Home / Romansa / PEWARIS TERSEMBUNYI / Part 2. Berita duka

Share

Part 2. Berita duka

last update Huling Na-update: 2021-11-01 09:19:32

Apapun nanti yang akan terjadi kepada dirinya, Endrea yakin Papanya tidak akan membiarkan anaknya kesusahan batin Endrea. 

Tiga puluh menit kemudian taksi yang Endrea tumpangi sudah sampai dirumah dengan dua lantai dengan model klasik, setelah membayar ongkosnya Endrea keluar dari taksi berjalan ke arah pager yang mejulang tinggi,  Endrea menarik nafas panjang kemudian menekan tombol bel yang ada ditembok di depannya. 

Tangan Endrea terus mengetuk-ngetuk ponsel yang dirinya pegang dalam hati Endrea selalu berdo'a Papanya mau membantunya.

Tiga puluh menit kemudian seorang muncul dari balik pagar yang membuat Endrea terkejut, saat menyadari siapa yang membuka pagarnya. 

"Mama," gumam Endrea dengan suara tercekat. 

"Anak ini, ada apa kamu datang kesini hah?" tanya Bibi Liana dengan nada yang ketus. 

Setelah mengumpulkan keberaniannya Endrea membuka suaranya "Endrea ingin bertemu dengan Papa, Ma." jawab Endrea. 

"Masuklah!" perintah Bibi Liana dengan nada ketus. 

Endrea berjalan mengekor dibelakang melihat ke arah taman sudah tidak ada lagi bungan kesukaan miliknya dan juga mamanya, memasuki ruang tamu dada Endrea semakin sesak saat melihat foto keluarga yang menempel di dinding, ada Bibi Liana, Papa dan Nina di dalam foto itu mereka bertiga tersenyum bahagia seperti tidak mempunyai beban. 

Bibi Liana masuk ke dalam kamar Endrea duduk di sofa, Rumah ini sangat berbeda dengan dulu saat dirinya dan Mamanya masih ada, tidak ada foto miliknya ataupun Mamanya.

"Papamu tidak bisa menemuimu masih banyak pekerjaan diluar, jadi bicara saja dengan Saya ada apa kamu datang kesini?" tanya Bibi Liana masih dengan berdiri dan tangannya dilipat ke dada. 

"Ma, Endrea butuh uang untuk biaya rumah sakit," ucap Endrea dengan memberanikan diri Endrea menatap mata Bibi Liana. 

"Hahaha... sudah saya duga sudah tiga tahun lamanya kamu tidak pernah kembali, dan sekarang dengan mudahnya kamu meminta uang." Bibi Liana terdiam sesaat seperti memikirkan sesuatu kemudian membuka suaranya kembali. 

"berapa?" tanya Bibi Liana wajahnya mendekat ke arah Endrea.

"150 juta Ma, Endrea pinjam Ma nanti kalo Aku sudah ada pasti segera diganti," ucap Endrea dengan nada sedikit memohon.

"Apa kamu pikir saya akan memberikannya, jangankan uang 150 juta, seribu rupiahpun Saya tidak akan memberikan kepadamu," teriak Bibi Liana di depan wajah Endrea.

"Lebih baik kamu sekarang keluar dari rumah ini!" perintah Bibi Liana dengan wajah yang sudah memerah, telunjuknya mengarah ke pintu. 

Terdengar derap langkah dari arah tangga, seorang gadis cantik dengan rambut yang berwarna oren gelap, menggunakan baju kemeja warna putih dan rok ketat yang sangat pendek, turun dari lantai dua,  Endrea sebagai perempuan merasa malu dan risih saat melihatnya. 

Nina berjalan ke arah Mamanya, kemudian  melihat ke arah Endrea dengan mimik wajah kebingungan.

"Endrea ngapain kamu kesini lagi?" tanya Nina sedikit berteriak.

"Dia minta uang kepada Mama, kamu tahu dia minta 150 juta dia pikir Mama akan memberinya apa, itu tidak mungkin," ucap Bibi Liana dan menatap tajam ke arah Endrea. 

"Sebentar," teriak Nina dan tangannya membuka tas yang Ia kenakan mengambil beberapa uang lima ribuan dan melepar ke arah Endrea. 

Endrea memejamkan matanya luka tiga tahun yang lalu kembali menganga, dirinya mengira setelah tiga tahu Mama dan sodara tirinya akan berubah ternyata tidak.

"Ambilah uang itu lumayan kan buat jajan," ucap Nina dengan tersenyum mengejek. 

"Lebih baik Kamu pergi dari rumah ini sekarang, merusak pemandangan saja," ujar Bibi Liana. 

Endrea berdiri berjalan keluar rumah dengan gontai air matanya tidak bisa lagi dia tahan, bukan uang yang dirinya dapat melainkan ejekan dari Mama dan juga sodara tirinya.

"Kamu jalan saja sama om-om, aku yakin dengan cepat kamu bisa mendapatkan uang yang sedang kamu butuhkan hahahahaha," teriak Nina sebelum Endrea meninggalkan rumah itu, tangan Endrea terkepal mendengar ucapan Nina. 

Setelah puas menangis Endrea mengusap air matanya dengan kasar,Endrea melanjutkan perjalanannya mencari taksi, tiga puluh menit kemudian Endrea sudah mendapatkan taksi dan menyebutkan alamat rumah sakit Endrea melihat kendaraan yang lalu lalang.

Satu jam kemudian Endrea sudah sampai, Endrea langsung masuk

, sesampainya diruang UGD Endrea melihat banyak dokter yang berlarian masuk ke ruangan Adelard. 

Belum sempat Endrea bertanya pintu ruangan sudah tertutup, Endrea menunggu dirinya bolak balik Endrea panik dan juga takut. 

Endrea takut kehilangan orang yang selama ini menemaninya dan selalu menghiburnya dikala dirinya sedih dan kelelahan karena banyaknya pekerjaan. 

Satu jam menunggu dokter dan perawat belum satupun yang keluar dari ruangan Adelard, tidak henti-hentinya Endrea selalu berdo'a agar Adelard diberikan kesembuhan.

Dua jam kemudian seorang dokter keluar dengan wajah kelelahan, Endrea langsung berlari ke arahnya.

"Bagaimana keadaan teman saya, Dok?" tanya Endrea dengan nada panik.

Dokter Adit menghela nafas panjang kemudian melihat ke arah Endrea dengan tatapan iba "Maaf teman Mbak tidak bisa kami selamatkan," jawab Dokter Adit. 

Endrea langsung terduduk kakinya lemas dan tidak kuat untuk menompang tubuhnya tangisnya kembali pecah mendengar tujuh kata yang keluar dari bibir Dokter Adit, dengan susah payah Endrea berjalan masuk tangannya perpegangan ke dinding.

Dokter Adit berusaha membantunya untuk berdiri tapi Endrea menolaknya, Endrea merasa sudah berjalan begitu lama tapi tidak juga sampai ke ranjang dimana tubuh Adelard terbaring dan kain putih menutupnya sampai kepala.

"Sayang bangun, mana yang sakit katakan padaku Aku akan membantu menyembuhkan lukamu," tubuh Endrea mengahambur memeluk tubuh kaku Adelard. 

"Sayang Aku mohon buka matamu untukku, Aku mohon," pinta Endrea dan mengguncangkan tubuh kaku Adelard.

Seandainya tadi Bibi Liana mau membantunya pasti ini semua tidak akan terjadi seandainya tadi yang Endrea temui Papanya, Endrea hanya bisa berandai-andai.

Para perawat wanita yang melihat kejadian itu tidak bisa menahan air matanya, dengan susah payah dua perawat menghampiri Endrea berusaha menenangkannya.

"Mbak yang sabar ya harus ikhlaskan, pacar Mbak sudah tidak merasakan sakit lagi dan biarkan dia tenang di atas sana," ucap salah satu perawat dengan mengelus lembut punggung Endrea. 

Setelah puas menangis Endrea mencoba untuk mengikhlaskan kepergian Adelard, karena hari sudah malam jadi rencana pemakaman Adelard dilakukan esok pagi.

Endrea keluar dari kamar jenasah dan duduk dikursi tunggu, tangisnya kembali pecah dirinya merasa tuhan tidak adil kepadanya, mengapa tuhan mengambil orang-orang baik disekitar Endrea. 

Endrea membuka ponselnya banyak pesan dari Kirana teman satu kosnya, Kirana dan Endrea bekerja direstoran yang sama, Endrea menekan tombol panggil. 

"Halo.. Endrea kamu darimana saja, sekarang kamu dimana, kenapa sudah malam belum pulang?" terdengar suara Kirana diseberang sana. 

"Kirana bisakah kamu datang ke rumah sakit, Aku butuh teman sekarang," ucap Endrea. 

Untuk sesaat Kirana terdiam tapi tidak lagi bertanya kepada Endrea "Serlok aja ya." jawab Kirana kemudian mematikan sambungan teleponnya.

"Saya akan membantu proses pemakamannya besok," ucap seorang pria yang sekarang berdiri di depan Endrea. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • PEWARIS TERSEMBUNYI    Part 176. HAPPY ENDING

    Endrea dan Semuel duduk berdampingan, Tuan Wu memerintahkan mereka untuk makan Endrea sedikit ragu saat ingin memasukan makanannya ke dalam mulut takutnya makanan itu sudah diberi racun."Makanlah," perintah Tuan Wu kembali. Kemudian mereka mulai menikmati makan malam dengan diam, setelah makan malam Tuan Wu mengajak Endrea dan Semuel untuk ke ruang keluarga ada sesuatu yang ingin Tuan Wu sampaikan."Sem...." panggil Tuan Wu."Iya Kek," jawab Semuel kemudian membenarkan duduknya melihat ke arah Kakeknya."Intan sudah lama meninggalkan kita bersama disini, apa kamu belum bisa muve on darinya?" tanya Tuan Wu."Maksud Kakek apa?" tanya Semuel."Hehe... Kakek tahu kamu sudah bisa melupakan Intan dan kamu juga sudah menemukan calon penggantinya, jangan kira Kakek tidak tahu dengan apa yang kalian lakukan," Tuan Wu menghentikkan ucapannya."Jadi kapan kali

  • PEWARIS TERSEMBUNYI    Part 175. Undangan sang Kakek

    Kevin masuk dan berjalan ke arah Yuana yang sedang bermain dengan Ardan di ruang keluarga, Kevin duduk di depan Ardan dan ikut bermain."Dik, Aku mau ke kantor sebentar setelah itu aku akan kembali lagi kesini," pamit Kevin kepada Yuana."Iya hati-hati di jalan Mas, kamu tenang saja disini ada aku," jawab Yuana.Kemudian Kevin berjalan ke arah kamar yang semalam digunakan oleh Yuana tidur, untung dirinya membawa baju ganti untuk ke kantor.Tiga puluh menit kemudian Kevin keluar dari kamar setelah berbicara dengan Yuana, Kevin keluar dari rumah dan membawa mobilnya menuju ke kantor.Tiga hari berlalu sekarang keadaan Endrea sudah membaik dan sudah bisa bekerja seperti biasa, saat ini Endrea, Kevin dan Yuana sedang menikmati udara segar dilantai atas rumah Endrea."Aku senang akhirnya kamu kembali seperti sedia kala lagi," ujar Kevin."Hanya sakit seperti itu saja, kenapa kalian khawatir sekali," jawan

  • PEWARIS TERSEMBUNYI    Part 174. Kamu boleh pulang sekarang

    "Ngga aku mau pulang saja, kasian Ardan di rumah sendirian," ucap Endrea dengan nada lemas"Iya sudah nanti aku antarkan ke rumah ya," ucap Semuel kemudian menyiapkan barang bawaan Endrea dan juga dirinya.Semuel mengeluarkan ponselnya dari saku dan menelepon Kevin, dipanggilan Kedua teleponnya baru diangkat."Halo, Vin kamu tolong jagain Ardan dulu sampai kami pulang ya," perintah Semuel kepada Kevin."Memangnya kalian dimana sih, dari semalam ngga pulang?" tanya Kevin diseberang sana."Nanti juga kamu tahu, sudah dulu ya," ucap Semuel kemudian mematikan sambungan teleponnya.Semuel membantu Endrea memakaikan sendalnya, kemudian memapah Endrea keluar dari kamsr hotel, Semuel mengantar Endrea ke kursi samping kemudi.Tidak lupa Semuel memasangkan sabuk pengaman, setelah itu Semuel menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Endrea."Kamu tidak mau periksa dulu En?" tanya Semuel kepada Endrea,

  • PEWARIS TERSEMBUNYI    Part 173. Endrea sakit

    Selanjutnya mereka melakukan adegan yang seharusnya belum mereka lalukan sekarang, keduanya tenggelam dalam kenikmatan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Satu jam kemudian Semuel membaringkan tubuhnya disamping Endrea, kemudian memeluk Endrea dengan sangat erat dibalik selimut.Endrea hanya terdiam memadangi langit-langit kamar, memikirkan apa yang baru saja dirinya lalukan bersama Semuel."Bagaimana kalau aku hamil?" celetuk Endrea, Semuel mencium pipi Endrea."Aku akan menikahimu segera, kamu tidak perlu khawatir," bisik Semuel ditelinga Endrea."Sekarang mandi ya setelah itu kita makan malam," perintah Semuel kepada Endrea."Tetapi aku tidak membawa baju ganti," ujar Endrea dengan melihat ke arah Semuel.Semuel keluar dari selimut dan berjalan ke arah sofa, kemudian kembali ke ranjang dan memberikan satu bag kepada Endrea."Ini aku sudah menyiapkannya tadi, tapi aku tidak tahu itu muat atau

  • PEWARIS TERSEMBUNYI    Part 172. Tidak seharusnya terjadi

    "Sudah selesai, sekarang kita mau kemana lagi?" tanya Semuel ketika sudah berada di depan Endrea, Endrea menatap mata Semuel kemudian menghela nafasnya. "Pulang dulu ya, aku mau ketemu sama Ardan setelah itu baru," jawab Endrea. "Baru apa kenapa tidak dilanjutkan?" tanya Semuel. "Baru kita ke hotel," jawab Endrea dengan berbisik ditelinga Semuel, Semuel tersenyum kemudian mengusap telinganya yang terasa geli. "Cepat buka mobilnya panas ini," perintah Endrea. "Perintahnya yang bener dong sayang," pinta Semuel, Endrea mendengus kemudian memalingkam wajahnya ke arah lain. "Buka mobilnya Mas panas ini," perintah Endrea, dengan tertawa Semuel membuka kunci mobilnya. Jam setengah dua siang Endrea baru sampai di rumah, tadi dirinya sudah makan siang bersama Semuel, tidak lupa Endrea membeli kue untuk Ardan. "Ardan," teriak Endrea saat masuk ke dalam rumah, Endrea melihat Ardan sedang menonton televisi.

  • PEWARIS TERSEMBUNYI    Part 171. Ajakan Semuel

    "Kamu harus bertangung jawab Endrea, kamu sudah berkali-kali membuat kepalaku sakit," gumam Semuel, Endrea melototkan matanya apa maksud yang dipikirkan calon suaminya pikir Endrea."Maksudnya bagaimana daritadi aku diam saja?" tanya Endrea dengan nada kebingungan."Kamu tahu dengan sikapmu yang seperti itu mampu membangunkan sesuatu ditubuhku," celetuk Semuel."Ya terus aku harus apa?" tanya Endrea yang belum tahu apa maksud perkataan calon suaminya."Malam ini aku mau kamu menginap dihotel bersamaku, tapi tidak dengan anak-anak," pinta Semuel."Gila apa ngga aku ngga mau, kita itu baru calon suami istri aku ngga mau melakukan itu," ujar Endrea yang sekarang sudah tahu apa maksud Semuel."Aku tidak akan memaksanya, tapi aku mohon untuk malam ini saja," pinta Semuel dengan nada memohon."Ya sudah, malam ini dihotel tapi jangan macam-macam," ancam Endrea."Iya sayang," jawab Semuel kemudian me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status