Share

5. kamar kami

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2024-09-22 09:07:38

"Ini Adalah kamar kita," ucapnya sambil membuka pintu kamar yang luasnya 5 kali luas kamarku di rumah. Tentu saja aku terpesona karena interior di dalamnya sangat indah dan mewah, perabotan terbuat dari kayu dan kamar di set dengan tema rustic yang elegan

"Wah luas sekali, Pak. Kataku sambil menghempaskan diri di sofa yang empuknya belum pernah kucoba selama hidupku.

"Sofa ini nyaman, aku bisa tidur di sini."

"Terserah kau saja, tapi seperti yang aku katakan, kau bebas tidur di ranjang."

"Tapi ranjangnya adalah ranjang Pak Aldi."

Ia menghampiriku menjongkokkan diri hingga wajahnya sejajar dengan wajahku perlahan ia dekatkan wajah itu sehingga mau tidak mau aku memundurkan diri sambil melirik ke kanan dan ke kiri berusaha menetralisir debaran di dalam hati, tatapan matanya seakan akan membuatku seperti es batu yang ditimpa sinar mentari.

"Kita suami istri 'kan?" tanyanya dengan penuh penekanan.

"Settingan 'kan?" Balasku hati hati.

Dia mengangguk sambil tersenyum lalu menjauhkan dirinya sambil tertawa "Iya tentu saja."

"Apanya?" Aku mengernyit.

"Status kita hanya hubungan profesional ya, aku ingat kembali karena beberapa saat yang lalu aku hampir lupa bawa kau adalah ...."

"Adalah apa?"

"Istri kontrak."

Aku mengangguk sambil membuang napas kasar.

Ia membuka jendela, memperlihatkan keindahan kebun belakang rumahnya yang luas seperti lapangan golf mini disertai kolam renang dan pepohonan yang rindang.

"Saya tidak menyangka dibalik megahnya rumah ini ada kebun yang luas, saya pasti betah."

"Kau betah?" Ia tertawa memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi, "buatlah dirimu sebetah mungkin, dan ya, tadi kau panggil aku Mas, kini kau panggil lagi Pak, berusahalah untuk konsisten."

"Oh ya, baik Pak, eh, Mas." Aku gugup.

"Ada makan malam dengan keluarga besar nanti malam, bersiaplah, stylist keluarga akan datang mendandaniku?"

"Makan mulu lagi bukankah semalam udah ada resepsi yang megah?"

"Makan malam yang anggotanya hanya keluarga dekat, semua ini dilakukan agar kita semakin dekat dan akrab."

"Sungguh aku harus melakukan itu?" tanyaku dengan mata membulat.

"Bersikaplah sewajarnya seorang istri yang berbahagia dengan pertemuan lalu membaur dengan keluarga suaminya, apa susahnya kau mau uang kan?"

Gue nervous, es balok.

"Soal stylist apakah keluarga Mas punya stylist pribadi?"

Ia mengangguk pasti.

"Wah, aku akan merasa beruntung didandani."

"Ingat, aku sudah menyuruh asistenku untuk mengirim Photo dan nama, serta data keluarga dekat Papa dan Mamaku, kau tinggal hafalkan dan hindari menyebut nama yang salah pada om atau tanteku."

Antusiasku tiba-tiba berubah menjadi kelesuan.

Bayangkan aku harus menghafal dan arrggg ... Sebal sekali.

"Apa?"

"Ya kau juga harus membantu melayani menuangkan teh, sebagai simbol keramahanmu sebagai menantu, dan kau harus hafalkan makanan kesukaan masing masing anggota keluarga dan usahakan tidak tertukar karena beberapa dari mereka mengidap penyakit diabetes dan jantung."

Lagi? seketika tenggorokan kering.

"Berapa banyak anggota keluarga yang akan hadir?"

"sekitar 10 orang paman dan bibi, beserta anak-anak mereka."

Omaigod.

"Kenapa Anda tidak memberi tahu tidak kemarin?"

"Aku lupa."

"Aduh ...." aku menepuk keningku sendiri.

Tadinya aku pikir aku hanya akan berenang cantik dan duduk manis kini aku mendapatkan tugas yang begitu berat.

"Oh Tuhan ....." Aku mengeluh.

"Sesuai dengan gaji kan?"

tanyanya sambil tersenyum mengangkat sebelah alis untuk menggodaku.

"Eh iya, iya ... betul." Aku menyeringai gugup.

"Bersiaplah dari sore jam 4, pastikan kau menggunakan pakaian dan aksesorismu dengan rapi dan tunjukkan bahwa kau adalah wanita yang elegan dan cocok bersanding denganku."

"Tenang saja Pak, eh, Mas." Aku menutup mulut dengan jari.

"Kau bisa bahasa Inggris?"

"Kenapa?" Kini feelingku tidak nyaman.

"Beberapa sepupuku adalah lulusan sekolah luar negeri jadi mereka pasti akan menggunakan bahasa Inggris karena terbiasa, usahakan kau berinteraksi dengan mereka."

"Tapi saya tidak terlalu mahir," ucapku yang tiba tiba berkeringat dingin.

"Itu masalahmu, aku tak ingin sikapmu sampai mempermalukanku dan keluargaku."

"Mengapa tidak mengatakan bahwa kontrak menjadi istri mas sangat berat?" Aku mengerutu.

"Kalau dikatakan dari awal, tidak ada yang mau." Dia tertawa lalu keluar dari kamar dan menutup pintu bersamanya.

Aku terperangah sambil terduduk lesu. Mempertimbangkan semua itu rasanya ingin kabur saja, tapi mengingat bahwa ibu membutuhkan biaya untuk cuci ginjal tiap Minggu, aku harus bertahan, aku harus bisa.

Tring ..

"Halo, Assalamualaikum Nak," sapa ibuku dari seberang sana.

"Waalaikumsalam Bu , apa kabar Ibu?" balasku pelan.

"Baik Nak, kamu baik baik di sana?"

"Iya, Bu. Aku udah ketemu mertua dan mereka baik kok Bu."

"Jadi menantu orang kaya dan pengusaha tidak mudah Nak, kau harus pandai membawa dirimu."

"InsyaAllah Bu aku akan jaga diri dan menjaga sikapku."

"Yo wes, ibu tutup teleponnya ya, assalamualaikum," ucap ibu yang sesaat kemudian sambungan telepon berakhir.

Kuhela napas untuk membuang gundah dan ragu dalam dada, aku akan bertekad untuk berbuat dan memberikan yang terbaik baginya, aku pasti bisa.

*

Sore pukul tiga aku memutuskan untuk mandi karena menurut jadwal aku akan didandani satu jam lagi, jadi aku harus mandi terlebih dahulu.

Ketika kubuka pintu kamar mandi, aku semakin terpana dengan keindahan interior kamar mandi yang baknya menggunakan jacuzzi. Sementara jendelanya luas dan langsung ke pemandangan luar sana.

"Duh, sabunnya mana ini?" Sambil kuedarkan pandangan ke seluruh deretan lemari. Kupindai semua tempat namun tak kutemukan sabun yang sering kupakai di rumah, sabun batangan.

Aku terduduk lesu di pinggir bathtub sambil membatin dan menutup wajah.

"Ah, jadi orang kaya mendadak sangat tidak nyaman dan menyulitkan. Harusnya aku tahu ini dari awal. Kemewahan yang ditawarkan Mas Aldi tidak cocok denganku, aku harus banyak belajar dan menyesuaikan diri."

Ya, mulai sekarang segalanya akan diatur, gaya berpakaian, gaya rambut, cara duduk hingga bicara juga sepertinya diatur, aku juga harus mengambil kelas bahasa Inggris dan table manner, agar terlihat sebagai orang yang terdidik dan besar di lingkungan terbaik. Katanya aku tidak boleh mempermalukan Mas Aldi, sebab dia adalah sumber uang dan ATM berjalanku.

Aku tidak boleh membuatnya marah atau kecewa, aku tidak boleh membuat kesalahan, sebab jika Mas Aldi marah maka boleh jadi aku akan dipecat sebagai istrinya.

"Setidaknya izinkan aku untuk menikmati semua kemewahan yah tersaji di depan mata, aku benar benar sedang diberi kesempatan bagus oleh Tuhan untuk berbahagia."

Memang hidupku penuh dengan tantangan dan tidak ada kebahagiaan yang benar-benar aku tidak boleh merasa tertekan atau merasa teraksa karena itu akan menghancurkan kinerja dan fokus ke sebagai istri yang pura-pura bahagia. Aku harus bersikap mesra, baik, manis dan manja di depan keluarganya. Setelah rangkaian pesta dan pertemuan berakhir, maka semua kepalsuan juga ikut berakhir. Ya, aku yakin aku bisa.

Tring ...

Ponselku berdering.

"Iya, Mas?" Aku langsung menjawab seperti itu karena sudah tahu yang menelpon adalah Mas Aldi.

"Apalah stylist sudah datang?"

"Sebentar lagi, mereka di jalan."

"Jangan sampai terlambat."

"Iya, Mas."

"Oh ya, sebentar lagi ada pengajar bahasa Inggris yang akan melatihmu dengan cara tercepat, dia akan mengajarimu konversasi sederhana yang bisa kau gunakan di pesta nanti."

"Apa?"

"Iya, Kenapa kau terdengar tercengang?"

"Ti-tidak juga."

Padahal sebenarnya tenggorokanku seakan ditumbuhi duri duri yang tajam.

Ah, capek deh

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PURA PURA JADI ISTRI TUAN MUDA    32

    Aku tahu, memilih Mas Aldi dalam hidupku juga bukan hal yang mudah. Ada beberapa hal yang harus kuhadapi dengan sabar dan penuh kekuatan. Misalnya ibu tirinya yang hanya melihat uang sebagai sesuatu yang bernilai. Sedang hubungan dia dan Mas Aldi berjalan datar, terkesan berpura-pura baik dan dipaksakan agar nampak seperti ibu yang baik di depan suaminya.Aku tahu, adik-adik Mas Aldi akan mencibirku, begitu juga beberapa wanita yang pernah dekat dengannya, mereka tak akan berhenti untuk menggoda suamiku, sampai Mas Aldi kembali bertekutk lutut.*Kulangkahkan kaki, mencari pria yang menikahiku beberapa bulan lalu ke kantornya. Penampilanku yang hanya berkemeja kotak dan celana jeans serta sebuah tas selempang yang tersampir di bahu sangat kontras dengan tempat di mana aku berpijak saat ini.Resepsionis datang dan bertanya apa keperluanku--yang lusuh dan tidak elegan ini-- datang ke kantor mereka."Aku mencari suamiku," jawabku.Wanita berseragam rapi itu mengernyit, mungkin lupa ata

  • PURA PURA JADI ISTRI TUAN MUDA    31

    Aku ingin memilih sekarang dan mengakhiri kemelut cinta segitiga yang membuatku bingung memilih antar Mas Aldi atau Rizal. Terlebih ketika aku sudah berdamai dengannya beberapa saat tadi."Aku akan menyusul Mas Aldi malam nanti," gumamku setelah baru saja di antar olehnya pulang.Ketika masuk ke dalam rumah kudapati ibu sedang termenung sendiri di meja makan, wajahnya amat sedih dan sesekali ia mengusap deraian air mata di pipi."Ibu ... ibu kenapa?" tanyaku pelan sambil menghampiri dan menggenggam tangannya."Ibu hanya memikirkan bagaimana masa depan pernikahanmu Nadia, sedih sekali melihat ketika wanita sebayamu sedang berbahagia dengan rumah tangga mereka, sedangkan kamu terpisah dari suamimu sendiri dan berada di dalam ketidakpastian.""Sebenarnya aku sendiri yang membuat pernikahan ini berada dalam ketidakpastian, mudah untuk kembali dan berbahagia lagi tapi karena sakit hati aku membeli untuk berlarut-larut mendiamkan masalah ini. Tapi ibu tenang saja sekarang," jawabku pelan."

  • PURA PURA JADI ISTRI TUAN MUDA    30

    Selepas kepergiannya ada rasa kesepian yang tiba-tiba memenuhi dinding hatiku. Kemarin aku telah membencinya, berkali-kali muak padanya, tapi mendengar semua penuturan yang menyedihkan tadi, membuat sudut pandangku berubah dan seketika menjadi iba.Lalu bagaimana dengan perasaan hatiku yang tiba-tiba dicuri Mas Rizal dengan perhatian dan kelembutannya?Seharusnya tak kubiarkan ruang kosong di hati diisi cinta lain hingga statusku resmi menjanda, apa akibatnya sekarang setelah memutuskan jauh dari suami, kini aku dilema sendiri."Kalo kau mencintaiku maka tahanlah aku." Itu pintanya sesaat sebelum pergi.Aku tahu persis bahwa jika kali ini ia patah hati karena penolakanku, maka itu akan mengulang luka lama yang dia derita, sakitnya akan terbuka kembali, dan hatinya akan semakin ditutupi kegelapan abadi. Akan susah sekali untuk membuatnya tersenyum dan hangat lagi."Apa yang kamu lakukan Nak, kok kamu gitu sama suamimu?""Aku harus bagaimana, Bu?""Kenapa memutuskan berpisah sementara

  • PURA PURA JADI ISTRI TUAN MUDA    29

    Kususuri jalan trotoar dengan langkah gontai seolah-olah boneka, atau jasad yang tidak bernyawa. Hatiku terbelah menjadi dua dan aku tidak tahu harus kemana, suami dan pria itu, dua hal yang terus berputar dan menyita fokus otakku.Aku lelah memikirkan itu.Kubuka pintu, engsel berderit dan wajah tampan dengan cambang halus yang tumbuh di sekitar pipinya menoleh, menyunggingkan senyum manis yang tulus, senyum yang jarang kulihat ketika ia masih kanebo keringku, es batu yang melelehkan, ah patah hati mengingatnya Meski seni mencinta adalah cara paling mudah menyakiti diri sendiri, aku tetap melakukanny, dan tak pernah menyangka bahwa sakitnya akan seburuk ini. Bertubi tubi dan merenggut akalku.Kubuka pintu rumah, engsel berderit dan mengalihkan perhatian pria tampan dengan jambang halus yang mulai menumbuhi pipinya dia tersenyum memperlihatkan aksen paling manis di wajahnya, aksen yang jarang sekali kulihat ketika dia masih ku sebut sebagai kanebo kering milikku.Ah, kenapa aku bisa

  • PURA PURA JADI ISTRI TUAN MUDA    28

    Sedang sibuk menekuni semua tugas dalam memberi label pada hp yang sudah didaftarkan Imei-nya, tiba tiba pria yang selalu memiliki senyum hangat dan tatapan menggoda, datang dan meletakkan secangkir kopi dengan gelas kertas."Aku, udah merindukanmu dan memutuskan untuk langsung datang ke counter ini.""Tidak ada tempat untuk merindukan seseorang, ini adalah tempat penjualan HP," jawabku sambil tertawa."Sungguh aku tidak bisa mengalihkan diri dari memikirkan kamu," ujarnya sambil meletakkan kedua tangannya di atas meja lalu menopang dagunya, menatapku lekat."Jangan melihat aku seperti itu, aku akan merasa canggung," jawabku tersenyum."Hei, aku tahu aku salah merindukan milik orang lain, tapi aku tidak bisa menepis perasaanku, Nadia," ujarnya dengan tatapan penuh keseriusan. Aku juga tidak mendengar sebuah kebohongan dari nada bicaranya."Iya, situasi ini memang tidak menguntungkan untuk kita,"jawabku sambil tersenyum dan melanjutkan pekerjaan."Mengapa reaksi mengubah begitu santai

  • PURA PURA JADI ISTRI TUAN MUDA    27

    Bangunkan pria yang tertidur di depan TV sambil menepuk bahunya."Hei bangun, Ini sudah pagi,"ujarku dengan kesal karena di jam 8 di saat matahari sudah terik dia masih saja tertidur pulas.Ia menggeliat sesaat lalu berusaha mengerti akan membuka matanya."Apa sih istriku? Seorang Istri membangunkan suaminya dengan mesra memeluk lalu menyiapkan secangkir kopi, tapi kau malah membentakku," keluhnya sambil kembali memeluk bantal guling dan memejamkan mata."Bangun dan berangkatlah ke kantormu Aku tidak mau disalahkan ibu mertua karena kau tertidur di sini dan kau lalai dengan tugasmu.""Mengapa kau memanggilku dengan panggilan kau' padahal sebelumnya kalau selalu menyebut ku dengan kata sapaan Mas dan saat itu amat merdu terdengar di telingaku, ada apa kau berubah sedrastis ini?""Aku sudah katakan sebelumnya bahwa sejak Kau mengusirku dari hidupmu aku putuskan untuk menghapus semua perasaanku.""Sebelumnya kau punya perasaan?" tanyanya sambil mengulum senyum."Tidak." Aku membuang muka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status