan salamku kepada Cyril si berengsek itu. Aku akan membunuhmu secepatnya!"

"Pesan di terima." Alvino berbalik sambil melambaikan tanganya kepada Kakaknya. Tidak lupa suara tawanya yang menggema di seluruh ruangan itu.

***

"Queen, saya akan membuat anda menjadi wanita paling cantik hari ini."

"Benarkah? Bukankah aku memang selalu menjadi yang tercantik?" Alina balik bertanya dengan memasang wajah percaya diri.

"Tentu saja!"

Hari ini adalah hari festival kerajaan. Semua orang entah itu raja, queen, bangsawan bahkan rakyat biasa, semuanya akan berkumpul di alun-alun kota. Akan ada banyak hiburan dan juga pedagang yang berjualan dari berbagai kerajaan.

Festival kerajaan menjadi festival yang sangat dinantikan oleh nona dan tuan muda. Alasannya karena mereka berharap bisa menarik hati salah satu tuan dan nona muda yang datang. Tidak sedikit pula yang ingin mengambil hati Cyril meski sudah memiliki istri. Tahun lalu bahkan Cyril hampir memiliki seorang selir, tetapi mengingat dia sudah memiliki Alina akhirnya dia tidak jadi mengambil selir.

"Bukankah itu sama saja? Akhirnya dia juga akan memiliki seorang Selir."

"Quen perlu bersedih karena Yang Mulia Raja membawa seorang Selir. Queen tetap menjadi nomor satu untuk Yang Mulia Raja."

"Aku bersedih? Sepertinya kau salah mengartikan maksudku, Marisa."

"Queen..."

Alina beranjak dari duduknya dan pergi menuju pintu. Begitu pintu terbuka wajah Alina menjadi kusut karena melihat Zeva yang menggandeng tangan Cyril. Berbeda dengan Alina yang berwajah kusut, wajah Zeva justru terlihat sumringah melihat Alina yang baru keluar dari kamarnya.

"Alina!" Teriak Zeva penuh semangat.

Alina mengernyitkan dahinya tidak suka, "Sepertinya tinggal di istana beberapa hari membuatmu kehilangan sopan santun."

"Alina, ada apa?"

"Yang mulia, bukankah peraturan istana nomor satu menyebutkan, semua orang dengan status lebih rendah dari ratu harus memanggil ratu dengan sebutan queen. Jika dia melanggarnya maka hukuman cambuk sangat cocok untuk mereka yang melanggar. Bukankah begitu Yang Mulia?" Alina bertanya kepada Cyril yang membuat laki-laki itu terdiam.

"Zeva, ingat statusmu. Kau harus memanggilnya Queen!"

"Tapi, Yang mulia-"

Cyril pergi begitu saja tanpa mempedulikan ucapan Zeva. Alina bergegas menyusul Cyril. Tetapi sebelum Alina pergi, "Berjalanlah di belakangku Selir— ah maksudku calon Selir," bisik Alina di telinga Zeva dengan menekankan kata 'calon selir.'

Zeva semakin marah saat dirinya di sebut sebagai calon selir oleh Alina. Dia tidak terima! meskipun hanya calon selir, setidaknya dia akan menjadi calon selirnya raja. Siapa dia berani mengatainya seperti itu.

"Aku akan merebut mahkotamu, bahkan gelarmu!"

***

Sesampainya mereka di alun-alun kota, mereka langsung disuguhi dengan pemandangan lampu yang memancarkan berbagai warna dan bentuk, belum lagi manusia-manusia yang memenuhi alun-alun ini.

"Semoga kemakmuran menyertai Dharmaraja." Seketika orang-orang memberikan salam saat menyadari Raja dan Queen mereka berada di sana.

"Rakyat-rakyatku, untuk hari ini status kita sama. Bersenang-senanglah kalian semua tanpa memandang aku sebagai Raja atau ratu sebagai Queen."

"Baik Yang Mulia."

Alina yang berdiri di sebelah kanan Cyril mengedarkan pandangannya. Dirinya ingat dulu dia dan Cyril selalu berbelanja manisan di festival ini. Sekarang dia juga mau membeli manisan itu lagi. Saat Alina berniat menarik tangan Cyril, suara Zeva membuat dia mengurungkan niatnya.

"Yang Mulia, maukah Yang Mulia menemani Zeva? Zeva baru pertama kali datang ke festival ini."

Cyril mengangguk lalu menolehkan kepalanya kearah Alina, "Alina, kau bisa pergi sendirikan? Aku akan mengajak Zeva berkeliling."

Cyril pergi tanpa menunggu jawaban dari Alina. Alina menatap mereka dengan malas, "Dasar Cyril bodoh! Zeva berasal dari kota ini kalau kau lupa!"

Alina berjalan berlawanan arah dengan Cyril dan Zeva. Alina berjalan kearah kerumunan orang-orang yang sedang melihat atraksi yang dilakukan oleh seorang pria. Tarian pedang api. Pria itu menari sambil membawa pedang. Entah itu sihir atau asli, di pedang pria itu seperti ada api yang menyala. Setiap dia mengayunkan pedang, pola-pola unik terbentuk dengan indah. Sesaat Alina terkesima sebelum kehadiran seseorang membuat dia terkejut.

"Siapa!" Teriak Alina di dalam pikirannya. Alina menunggu beberapa saat, tetapi tidak ada yang menjawab suaranya.

"Bukankah dia Queen Alina?" bisik seorang bangsawan muda kepada temanya.

Alina menoleh untuk melihat siapa mereka, dan ternyata salah satu di antara mereka adalah nona bangsawan yang hampir di angkat menjadi selir Cyril tahun lalu.

"Kenapa Queen sendirian?"

"Kau tidak melihatnya tadi? Yang Mulia pergi dengan calon Selirnya." Jawab wanita yang hampir menjadi selir Cyril itu.

"Siapa yang mau dengan wanita kaku seperti dia." Lanjutnya sebelum pergi meninggalkan Alina sendirian.

***

"Dasar berengsek!"

Di sebuah gang sepi terdengar suara orang bertarung— lebih tepatnya suara seseorang yang sedang di pukuli.

"Dasar pria brengsek. Tidak tahu malu!"

Satu pukulan mendarat lagi di wajahnya, "Kau lupa siapa pendukungmu sampai bisa sampai di titik ini? Dan kau jangan lupa apa yang sudah kau lakukan bersama pengikutmu itu!"

TBC.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status