Share

22. Pamit

"Aku mungkin nggak akan ke rumah kamu falam waktu yang lama deh, Sayang." Aksara mengemas barang-barangnya. Aku melihat wajahnya yang jauh lebih sumringah di banding hari-hari biasanya yang selalu mengeluh karena tak pernah cocok dengan Amanda.

"Oke." Aku duduk di meja makan. Mengupas buah apel yang ke sepuluh. Aku tak berniat memakannya. Aku hanya tak ingin melihatnya berkemas. Ingin aku menangis sekuatnya, dan menghajarnya. Namun rasanya aku tak kuasa.

"Padat banget memang jadwal aku akhir-akhir ini. Huh. Aku juga sampai jarang pulang ke rumah." Ku lirik Aksara yang tampak serius dengan alasannya. Dia seakan benar-benar di buat lelah oleh pekerjaannya. Di letakkan kedua tangannya di pinggangnya sambil menatapku sambil menarik napas panjang. Sungguh benar-benar seorang produser film yang menakjubkan. Dia mungkin banyak belajar dari para aktor yang dia kenal selama ini, bagaimana caranya untuk beracting.

"Aku pulang ke Tante Astia ya?" Aku mencoba memancingnya. Pasalnya, sekali lagi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status