Share

3. Menjadi Istri Muda

"Saya mengambil engkau Rihana Halim menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."

Rihanna mengerjap sekali seusai Aaron mengucapkan kalimat janji di depan pendeta. Aaron, yang detik itu telah resmi menjadi suaminya.

"Rihana? Kenapa diam saja?" bisik Aaron menyadari istri mudanya itu malah hanya melongo menatapnya dengan pandangan kosong.

Rihanna gelagapan, salah tingkah memandangi Aaron, pak pendeta yang berdeham canggung, dan Agnes yang duduk menatap mereka dari jauh.

Wanita itu akhirnya mengambil napas dalam-dalam dan berkata, "Sa-saya mengambil engkau Aaron W. Rodgers menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."

Kalimat panjang itu diucapkannya dengan hati berdebar, napas memburu, dan kedua mata berkaca-kaca.

Ya, inilah keputusannya. Rihanna menyerahkan dirinya kepada Aaron dan Agnes di atas altar, di depan pendeta, yang disaksikan langsung oleh Tuhan.

Suara pemberkatan dari pendeta sudah tak dapat lagi Rihanna dengar. Dia hanya bisa menunduk dengan hati hampa dan kosong beserta pikiran yang kacau. Keraguan dalam hatinya memang masih sangat besar, tapi Rihanna tak bisa menolak pernikahan ini. Dia ... tak mau.

"Hei."

Wanita itu lalu tersadar saat Aaron memanggilnya lembut dan menarik tangannya agar mendekat. Dia mendongak. Dan tepat di detik itu, Aaron justru maju dengan cepat memeluk pinggangnya, memiringkan kepala, lalu meraup bibir merahnya yang setengah terbuka.

Rihana melotot kaget. Kedua tangannya refleks berpegangan pada bahu kokoh Aaron yang melingkupinya. Lama-lama, dia akhirnya memejamkan mata merasakan bibir pria itu melumatnya lembut tanpa tuntutan.

Sementara Agnes, wanita itu justru mendengkus pelan menatap mereka dari bangku gereja paling belakang. Dia lalu memakai kacamata hitamnya dan bangun dari kursi.

Sebagai satu-satunya saksi dalam pernikahan itu, Agnes kemudian melangkah pergi meninggalkan suami dan adik tirinya yang telah resmi menikah diam-diam tanpa sepengetahuan siapa pun kecuali dirinya.

Saat membuka kedua mata, Rihanna memandang sendu punggung sang kakak. Punggung yang beberapa saat kemudian hilang di balik pintu utama gereja.

Masih membekas di ingatan Rihanna saat Agnes sendiri yang justru memohon padanya agar mau menikah dengan Aaron. Agnes telah menambahkan nominal uang sebesar 3 miliar untuk pernikahan itu jika Rihanna setuju, tapi Rihanna menolak--sebagaimana jawabannya kepada Aaron di rumah mereka.

Namun, Rihanna akhirnya luluh ketika sang kakak berlutut dengan wajah paling putus asa di dunia, sesuatu yang belum pernah Rihanna lihat seumur hidupnya. Seorang Agnes Anita Rodgers yang penuh arogansi, rela menunduk di depan Rihanna yang bukanlah apa-apa.

Rihanna tahu keputusannya ini tetap tak masuk akal, tapi tak apa. Dia tak butuh orang lain untuk mengerti, sebagaimana dia sendiri pun tak mengerti saat kedua tangannya mendadak bergerak memeluk tengkuk Aaron, dan bibirnya mulai membalas ciuman suaminya itu dalam kuluman cepat dan intens.

Karena mungkin, inilah yang Rihanna mau selama menyaksikan kehidupan Agnes, yakni menjadi istri muda Aaron, suami kakaknya sendiri.

Pernikahan itu akhirnya selesai dengan cepat karena memang dilakukan secara rahasia. Rihanna ikut dengan Aaron menuju rumah yang Aaron beli untuk dirinya dan sang istri. Sementara Agnes tentu sudah pulang lebih awal dengan mobil yang berbeda.

Rumah Aaron dan Rihanna berada di kawasan pinggiran kota Jakarta, lokasi yang sangat jauh dan tak pernah Rihanna kunjungi sebelumnya. Bahkan mobil harus melewati pepohonan rimbun, pemandangan gunung dari kejauhan, dan beberapa petak sawah.

"Ini tempat yang aman dan asri, sangat cocok untukmu," kata Aaron seolah tahu kebingungan Rihanna sepanjang perjalanan.

Rihanna mengangguk saja, tak ingin berkomentar banyak.

Setelah satu jam mengendarai mobil, sopir akhirnya menghentikan mobil di depan sebuah rumah lantai dua beraksen modern hitam-putih.

Meskipun tidak semewah kediaman Aaron dan Agnes, Rihanna tetap berdebar kagum saat memasuki rumah itu. Karena, rumah ini adalah rumahnya dengan Aaron.

"Selamat datang, Tuan dan Nyonya." Dua orang maid menyambut Aaron dan Rihanna di depan pintu. Mereka adalah pekerja lama di sana yang sudah menjadi orang-orang kepercayaan Aaron.

"Kalian sudah menyiapkan kamar kami?" tanya Aaron seraya menarik pinggang Rihanna agar tetap berjalan masuk.

Rihanna gelagapan mengikutinya.

"Sudah, Tuan. Semuanya sudah sempura," balas salah seorang maid.

Aaron mengangguk puas. "Terima kasih."

Dia terus menuntun Rihanna hingga mereka tiba di depan satu-satunya kamar di lantai dua. Aaron mempersilakan Rihanna masuk terlebih dahulu, baru dirinya. Lalu, pintu pun tertutup rapat dan mungkin tak akan pernah terbuka sampai berjam-jam ke depan.

"Kudengar, Agnes menambahkan 3 miliar untuk membuatmu luluh, Rihanna." adalah dialog pertama Aaron saat dia dan Rihanna sudah berada di dalam kamar.

Dia melepas jas dan dasi hitamnya sambil memandangi Rihanna lewat cermin besar, sementara Rihanna berada di belakangnya--duduk di meja rias.

Rihanna tersenyum kecut. "Ya. Tidak kusangka kakakku itu sangat menginginkanku. Dia ... dia bahkan berlutut di depanku."

"Wow? Dia berlutut di depanmu? Seorang Agnes berlutut di depan orang lain?"

"Hmm. Kau tidak percaya, 'kan? Sebenarnya, aku juga masih sulit mempercayai kejadian itu." Rihanna menyeka make-up di wajahnya menggunakan kapas. "Menurutmu, apa yang membuat Kak Agnes sampai rela melakukan hal itu?"

"Sepertinya ... karena dia tak mau aku ceraikan."

Aaron kini berdiri di belakang Rihanna. Dia meletakkan kedua tangannya di bahu sang istri dan merematnya lembut.

"Dan, ngomong-ngomong, tiga miliar itu dari pemberianku asal kau tau," bisik Aaron serak di dekat telinga Rihanna.

Tubuh Rihanna langsung merinding hebat, sementara napasnya tercekat mendengar perkataan sang suami.

"A-apa kau bilang?"

"Hm? Kenapa? Kau pikir aku akan melepaskanmu setelah menghabiskan malam panas itu denganku?" Aaron terkekeh. "Aku bahkan masih belum menyangka kau sempat menolak lamaranku, Rihanna. Benar-benar wanita yang sulit ditebak."

Rihanna berdiri. Dia berbalik cepat menatap Aaron dengan kedua mata membulat kaget.

"Tu-tunggu dulu! Jadi ... semua ini rencanamu? Ka-Kak Agnes memohon-mohon padaku karena kaulah yang menginginkanku? Dan uang itu juga ...?" Rihanna tampak sangat kaget. "Ta-tapi kenapa?"

Aaron tidak langsung menjawab. Dia malah menarik pinggang Rihanna dan menatap wajah cantik itu dari dekat.

"Aku juga tidak tau," balas Aaron tanpa melepas tatapannya dari iris cokelat Rihanna. "Mungkin, karena aku lelah pada pernikahanku dengan Agnes. Mungkin, aku juga ingin seperti dia, memiliki pasangan lain dalam pernikahan kami."

Rihanna mengerjap cepat. 'Pasangan lain? Maksudnya, Agnes punya pasangan lain?'

"Dan mungkin ... aku juga menginginkan anak darimu, Rihanna. Bukan dari Agnes atau dari wanita mana pun."

Setelah membisiki kalimat itu, Aaron kemudian menunduk dan mencium Rihanna dalam-dalam. Kedua tangannya mendekap erat tubuh sang istri membuat Rihanna tak dapat bergerak ke mana-mana.

Rihanna tahu momentum ini. Hawa panas dan situasi yang sama seperti 'malam itu'. Dengan kesadaran penuh, Aaron mencumbunya sambil membawanya ke ranjang dan membaringkannya ke atas sana.

Ya, inilah saatnya. Rihanna tahu ini adalah saat di mana ia harus melakukan tugasnya dengan baik. Atas uang 3 miliar yang dia dapat, dia menyerahkan dirinya kepada Aaron untuk memastikan lahirnya pewaris sah bagi pria itu.

"Aaron, tapi ... aku hanya harus melahirkan satu anak, 'kan?" tanya Rihanna menyela cumbuan Aaron. Napasnya memburu hebat dengan kedua wajah memerah menyadari Aaron menatap tubuh polosnya tanpa berkedip.

Aaron mendengkus. "Terserah."

Dia hendak melanjutkan cumbuannya, tapi Rihanna malah menyela lagi, "A-apa harus laki-laki? Kudengar ... orang tuamu lebih menyukai cucu laki-laki daripada perempuan."

"Ck! Terserah! Berapa pun dan apa pun jenis kelaminnya, aku tidak peduli! Karena penerusku sudah pasti akan menjadi manusia hebat saat lahir nanti, berapa pun dan apa pun jenis kelaminnya!" Aaron menajamkan pandangan. "Jadi, sekarang berhenti bicara dan mendesahlah untukku!"

Tanpa membiarkan Rihanna terus menyela, pria itu langsung membungkamnya dengan ciuman intens dan penuh tuntutan. Rihanna pun pasrah dalam kungkungan sang suami.

Kegiatan mereka terjalin lebih dalam dan semakin dalam. Desahan dan lenguhan pun lolos dari bibir mereka. Dengan kesadaran penuh, dengan kamar yang terang benderang, dan dengan hubungan yang jauh lebih jelas, mereka mengulang kembali malam panas kemarin menjadi malam pertama pernikahan yang selalu diimpinan semua orang.

Namun, di detik itu, Rihanna belum menyadari bahwa nama Aaron W. Rodgers telah terpatri erat dalam hatinya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status