Malam ini aku selalu teringat kata-kata Danu. Harusnya aku memang sudah bisa melepasnya apalagi seminggu lagi status dia akan berubah. Aku tidak bisa lagi membayangkan dia untuk bisa Kembali lagi bersamaku semua mustahil. Aku sendiri merasa heran kenapa aku susah sekali melupakan dia, bahkan room chat tiga tahun yang lalu pun masih aku simpan. Dengan penuh keyakinan aku membuka room chat dan menghapus semua pesannya. Dengan begitu semua kisah ini benar-benar aku tutup. Aku ingin membuka lembaran baru. Dia bisa mudah melupakanku, seharusnya aku pun begitu.
Sampai pukul dua belas aku tetap belum bisa tidur yang kulakukan hanya membukan media sosial dan merenung. Saat ini aku baru menyesali semua kejadian yang aku ingat selama tiga tahun. Ternyata sia-sia. Tidak ada satu kata pun yang dia kirimkan setelah kalimat yang dia kirimkan.
*****
“Sial… aku telat nih. Udah jam Sembilan kenapa alarm ku gak bunyi. Aku langsung negcek HP ku ternyata batre habis. Aku langsung mandi singkat, make up tipis dan langsung berangkat ke kantor. Duh mana hari ini ada rapat jam setengah Sembilan. Ini sudah jam Sembilan nanti sampe kantor pasti jam setengah sepuluh. Mampus pasti Pak Edi bakalan ngamuk.”
Aku terus ngomel dan memesan ojek online, kelamaan kalau aku harus bawa mobil sendiri. Sambil nunggu ojek online datang di depan kos aku minum susu kotak dan makan roti buat sarapan.
“Dengan mbk Mayang?” Tanya tukang ojol.
“Iya Mas, cepetan ya mas sudah telat ini.” Aku langsung naik dan memakai helm.
“Sabar mbk, ini jalannya macet apalagi alamat yang mbak tuju jam kerja gini pasti macet.”
Aku sadar memang Jalan Tamansiswa di jam kerja pasti macet parah.
Setelah empat puluh lima menit akhirnya aku sampai di kantor, tepatnya pukul sepuluh aku sampai kantor. Aku jalan pelan-pelan dengan harapan tidak ada yang mengehatui kalau aku telat. Mustahil tapi jelas-jelas pagi ini ada rapat tapi aku berangkat telat.
“Loh May, baru datang?” Suara Mbak Sinta, resepsionis menyapaku cukup keras.
“He he he iya mbak, bangun siang tadi.” Aku jawab memelas. Biar dikasihani. Awalnya tapi tu hanya mimpi.
“Mayang, bisa ke ruangan saya sebentar!” Suara Pak Edi terdengar tegas dan menuntut.
“Ba baik Pak.” Jawabku gugup.
Sampai di depan ruang Pak Edi tanganku gemetar Ketika mau memegang gagang pintu. Pelan-pelan aku mengetuk dan mendorong pintu. Pertama melihat ruangan pak Edi kaget, karena pak Edi tidak sendirian di sana. Ada satu laki-laki yang hanya terlihat punggungnya.
“Selamat pagi Pak.” Aku menyapa Pak Edi ramah membungkukkan badan.
“Pagi, May. Silakan duduk.” Pak Edi mempersilakan aku duduk. Saat aku mendudukkan pantat pandanganku langsung tertuju pada laki-laki yang kini ada di depanku. Dia masih asyik dengan ponselnya. Suasana mendadak jadi hening.
“Hemmm, suara deheman Pak Edi membuyarkan lamunanku.”
Pak Edi berjalan di sofa tepat di samping laki-laki yang ada dihadapanku “Mayang, kamu tau kan apa kesalahan kamu?”
Aku tidak bisa berkata bahkan menatap Pak Edi karena ini memang kesalahanku. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Saya tidak akan menghukum kamu, tapi sebelumnya perkenalkan dulu laki-laki yang disamping saya ini yang akan menggantikan saya, karena saya dipindah dibagian ilustrasi jaid untuk bagian editor saat ini dipimpin oleh Pak Rendra.”
Aku manggut-manggut mendengarkan pembicaraan Pak Edi. Ternyata Namanya Rendra batinku.
“Pak Rendra ini putranya Pak Hilmawan, tapi dia bersedia menjadi pemegang bagian editor, jadi saat ini kalau ada apa-apa silakan hubungi Pak Rendra ya, karena mulai hari ini juga saya sudah pindah di lantai dua.” Pak Edi masih menjelaskan siapa laki-laki yang ada di hadapanku. Tapi kali ini tatapan Pak Rendra menajam melihat penampilanku. Perasaan penampilanku baik-baik saja. Tidak ada yang berubah. Baju yang aku pakai juga seperti biasanya, terlihat sopan. Ahh sudah lah lupakan.
“Pak Rendra, ini Mayang coordinator editor di sini, jadi kalau ada sesuatu yang belum paham bisa ditanyakan, saya harus segera pindah ke ruangan yang baru.” Pak Edi langsung berdiri dan pergi.
Setelah kepergian Pak Edi, aku juga berdiri untuk Kembali ke ruangan. Baru saja menaikkan pantat suara bariton Pak Rendra menghentikan “Mau Kemana, di sini dulu saya mau tanya-tanya.”
“Baik Pak.” Ada perasaan gak enak Ketika duduk berdua dengan Pak Rendra, apalagi beliau adalah putra pemilih penerbit ini. Jadi kaku rasanya.
“Kamu tau kesalahan hari ini?” Pak Rendra langsung memberikan pertanyaan yang gak perlu aku jawab seharusnya, karena dia tau kalau aku jelas-jelas terlambat.
“Tau pak.” Aku tidak berani melihat wajahnya. Perasaan takut menyelimuti diriku.
“Besok jangan diulangi, sekarang boleh keluar.”
“Baik Pak.”
Aku langsung keluar dari ruangan Pak Rendra dan Kembali ke ruanganku. Ketika sampai ruangan Gadis dan Danu sudah fokus di depan laptop memegang kerjaan mereka.
Aku sengaja tidak mengganggu mereka karena tidak mungkin aku menceritakan kejadian yang saja aku alami di ruang Pak Randi. Ohh mungkin mereka juga sudah tau kalau Pak Edi sdudah tidak lagi atasan kita.
****
Sore ini aku berjalan ke lobby kantor sendirian karena aku memang pulang agak telar menyelesaikan pekerjaanku yang harusnya selesai sore jadi mundur gara-gara kau telat tadi pagi. Sedangkan Danu dan Gadis sudah pulang sejak satu jam yang lalu. Saat ini jam menunjukkan pukul lima sore, kantor sudah terlihat sepi karena jam kantor pulang jam empat. Saat aku akan pesan ojek online di halaman kantor tiba-tiba ada mobil yang sangat asing berhenti di depanku.
“Nungguin apa Yang? Yuk masuk saya antar.” Pak Rendra menurunkan kaca mobil. Menawari ku untuk pulang bareng. Ingin nolak tapi gak enak, kalau mau nanti dikira gimana.
“Udah gak usah mikir yuk naik.” Seolah Pak Rendra tau pikiranku. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang bareng beliau.
Jalan Tamansiswa sore ini sangat ramai karena jam pulang kantor. Suasana di dalam mobil juga terasa sepi. Tak ada suara radio atau apapun.
Aku memberanikan diri untuk minta ijin menyalakan radio “Pak, boleh dinyalakan gak radionya?”
Pak Rendra hanya mengangguk sebagai jawaban. Tepat saat aku menyalakan radio terdengar lagi yang sangat viral yang isinya sangat aku suka. Lagu Titi Dj dengan judul Jangan Berhenti Mencintaiku. Aku gak sadar kalau aku ikut menyanyi lagu tersebut.
Jangan berhenti mencintaikuMeski mentari berhenti bersinarJangan berubah sedikit punDi dalam cintamu kutemukan bahagia
Jalan mungkin berlikuTakkan lelah bila di sampingmuSemakin 'ku mengenalmuJelas terlihat pintu masa depan
Jangan berhenti mencintaikuMeski mentari berhenti bersinarJangan berubah sedikit punDi dalam cintamu kutemukan Bahagia
“Suara kamu bagus.” Tiba-tiba Pak Rendra mengatakan itu.
“Duh maaf pak, berisik banget ya. Saya gak bisa diem kalau dneger lagu itu pak. Enak banget. Asli pak.” Aku sambal senyum malu-malu. Tengsi dong ketahuan nyanyi padahal suaraku kayak kaleng rombeng.
“Gak papa, saya suka.”
Hah? Gimana maksudnya? Suka dalam hal ap aini. Wahh ambigu bener ini kalimat Pak Rendra .
Yogyakarta, 26 Juli 2021
Kedatangan atasan baru yang super baik nih. Semoga selalu baik ya. Bukan karena ada maksud tertentu. Selamat membaca.“Ini alamat rumahmu mana Yang, kamu belum kasih tau dari tadi.” Pak Rendra bertanya tapi tatapannya masih lurus.Apa tadi dia panggil aku Yang, wahh bisa baper ini. Tapi ya memang namaku kan Mayang. Hahaha gak boleh baper.“Ohh Jalan Parangtritis pak, daerah ISI. Nanti saya arahin aja Pak.”Pak Rendra hanya menggut-manggut.Laki-laki yang saat ini di sampingku ini fokus lurus tanpa banyak bicara. Suasana di dalam mobil Kembali hening setelah dia memuji kalau suaraku bagus. Saat mobil sudah memasuki jalan Parangtritis aku sadar kalau sabunku habis, jadi lebih baik aku minta tolong Pak Rendra untuk berhenti di Meimart yang terletak di jalan Parangtritis.“Pak, di Meimart depan nanti berhenti saja ya, saya turun
Semoga hati Mayang baik-baik saja.Tepat pukul setengah delapan bel rumah berbunyi, tanpa bertanya-tanya aku sudah tau kalau yang datang itu Pak Rendra. Aku segera keluar kamar dan membuka pintu. Aku kaget Ketika Pak Rendra berdiri depan pintu sambaing memamerkan kresek yang aku Yakini isinya martabak.Penampilan beliau mala mini benar-benar seperti anak muda. Dia memakai celana pendek warna mocca dan kaos warna putih. Gila kelihatan ganteng banget. Ehh ingat Cuma atasan.“Mau berdiri di sini minum kopinya?” Suara Pak Rendra membuyarkan lamunanku.“Ehh silakan masuk pak,” Aku geser sedikit agar Pak Rendra bisa masuk “kenapa repot-repot bawa makanan segala pak.” Aku merasa sungkan Ketika atasan masuk rumahku, jelas-jelas hubungan hanya bawahan dan atasan. Tapi kalau seperti ini malah kesannya seperti sedang pendekatan. Halu doang sih.“Mau ngopi di depan, di ruang tamu ap
“Selamat pagi Mayang” Sapa Pak Rendra saat aku mengunci pintu rumah hendak ke kantor.“Pagi juga Pak” aku menundukkan kepala sambil tersenyum.Pak Rendra jalan keluar membuka gerbang “Mau ke kantor kan? Mau bareng? Kan kita di kantor yang sama?” Pak Rendra menawarkan untuk aku bisa bareng lagi dengan beliau, tapi aku tau diri.“Tidak Pak terima kasih, saya bisa berangkat sendiri. Kemarin karena kesiangan aja sampai harus naik ojol” Aku menolak halus dan membuka pintu gerbang rumah. “Saya duluan ya pak.” Aku langsung masuk mobil setelah pintu gerbang sudah yakin terkunci.Pagi ini jalan menuju kantor selalu ramai. Untuk memecah kebosananku, aku memutar lagi yang ada di flasdisk mobil. Lagu dari Happy Asmara kali ini yang baru viral membuat aku geleng-geleng sambil menyetir. Menikmati syair lagu yang begitu pas. Apalagi menggunakan Bahasa Jawa yang maknanya lebih mengena karena aku sendiri
Suasana kantor pagi ini masih terlihat sepi. Aku memang sengaja berangkat lebih pagi biar tidak ditawari berangkat bareng dengan Pak Rendra. Aku memasuki lobi kantor pukul tujuh, baru OB yang terlihat dan masih mengepel lantai.“Selamat pagi Pak Hadi” Aku menyapa Pak Hadi yang terlihat sedang menggosok lantai.Pak Hadi terlihat kaget melihat aku datang sepagi ini “Pagi Mbak Mayang, tumben jam segini sudah sampai kantor mbk, biasanya mepet.” Pak Hadi cekikian.Pak Hadi tau kalau aku selalu berangkat mepet jam kerja.“Iya Pak, tadi bangunnya kepagian terus bingung di rumah mau ngapain.” Jawabku bohong.“Makanya segera cari pendamping mbak, biar kalau pagi tidak bingung mau ngapain.”“Doain segera dapat ya Pak.”Pak Hadi memang paling baik dan ramah, aku Sudah menganggapnya sebagai orang tuaku karena dia selalu baik dan perhatian denganku. Aku langsung ke ruang ker
RendraMenggantikan Papa memimpin penerbit yang telah Papa dirikan dua puluh tahun yang lalu awalnya membuat aku ingin menolak. Aku tidak mau langsung menjabat sebagai CEO. Aku hanya ingin memimpin di bagian editor yang sesuai dengan pasion ku. Awalnya aku juga menolak, masak aku kerja di kantor Papa. Nanti aku tidak ada usaha. Tapi Mama memaksa aku untuk mencobanya dulu selama satu bulan. Akhirnya aku memenuhi permintaan Papa.Tepat hari ini aku dikenalkan dengan semua karyawan khususnya bagian editor, tapi ada satu nama yang hari ini belum hadir. Ada satu nama yang membuat aku bertanya tanya “Clarissa Mayang” nama itu seperti tidak asing bagiku. Hingga aku meminta Pak Edi untuk menyuruh Clarissa Mayang datang ke ruangan beliau. Aku yakin kalau dia akan haidr hari ini. Dan aku yakin nama itu sama dengan perempuan yang selama ini aku cari.Ketika dia masuk ke ruangan Pak Edi, dia tidak sadar kalau aku ini a
RendraPagi ini aku keluar rumah mendapati rumah Mayang sudah sepi, bahkan mobilnya pun juga sudah tidak ada. Aku yakin kalau dia berangkat sengaja pagi untuk hari ini. Sebenarnya secara terang-terangan aku belum menunjukkan kalau aku suka dengan dia. Aku masih menyimpannya sendiri. Terlalu cepat jika aku mengatakan. Aku akan mengikuti alur yang Mayang pilih, jalur apa yang akan dia tempuh. Apakah dia akan menyadari kalau aku sayang dengan dia cepat atau lambat? Aku hanya ingin membuktikan itu.Pagi ini aku ingin sarapan tongseng ayam jawa yang deket dengan pasar Bantul, walau jaraknya lumayan jauh dari rumah dan tidak searah denganku ke kantor tapi aku tetap sarapan di sana. Toh saat ini masih pukul tujuh kurang lima belas, masih banyak waktu untuk aku bisa sarapan di sana.Tongseng ini sangat legendaris yang terletak di pojok selatan pasar Bantul. Menu tongseng ayam dan tempe koro nya yang membuat aku ketagihan makan di sini. Aku memesan tongseng
Mayang Siang ini aku ijin kerja setengah hari karena aku harus pulang ke Solo. Sejak tadi pagi Mama sudah meneror ku dengan puluhan pesan dan telepon. Aku tau kalau keluargaku sangat rindu denganku. Mana ada yang tidak rindu dengan anak gadis satu-satunya. Sebelumnya aku belum cerita tentang keluargaku. Aku tiga bersaudara. Kakakku yang nomor satu sudah menikah dan tinggal dengan istrinya di Karanganyar dekat dengan tempat kerja kakakku. Aku nomor dua dan yang nomor tiga adikku laki-laki saat ini baru kuliah semester empat di Universitas Malang. Awalnya aku meminta adikku mendaftar di Jogja biar bisa tinggal denganku, tapi dia tidak tertarik lebih tertarik kuliah di Malang. Mama dan Papa ku yang saat ini hanya tinggal berdua. Dulu keinginan Mama ketika aku lulus kuliah aku bisa kembali dan bekerja di Solo, tapi aku lebih betah tinggal di kota ini. Mama kesehariannya jualan di Pasar Klewer sedangkan Papa seorang sekretaris desa tempat kami tingg
Masih di Solo dan masih mengingat semua kenangan yang sampai saat ini masih terikat jelas. Sabtu pagi ini aku ingi gowes sampai Pasar Klewer. Pasar Klewer adalah pasar tekstil terbesar di Kota Surakarta. Pasar yang letaknya bersebelahan dengan Keraton Surakarta ini juga merupakan pusat perbelanjaan kain batik yang menjadi rujukan para pedagang dari Yogyakarta, Surabaya, Semarang, dan kota-kota lain di Pulau Jawa. Pasarini juga pusat batik yang menjadi tempat kulakan para pedagang di wilayah Solo dan sekitarnya bahkan di Jawa Tengah. Berdiri sejak tahun 1970,Pasar Klewertetap menarik untuk dikunjungi.Berangkat dari rumah pukul enam dan sampai di Pasar Klewer pukul tujuh, seharusnya tidak selama ini karena aku snegaja mengayuh sangat pelan. Gowes sendiri itu rasanya gabut banget. Tidak ada yang diajak ngobrol. Sampai di Pasar Klewer aku istrirahat sejenak sebelum nanti sarapan. Tak pernah ketinggalan ketika aku pulang ke