Alina mendudukkan dirinya di pinggiran kasur usang di kamar barunnya. Dia di tempatkan di kamar yang berdekatan dengan kamar pelayan. Ini sudah lima hari sejak dia kembali ke istana. Kesibukannya sekarang hanya membaca buku, melatih sihir dan juga melihat pemandangan dari jendela.Samar-samar terdengar suara pelayan yang bergosip. "Apakah pantas seorang Queen mendapatkan kamar yang bahkan kamar pelayan lebih baik?" Alina yang sudah terbiasa dengan hal itu tidak ingin mengambil pusing. Matannya menatap setiap tulisan di kertas dan menerjemahkan setiap aksarannya.Di dunia ini ada lima elemen dasar yaitu, api, air, angin, tanah, dan petir. Elemen di turunkan dari genetik pendahulunnya, kebanyakan dari mereka yang melakukan pernikahan dengan orang berbeda elemen maka sang anak akan mewarisi elemen paling kuat di antara keduannya. Lantas tidak semua orang memiliki elemen, ada orang yang tidak memiliki genetik elemen di tubuhnya, mereka di sebut sebagai spesialis. Mereka bertarung menggunak
"Queen.""Oh, kau gundik baru itu?" "Audelina!"Wanita yang di panggil Audelina itu menoleh dengan tatapan datar. Wanita dengan gaun A-line berwarna putih di tambah aksesoris berwarna emas di lenganya itu terlihat semakin cantik. Tetapi, kecantikanya seperti sebuah warna yang di lihat oleh seseorang yang buta, tidak terlihat!"Yang mulia, Zeva tidak apa-apa. Lagi pula yang di katakan Queen itu benar." Wanita dengan gaun berbentuk ball gown berwarna merah muda itu berusaha menenangkan pria yang di sebut sebagai yang mulia."Apa maksudmu Zeva? Kau akan menjadi Selirku nanti!"Alina menatap mereka tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Di sisi lain hatinya terasa seperti di cabik-cabik. Pria yang bersetatus suami sekaligus teman masa kecilnya. Pria yang pernah berjanji tidak akan mengambil seorang selir, sekarang justru membawa wanita lain yang akan menjadi selirnya nanti. "Dengar Audelina. Dia akan menjadi selirku dengan atau tanpa persetujuanmu!"Cyril Dharmaraja, nama pria itu. Cyril me
Di pagi harinya Alina bangun kesiangan. Dia lupa dengan apa yang terjadi semalam, dia hanya ingat saat dirinya marah karena banyak bangsawan yang mengatakan dirinya akan segera turun takhta dan berakhir meminum alkohol sampai mabuk."Cukup berani untuk orang seperti mereka."Alina memijat pangkal hidungnya untuk meredakan rasa pusing. Marisa, pelayan Alina, berjalan memasuki kamarnya dengan membawa air yang sudah dia campur dengan madu."Queen, akhirnya anda bangun. Queen tahu? Semalam queen membuat orang-orang di istana panik karena tiba-tiba menghilang. Lalu saat semua orang sibuk mencari, Queen tiba-tiba sudah berada di kamar.""Aku menghilang?"Marisa mengangguk sebagai jawaban. Jujur saja dirinya semalam hampir menangis karena Alina tidak segera ditemukan. Di kota juga tidak kalah heboh saat ada kabar beberapa gudang harta milik bangsawan terbakar habis. Saat mendengarnya Marisa sudah berpikir terjadi hal buruk dengan Alina."Saya pikir Queen di culik oleh pelaku pembakaran gudan
Alina menaiki kereta kuda milik keluarganya yang sudah menunggu didepan kediamanya sejak tadi. Alina duduk disebelah jendela sambil menikmati suasana kota di pagi hari. Melihat petugas yang sibuk mengawasi kota di pagi hari ini membuat Alina teringat sesuatu. Dulu ada keluarga bangsawan yang sedang berpergian, entah darimana datangnya monster yang tiba-tiba muncul dan menyerang keluarga itu. Mereka dinyatakan tewas di tempat dengan kondisi tubuh hancur."Menyedihkan." Alina menyangga dagunya menggunakan tangan kiri sambil melihat keluar jendela.Tidak banyak yang Alina lakukan di dalam kereta kuda selama perjalanan, hanya melihat keluar jendela dan memikirkan hal yang seharusnya tidak dia pikirkan."Queen." Para pelayan yang sudah berjajar di depan gerbang membungkuk menyapa Alina saat melihatnya menuruni kereta kuda.Rambut berwarna biru tuanya melambai-lambai saat angin berembus. Baju berwarna putih dengan warna biru tua dibagian bawahnya membuat dirinya terlihat seperti dewi yang t
Alina duduk di tempat paling ujung disamping kanan Kakaknya. Meja panjang yang sudah diisi oleh orang-orang penting itu terasa sangat suram."Kapan Anda akan memberikan penerus, Queen Alina?"Alina menompang dagunya dan menatap tetua yang baru saja bertanya kepadanya dengan malas, "Entahlah," jawabnya dengan santai. Terlihat para tetua disana sedang menahan emosi sedangkan kakaknya berusaha mati-matian agar tidak tertawa."Menikah saja dengan A-""Kau mau mengulangi sejarah kelam, Tetua Distrik Jauh?" Arise yang sejak tadi hanya menganggap pertemuan ini sebagai candaan berubah menjadi serius.Saat mereka sedang makan bersama di ruang makan tadi tiba-tiba ada panggilan dari para tetua itu. Alina sudah menduga jika para tetua akan segera memanggilnya."Seharusnya kau bilang kepadaku jika kita akan di panggil," bisik Arise kepada Alina.Sejak dulu Arise sangat membenci pertemuan dengan para tetua ini. Menurutnya mereka adalah tetua paling gila di dunia ini. Tetua yang melakukan segala ca
Alina duduk berhadapan dengan Cyril di dalam kereta kuda yang biasa mereka gunakan untuk berpergian. Setelah perdebatan cukup panjang dengan ketiga adiknya, akhirnya Cyril berhasil membawa Alina kembali— itupun dengan bantuan Alina yang mengalah, memilih ikut bersama Cyril dengan suka rela."Jadi, bantuan apa yang Anda perlukan dari saya, Yang Mulia." Alina meletakkan kedua tanganya di atas kaki."Para penyihir kesulitan mencari jejak Kucing Laut. Oleh karena itu aku ingin meminta bantuanmu untuk membantu mencarinya."Kucing Laut adalah kucing langka yang keberadaannya belum diketahui sampai sekarang, sampai ada seorang penyihir yang tidak sengaja melihat jejak kucing laut itu di hutan lepas. Kucing laut tidak sama seperti kucing biasanya, kucing itu memiliki tinggi tiga meter, memiliki bulu berwarna biru dengan corak berwarna hitam. Itu sebabnya dia di sebut sebagai kucing laut karena bulunya yang berwarna biru, sebiru air laut."Kucing laut, ya? Sampai kapan kalian akan melakukan in
Sudah sejak dua minggu setelah kejadian Alina keracunan. Hari ini mereka akan berangkat menuju hutan lepas. Masalah pelayan yang Zeva hukum, ternyata karena pelayan itu mencuri sesuatu di kamar Alina dan Zeva melihatnya. Itu sebabnya pelayan Alina melarang Zeva masuk ke kamar Alina karena takut ketahuan, padahal tidak perlu masuk pun Zeva sudah tahu. "Aku benar-benar minta maaf, Alina. Aku tidak akan menghukum pelayanmu tanpa alasan." "Tidak masalah, lagipula pelayan itu memang salah." Wajah Zeva berubah menjadi cerah, dia senang Alina merespon tanpa ekspresi dingin di wajah seperti biasanya, "Aku melihat dia memasukkan kalung pemberianku di saku bajunya, dan itu membuatku marah karena itu hadiah yang aku berikan khusus untukmu.""Ya, aku sudah mendengar itu berkali-kali. Kembalilah ke kamarmu untuk bersiap-siap, Zeva."Zeva mengangguk menuruti perintah Alina. Dia berjalan pergi meninggalkan kamar Alina. Alina menatap pintu itu dengan tatapan dingin, terlihat di sorot matanya jika
Pertempuran tidak bisa di hindari. Cyril mati-matian melawan hewan yang tiba-tiba muncul di depan mereka. Sedangkan Alina tetap berdiri di belakang laki-laki itu."Hewan apa itu, Yang Mulia?" "Entahlah Queen, mungkin itu salah satu hewan yang berasal dari Klan Sora. Aku tidak pernah melihat hewan seperti itu.""Tapi Klan ini sudah musnah ribuan tahun, Yang Mulia. Bagaimana bisa dia masih hidup sampai sekarang?""Aku tidak tahu pastinya, tapi bisa saja hewan-hewan yang berasal dari Klan Sora memiliki usia hingga ribuan tahun. Klan ini memiliki banyak rahasia yang belum kita ketahui." SRAKKKSeketika muncul balok es yang membuat keempat kaki milik macan itu terkunci. Tapi itu tidak menjadi masalah untuk hewan itu, dia bahkan dengan mudah bisa menghancurkan sihir es milik Cyril. Macan itu mengaum yang membuat ruangan ini bergetar. Tanda biru di ujung telinga menyala-nyala seperti api."Apa itu?" Alina menatap ngeri hewan di depanya yang tiba-tiba di kelilingi api berwarna biru, "sepert