Share

Teka Teki

40 hari setelah kepergian Pak Bagas untuk selamanya masih menyisakan duka yang mendalam bagi bu Rina dan Rindy.

Selama 40 hari itu juga Rindy dan putri kembarnya menginap di rumah mamanya untuk menemani beliau. Sementara Zydan tetap sibuk dengan aktifitasnya yang masih menjadi teka-teki bagi Rindy.

"Kamu jadi pulang hari ini Ndy.?" tanya Zydan melalui sambungan telfon.

"Aku masih berat ninggalin mama sendiri di rumah Zy , meski pun ada mbak Sri dan Pak Darto yang nemenin mama. Tetap aja aku masih belum yakin ninggalin mama." jawab Rindy menjelaskan alasannya yang menunda untuk pulang.

"Ya sudah nggak apa-apa,kamu disitu aja dulu sampai mama benar-benar stabil."

"Hari ini aku ada pekerjaan ke Bandung Ndy, kemungkinan selama 2 hari aja." ucap Zydan bertujuan pamit.

"Iya Zy, makasih atas pengertianmu" ucap Rindy.

"Nanti aku transfer uang ke rekening kamu." ucap Zydan sebelum mengakhiri pembicaraan.

"Apa yang menelfon itu Zydan.?" tanya bu Rina yang sudah berdiri di depan pintu kamar Rindy.

"Iya ma , Zydan tanya kapan Rindy dan anak-anak akan pulang sekalian pamit mau berangkat ke Bandung hari ini."

"Rindy, Mama belum sempat menyampaikan sesuatu hal yang papamu ucapkan sesaat sebelum papa meninggal."

"Memangnya papa sempat ngomong ya ma.?" tanya Rindy kaget sebab ibunya belum menceritakan apa-apa selama 40 hari ini.

"Iya nak , papamu sempat meminta mama untuk menjagamu dan menjauhkanmu dari Zydan.!" ucap bu Rina sembari menatap foto Rindy sewaktu masih berusia 8 tahun yang terpajang di atas nakas kecil sisi ranjang.

"Maa" tukas Rindy sendu.

"Ternyata dugaanku benar kalau papa terlalu memikirkan rumah tanggaku sampai mengalami gagal jantung.!" bisik batin Rindy.

"Lalu menurut mama, apamama akan menjalankan amanat terakhir dari papa.?"

"Mama nggak tau nak, di satu sisi mama memikirkan nasib kedua putrimu kalau mama menjalankan amanat papamu yang memintamu meninggalkan Zydan. tapi disisi lain mama tidak akan bisa tenang jika tidak menjalankan amanat papa." jawab Mama mengalami dilema.

"Ikuti kata hati mama saja,Rindy tidak bisa menahan jika mama sudah memilih untuk menjalankan amanat papa." ucap Rindy lirih.

"Mama tau kamu mencintai suamimu tapi mama minta supaya kamu lebih mengawasi langkah suamimu." "Mama tidak pernah berharap perpisahan kalian meski almarhum papamu selalu berusaha merubah pola piikir mama. jika kamu mengetahui hal buruk yang dilakukan suamimu tolong kamu cerita sama mama ya.?" ujar mama menasehati Rindy.

"Baik Ma , terimakasih untuk kebijaksanaan mama. Mama memang ibu yang terbaik." ucap Rindy seraya memeluk ibunya.

-Zydan Bersama Shakila"

"Sayang ? Aku mau kebersamaan kita ini untuk selamanya." ucap Shakila kepada Zydan seraya memeluk tubuh atletis tanpa busana milik Zydan.

"Bagaimana dengan suamimu.?" tanya Zydan mempererat pelukannya di tubuh mungil milik Shakila yang tidak tertutupi sehelai benang pun.

"Dia itu sudah tua , sebentar lagi juga bakal mati.!" sahut Shakila tertawa mengejek.

Shakila adalah wanita yang 2 bulan ini dekat dengan Zydan.

Shakila istri seorang pengusaha ekspor impor yang terkenal di kota Bandung.

Suami Shakila yang berusia 65 tahun terpaut jauh dari Shakila yang masih berusia 27 tahun.

Dengan usia suaminya yang sudah lebih dari setengah abad itu membuat dirinya tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis Shakila seperti yang Shakila harapkan.

Itu menjadi penyebab Shakila mencari kepuasan dari pria lain yang dia bayar.

-Flashback-

Perkenalan Shakila dengan Zydan yang tidak di sengaja sewaktu mereka sama sama berada di dalam satu pesawat tujuan Kalimantan.

Pada saat itu Shakila akan berkunjung kerumah keluarganya di Samarinda yang pada saat bersamaan Zydan juga akan mengunjungi wanita yang memanggilnya ke kota Samarinda.

Mereka duduk bersebelahan di kelas bisnis, dari awal Zydan memasuki ruangan kelas bisnis itu matanya tertuju pada satu orang wanita berpenampilan seksi dan glamor yang tidak lain adalah Shakila.

Mereka saling bertukar cerita selama dalam perjalanan Jakarta-Samarinda setelah Zydan memberanikan diri untuk mengajak Shakila untuk berkenalan.

"Jadi kamu udah punya suami.?" tanya Zydan mengorek informasi tentang wanita yang menjadi target selanjutnya.

"Iya, tapi suamiku sudah tua renta kemungkinan usianya juga nggak bakal lama lagi.!" balas Shakila tertawa mengejek.

"Kalau bukan karena hartanya yang nggak bakal habis 7 turunan,aku sih ogah mau nikah sama dia.!"

"Di ranjang aja dia udah nggak mampu muasin aku , kesel nggak tuh ! Belum apa-apa udah lemes.!" ucap Shakila tanpa sadar jika Zydan akan memangsanya.

"Wah , berarti dari segi finansial kamu tercukupi dong.?" tanya Zydan semakin mempertajam pertanyaannya.

"Di atas kata puas sih kalau untuk keuangan. Aku juga punya toko berlian yang di modalin sama suamiku."ucap Shakila sedikit memamerkan kekayaannya.

"Ehm, barang empuk jangan sampai lepas Zydan.!" batin Zydan.

"Ngomong-ngomong kamu di Samarinda berapa lama Zy.?" tanya Shakila.

"Nggak lama kok, mungkin sekitar 2 sampai 3 hari aja." jawab Zydan jujur.

"Ouh kok sama ya , lusa aku juga berencana pulang ke Jakarta." imbuh Shakila antusias.

"Gimana kalau nanti kita pulang bareng lagi.?" tawar Shakila.

"Wah ! belum apa-apa sudah dapat sinyal bagus dari dia.!" bisik batin Zydan.

"Boleh ! Ide bagus juga biar nggak bosen duduk sendiri di dalam pesawat." jawab Zydan bersemangat.

"Save nomor W******p kamu dong Zy, ntar aku hubungi.!" seru Shakila menyodorkan ponselnya pada Zydan dan disambut cepat oleh Zydan tidak mau melewatkan kesempatan emas.

Setelah beberapa minggu semenjak perkenalan mereka di dalam pesawat, hubungan mereka pun semakin intens.

Tidak jarang mereka bertemu hanya untuk melepaskan hasrat Shakila yang diakhir permainan Shakila akan memberikan cek kosong untuk di isi sendiri oleh Zydan.

Mereka tidak menyebut hubungan mereka sebagai pasangan kekasih namun hanya sebagai pasangan seranjang saja.

Shakila juga mengetahui jika Zydan sudah memiliki istri dan anak namun itu bukan masalah yang harus dipikirkan oleh Shakila.

Selama mereka melakukannya atas dasar suka sama suka.

Dan Shakila juga memenuhi segala permintaan Zydan dengan syarat kapan saja Shakila membutuhkan kehadiran Zydan, Zydan harus siap.

Dan sepanjang ini Zydan masih mampu menurutinya.

"Sayang , cium aku dong.?" ucap Shakila saat tangan Zydan sedang memainkan puncak milik Shakila yang berada di balik selimut yang menutupi tubuh mereka.

Tanpa basa-basi, Zydan mengulum bibir Shakila yang tipis sembari mendesah.

Desahan Shakila semakin memancing hasrat Zydan untuk menjamunya lagi dan ini untuk ke tiga kali di sepanjang malam.

Mereka pun terkulai lemas setelah beberapa jam bertarung hebat mencapai titik klimaks mereka masing-masing.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status