Share

03

Penulis: Svaandin
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-07 13:06:51

Alina menaiki kereta kuda milik keluarganya yang sudah menunggu didepan kediamanya sejak tadi. Alina duduk disebelah jendela sambil menikmati suasana kota di pagi hari. Melihat petugas yang sibuk mengawasi kota di pagi hari ini membuat Alina teringat sesuatu. Dulu ada keluarga bangsawan yang sedang berpergian, entah darimana datangnya monster yang tiba-tiba muncul dan menyerang keluarga itu. Mereka dinyatakan tewas di tempat dengan kondisi tubuh hancur.

"Menyedihkan." Alina menyangga dagunya menggunakan tangan kiri sambil melihat keluar jendela.

Tidak banyak yang Alina lakukan di dalam kereta kuda selama perjalanan, hanya melihat keluar jendela dan memikirkan hal yang seharusnya tidak dia pikirkan.

"Queen." Para pelayan yang sudah berjajar di depan gerbang membungkuk menyapa Alina saat melihatnya menuruni kereta kuda.

Rambut berwarna biru tuanya melambai-lambai saat angin berembus. Baju berwarna putih dengan warna biru tua dibagian bawahnya membuat dirinya terlihat seperti dewi yang turun dari langit.

Alina melangkahkan kakinya memasuki rumah yang lebih pantas disebut mansion. Saat Alina melewati pintu, dirinya tidak sengaja bertemu Adik terakhirnya, Albern De'lewis. Laki-laki yang lebih tinggi darinya dengan tubuh yang lebih kekar daripada saat mereka terakhir bertemu membuat dia sedikit tidak megenali Adiknya.

Dimana perginya Albren yang kurus itu? Batin Alina.

"Sudah berapa lama kita tidak bertemu? Kau semakin ga-"

Albren langsung memeluk Alina setelah beberapa saat terkejut melihat kakaknya di rumah. Sudah hampir lima tahun mereka tidak bertemu. Selama ini Alina selalu menolak jika diminta untuk pulang. Entah Kakaknya atau Adik-adiknya yang meminta, Alina selalu menolak. Alasannya karena dia akan merasa pusing jika kembali ke rumah ini.

"Kakak..." lirih Albren yang masih memeluk Alina.

Tangan Alina membalas pelukan Adiknya. Di antara ketiga Adiknya, Albren lah yang paling dekat denganya. Dulu bahkan Albren sampai sakit karena ditinggal oleh Alina yang pergi ke kerajaan karena menikah.

Alina mendorong tubuh Albren lalu menangkup wajah laki-laki itu. Matanya yang berwarna abu-abu semakin membuat laki-laki itu terlihat tampan. "Kenapa kau harus menjadi Adikku?"

"Kakak?" Wajah Albren berubah sedih mendengar pertanyaan Alina.

"Kau sangat tampan untuk menjadi Adikku, bagaimana kalau kau menjadi pasanganku?" Alina menggoda Albren yang membuat laki-laki itu malu.

"Manisnya!" Batin Alina sebelum memeluk Albren karena gemas.

***

"Alina, jika kau mau aku bisa menarik mundur pendukung yang membantu Cyril naik tahta. Dengan berkurangnya pendukung itu dia bisa dengan mudah dilengserkan."

"Jangan! Ada sesuatu yang sedang aku cari."

Alina fokus memeriksa berkas-berkas di meja kerja kakaknya. Ada satu berkas yang membuat dia terdiam. Lagi-lagi laporan munculnya monster di hutan lepas. Kenapa disebut hutan lepas? Karena memang kerajaan ini dikelilingi benteng yang besar, sehingga di daerah luar beteng di sebut daerah lepas salah satunya hutan itu.

"Bagaimana mereka bisa muncul sampai ke kerajaan ini?"

"Entahlah Alina, aku juga tidak tahu. Dengar Alina, aku tidak mengijinkanmu menangani kasus ini. Sepuluh tahun yang lalu kau hampir dimakan momster itu jika tidak ada Alvino disana!"

Alina menatap kakaknya malas. Sampai kapan dia diperlakukan seperti gadis berumur lima belas tahun oleh Kakaknya itu, "Sayang sekali aku akan melakukannya."

"Adudelina!"

Alina menghilang begitu saja dari hadapan Arise. Salah satu kemampuan Alina adalah teleport.

"Kenapa mereka sangat suka meneriaki namaku?" Alina menghela napasnya mengingat dia sudah diteriaki oleh mereka berkali-kali.

Alina muncul kembali di lapangan tempat latihan para kesatria. Di tengah-tengah lapangan Alina bisa melihat Adik pertamanya, Adalrico De'lewis dan jangan lupakan Adik keduanya yang sedang berdiri ditengah-tengah kesatria dengan membawa pedang, Alvino.

Sepertinya sekarang jadwal Alrico mengawasi latihan para kesatria untuk melaporkan perkembangan para kesatria kepada Arise. Alrico sebagai Laki-laki paling tua di antara ketiga Adiknya membuat dia harus siap menjadi pengganti Arise nantiny jika dia menikah. Meskipun Alrico bukan kepala keluarga, tetapi dia sering menggantikan tugas Kakaknya, Arise.

"Kalau kata Kakak 'belajar menjadi kepada keluarga' padahal itu karena dia malas."

Alina mengamati latihan itu dengan seksama. Sesekali dia tertawa saat melihat wajah bengis Alvino. Padahal ketika dirumah Alvino menjadi orang paling jahil sampai membuat Alina ingin membuang Adiknya itu di hutan lepas.

"Lupakan soal hutan lepas, Dia bahkan menghabisi sepuluh monster di umur duabelas tahun."

Saat itu kejadian yang sama dengan kejadian kecelakaan keluarga bangsawan itu— lebih tepatnya kecelakaan keluarga De'lewis yang hendak berpergian ke kerajaan Orion. Alina menjadi salah satu yang mengikuti perjalanan itu.

Flashback.

Alina yang berumur lima belas tahun menatap keluar jendela dengan malas. Pagi ini dia harus mengikuti keluarganya berpergian ke kerajaan Orion. Padahal dia masih mengantuk karena semalam tidur terlalu larut.

"Ibu, bisakah aku turun? Tiba-tiba tubuhku terasa sakit." Alina bertanya kepada wanita di sampingnya. Wanita berambut biru dengan mata yang juga berwarna biru itu menatap putrinya geli.

"Sakit? Coba Ibu lihat." Dia memeriksa tubuh putrinya dengan teliti, "sepertinya kau memang sakit. Aku akan meminta kepada Ayahmu agar kita mampir dulu di tempat penyihir untuk meminta obat."

Alina melotot tidak percaya. Meminta obat kepada penyihir sama saja dengan menyerahkan diri menjadi eksperimen mereka.

"A-itu, tiba-tiba aku menjadi sehat, Bu."

Perjalanan dilanjutkan dengan Alina yang mendengarkan ibunya bercerita. Tiba-tiba saja kereta yang berjalan di belakang mereka terguling kedepan membuat ibu dan anak itu terkejut. Alina yang di dekat jendela melihat kejadian itu dengan jelas. Alina terkejut saat ada monster berbentuk seperti gorila tetapi berkepela babi yang tiba-tiba menginjak-injak kereta itu.

Alina berteriak histeris. ibunya segera menarik Alina dan menutupi matanya, "Alina, dengarkan Ibu. Jangan pernah keluar dari kereta kuda apapun yang terjadi. Ibu akan melihat situasi diluar sebentar."

Adelia— Ibu Alina berjalan keluar dari kereta kuda. Pertempuran tidak bisa di cegah, banyak kesatria yang mati terbunuh. Ayah dan Ibu Alina menjadi salah satunya. Ayah dan Ibu Alina yang berusaha melindungi putrinya justru mati terbunuh oleh monster itu.

"Ibu!" Teriak Alina saat melihat Ibunya terlempar jauh.

"Jangan!" Adelia berteriak saat melihat Alina. Dengan susah payah dia berdiri dan menghampiri Alina,"Tenangkan dirimu, Alina."

Setelah Adelia mengusap kepalanya, Alina kembali tenang tetapi itu menjadi pembicaraan terakhir mereka sebelum ibunya di tarik menjauh darinya dan tubuhnya langsung di robek-robek oleh monter itu. Entah kenapa di saat seperti ini kota terlihat sepi, seperti tidak ada penghuni. Bahkan kerajaan tidak kunjung mengirimkan bantuan.

Alina terdiam di dalam kereta dengan tubuh gemetar. Bayangan ayah dan ibunya yang di robek-robek masih terbayang di otaknya. Dia hanya bisa pasrah jika setelah ini menjadi giliranya.

"Dasar monster jelek menjijikkan!"

Alina melihat Alvino yang berteriak marah. Alvino mengeluarkan pedangnya yang tiba-tiba dilapisi oleh api berwarna putih. Alina sedikit terkejut karena api putih adalah kekuatan sihi warisan milim keluarga mereka.

Alvino menikam monster itu dengan membabi buta menggunakan pedang apinya. Salah satu yang membuat api putih di takuti karena dia tidak akan padam sebelum dia membakar habis yang dia bakar. Api putih biasanya bisa bangkit saat anak itu berumur tujuh belas tahun, tetapi Alvino membangkitkanya di umur dua belas tahun. Sejak insiden itu Alvino memegang kendali keamanan di kerajaan. Dia ditunjuk langsung oleh Raja sebelum Cyril.

"Bukankah ini terlalu lama, Bu?"

"Kakak!" Alrico berteriak saat tidak sengaja melihat Alina berdiri di pinggir lapangan.

"Kapan Kakak datang? Kenapa tidak mengabari? Apa Kakak sudah makan? Bagaimana perjalanannya." Alrico memberikan Alina pertanyaan beruntun.

"Tanyakan satu-satu, Alrico. Kakak baru saja datang dan Kakak tidak sempat mengabari orang sibuk sepertimu. Bagaimana kalau setelah ini kita makan bersama?"

Alrico mengangguk setuju. Mereka pergi menuju ruang makan bersama tanpa mempedulikan Alvino yang sejak tadi melihat mereka dengan mata melotot. Setelah menyadarinya Alvino berlari dan langsung menubruk tubuh Alina.

"Aku kira kau lupa dengan Kakak."

Alvino tidak menjawab ucapan Alina dan tetap memeluk Alina sepanjang perjalanan. Tidak jarang juga Alrico memaksa Alvino melepaskan pelukan itu karena dia juga mau memeluk Alina.

"Lepaskan!"

"Tidak!"

Mereka terus ribut sepanjang perjalanan. Alina hanya diam tanpa ada niatan untuk memisahkan mereka, karena percuma saja memisahkan kucing dan tikus ini, mereka tidak akan mengalah sebelum ada yang mengalah terlebih dahulu diantara mereka dan sudah pasti tidak akan ada yang mengalah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PEWARIS SAH    020

    Alina mendudukkan dirinya di pinggiran kasur usang di kamar barunnya. Dia di tempatkan di kamar yang berdekatan dengan kamar pelayan. Ini sudah lima hari sejak dia kembali ke istana. Kesibukannya sekarang hanya membaca buku, melatih sihir dan juga melihat pemandangan dari jendela.Samar-samar terdengar suara pelayan yang bergosip. "Apakah pantas seorang Queen mendapatkan kamar yang bahkan kamar pelayan lebih baik?" Alina yang sudah terbiasa dengan hal itu tidak ingin mengambil pusing. Matannya menatap setiap tulisan di kertas dan menerjemahkan setiap aksarannya.Di dunia ini ada lima elemen dasar yaitu, api, air, angin, tanah, dan petir. Elemen di turunkan dari genetik pendahulunnya, kebanyakan dari mereka yang melakukan pernikahan dengan orang berbeda elemen maka sang anak akan mewarisi elemen paling kuat di antara keduannya. Lantas tidak semua orang memiliki elemen, ada orang yang tidak memiliki genetik elemen di tubuhnya, mereka di sebut sebagai spesialis. Mereka bertarung menggunak

  • PEWARIS SAH    019

    "Para tetua yakin jika Sina yang menutup gerbang Konstelasi dan tinggal di sana, karena Sina adalah kunci gerbang itu sendiri.""Itu berarti Klan- maksduku Konstelasi Sora tidak musnah?"Adelia menggeleng. Manusia di bumi tidak pernah tahu kalau ada konstelasi yang di sebut sebagai klan utama, saat tahu seluruh anggota klan cabang di bunuh tanpa sisa, mereka mengira klan sora musnah dan menuliskan kemusnahan klan itu di dalam sejarah tanpa tahu klan utama masih ada."Kakekmu memiliki tujuan lain dengan melakukan pernikahan saudara, Ibu menyadari itu saat berpisah dengan Ayahmu." Alina menundukkan kepalanya. Pusing. Dia sulit mencerna apa yang Ibunya ceritakan, dia tidak tahu ada cerita semacam itu. "Apa Ibu tahu siapa pelaku yang membunuh tetua Konstelasi dan anggota klan cabang?""Tidak, Ibu juga bertanya-tanya. Tetapi, jika ada orang yang tahu, maka orang itu adalah kau Alina." Adelia mengusap kepala putrinya sayang."Aku bahkan belum bisa menemukan dalang di balik kecelakaan sepu

  • PEWARIS SAH    018

    "Tidak bisa!"Cana, Sina, Haru, Bingka, dan Gaah berlutut di depan pria tua berambut biru. Dia Sen, ayah dari Sina. Pria itu pemimpin dari konstelasi sora. "Kami hanya ingin membagikan sedikit pengetahuan, Sen Oji." — panggilan untuk orang-orang yang di hormati di Klan Sora.Sen menghela napasnya, "Apa kalian tahu kenapa kita memisahkan diri dari bumi?" tanya Sen dengan sabar. Dia memaklumi kelima remaja di depannya, jiwa muda mereka sedang semangat-semangatnya."Karena tidak seharusnya dua tempat saling bertemu," jawab Sina. "Lebih dari itu ada hal yang membuat kita memisahkan diri..." lirih Sen. Konstelasi sora, sora yang artinya langit. Mereka klan yang tidak berasal dari bumi dimana tempat manusia tinggal. Sejak awal mereka tinggal di antara awan-awan dan hidup dengan tenang di sana. Karena rasa penasaran dan juga rasa keingin tahuan mereka tinggi, para kingdom mencoba membuka gerbang menuju tempat yang mereka sebut bumi setelah di setujui oleh para tetua. Saat gerbang itu di bu

  • PEWARIS SAH    Masalalu 017

    Alina.Aku menatap sekitarku takjub, ada segerombolan hewan seperti kambing di bumi melewatiku. Yang menakjubkan adalah kambing itu memiliki pola berwarna-warni dan juga permata di dahi mereka yang berkilauan, sebuah hiasan menggantung di tanduknya menambah kesan cantik. Dimana ini? Batinku menyaksikan dunia yang belum pernah aku lihat. "Indah bukan?" Suara yang terdengar lembut nan merdu membuatku menegang. Aku mengenali suara ini. "Ibu..." Air mataku mengalir begitu saja saat melihat sosok yang masih sama cantiknya seperti sepuluh tahun yang lalu. Wanita bergaun coklat cerah tanpa lengan, rambut di sanggul dan juga perhiasan di sekitar kepalanya membuat Ibu semakin cantik. "Rindu...Alina-" ucapanku terpotong saat Ibu memelukku dengan erat. "Kau cantik sekali, mirip seperti Ayahmu." Ibu mengeratkan pelukannya. Wanita itu melepaskan pelukannya saat aku mengatakan aku tidak bisa bernapas, "maaf, Ibu sangat senang bisa bertemu denganmu, terlebih kau sangat cantik! Astaga aku tidak p

  • PEWARIS SAH    016

    Arise menatap kakek Eri. Yang di ucapkan oleh kakek Eri memang ada benarnya. "Lalu apa yang harus kita lakukan?" "Tidak ada, aku hanya bilang mungkin seyelah ini Cyril akan mengetahui kebenarannya. Mau dia tahu atau tidak itu bukan masalah besar, karena orang di belakangnyalah yang menjadi masalah.""Aku tidak tahu bagaimana sistem kerajaan ini, aku pikir tidak ada orang di atas Raja, ternyata masih ada orang yang bisa mengatur Raja."Kakek Eri menghela napasnya. Itu sebabnya dia tidak suka saat tahu anak cucunya tinggal di kerajaan, terutama menjadi keluarga kerajaan. "Bahkan mungkin Cyril adalah boneka yang di mainkan oleh orang-orang itu."BRAK!Arise dan kakek Eri menatap arah timbulnya suara, mereka saling bertatapan dan menghela napasnya bersamaan. Sepertinya bocah-bocah gila itu sedang bertarung."Albren tunggu! Dengarkan penjelasan Kakak!" Alrico berjalan mundur menjauhi Albren yang semakin dekat dengannya. Alvino masih terkapar setelah di lempar oleh Albren tadi. "Nanti, se

  • PEWARIS SAH    015

    "Kalian membiarkannya pergi?" Suara rendah terdengar di kuping orang-orang berjubah, "kalian para pemburu kalah dengan mangsa kalian?" Diam. Tidak ada yang menyahuti pertanyaan seorang laki-laki yang duduk di atas takhtanya.Laki-laki itu menghela napasnya kasar, "Segera temukan dia dan bawa ke hadapanku!" Orang-orang berjubah menghilang setelah mendengar perintah dari laki-laki tadi. "Kau seperti Ibumu. Benar-benar membuatku ingin segera membunuhmu!"BATS! Hempasan sihir milik laki-laki itu membuat ruangan bergetar. Laki-laki berambut biru hampir berwarna hitam dan juga mata biru, sekali lihatpun orang-orang akan tahu jika dia memiliki hubungan dengan De'lewis bersaudara. "Seharusnya kau tidak lahir! Darah murni apanya, aku akan mengeluarkan semua darah di tubuhmu sampai kering!" Laki-laki itu berjalan keluar. Bangunan di sini terlihat kuno, bahkan mungkin sudah tidak ada bangunan seperti ini sekarang. Semua bangunan di sini seperti menara runcing yang menjulang tinggi dan yang l

  • PEWARIS SAH    014

    "ARGHHH!!!" Suara teriakan di ruangan itu membuat siapa saja yang mendengarnya merinding. Di tengah-tengah ruangan terdapat wanita dengan kedua tangan dan kakinya di rantai. Urat-urat di wajahnya mulai menghitam. Arise, Alrico, dan Alvino berdiri menatap Alina yang berteriak kesakitan sejak tadi. Alina adalah pemilik darah murni. Orang tua Alina berasal dari klan sora, dari keturunan terbaik, keturunan langsung dari pemimpin klan. Lane sang kakak di paksa menikahi adik kandungnya sendiri Adelia. Dari pernikahan terlarang itu lahirlah Alina.Flashback."Kami tidak bisa melakukan ini Ayah," ucap laki-laki tampan yang bersimpuh di depan Ayahnya. "Kau tidak memiliki hak untuk menolak, Lane.""Kami bersaudara Ayah. Pernikahan ini sangat di larang!""Tutup mulutmu dan lakukan saja!" Lane berdiri. Tubuhnya tinggi bahkan lebih tinggi dari ayahnya, wajahnya tampan dengan rahang tegas yang menambah ketampanannya rambutnya berwarna biru gelap hampir berwarna hitam. Matanya menatap tajam sang

  • PEWARIS SAH    013

    Arise berdiri di samping Alvino dengan napas tersenggal-senggal. Mereka berlari tanpa henti dari hutan menuju kerajaan. Bukanya tiba di kerajaan, mereka justru tiba di sebuah tempat yang sepertinya sudah tidak ada penduduknya karena bangunanya sudah runtuh."Bukankah seharusnya kita menuju kerajaan? Tempat apa ini?""Lihat baik-baik, ini Kerajaan Dharmaraja."Arise kembali memperhatikan sekitar. Jika di perhatikan tempat ini memang mirip kota di kerajaan Dharmaraja, tetapi tempat ini sudah hancur seperti di serang badai. Saat sibuk memperhatikan sekitar mereka, suara raungan yang membuat tanah bergetar terdengar, di susul raungan selanjutnya sampai membuat beberapa bangunan runtuh."Jangan bertanya, aku juga tidak tahu. Lebih baik kita pergi untuk melihatnya," ucap Alvino saat melihat Arise ingin membuka mulutnya bertanya.Alvino berlari dengan Arise di belakangnya. Rintik hujan membuat kecepatan lari mereka melambat. Tanah basah dan juga bau khas dari hujan membuat darah Alvino mendi

  • PEWARIS SAH    012

    Setelah satu minggu membuat kerajaan gempar dengan menghilangnya satu keluarga petinggi kerajaan, Arise dan adik-adiknya memilih kembali setelah hampir dua minggu tinggal di distrik jauh. Mereka membuat alasan kalai pulang ke kampung halaman orang tua mereka dengan mendadak karena ada salah satu saudaranya yang meninggal, sehingga mereka tidak sempat memberikan kabar. Untungnya Cyril percaya.Sekarang Alvino dan Arise sedang di dalam perjalanan menuju istana. Alvino dengan urusan kerajaanya dan Arise yang memiliki urusan dengan adiknya, Alina."Kenapa hutan ini terlihat sepi?" "Kau bodoh ya? Tidak ada yang mau berkeliaran di dalam hutan yang di penuhi olej monster, kecuali kau."Mereka baru saja selesai melakukan patroli rutin sebelum melaporkanya kepada raja. Arise terpaksa ikut karena dia berada di satu kuda dengan Alvino."Tidak. Ini terlalu janggal. Jika tidak ada manusia atau hewan memang wajar, tapi jika para monster tidak muncul itu di luar batas wajar." Mata Alvino dengan aw

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status