Share

6. bingung

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2024-09-22 09:08:29

Aku tidak menemukan sabun seperti yang aku cari jadi aku buka lemari yang menyimpan barang-barang kebutuhan mandi mas Aldi. Ada shaving cream, ada shampo khusus laki-laki serta alat pencukur dan semua botol yang memperhatikan yang ku asumsikan mungkin adalah sabun mandi yang dituang ke dalam bak mandi.

Karena tidak ada pilihan lain maka akupun menuangkan sabun itu ke dalam rendaman ku agak banyak agar sesuai dengan jumlah air yang hampir penuh dalam bathtub.

"Apa Mas Aldi lupa kalau sekarang aku sudah satu rumah dengannya sehingga ia lupa meminta kepada asisten yang untuk menyiapkan kebutuhan mandiku?"

Sialnya, aku pun lupa memasukkan sabunku di hotel tadi karena terburu-buru diajak pergi olehnya.

busa sabun mulai timbul dan aku dengan gembira merendam di dalam air hangat yang mengeluarkan aroma wangi mewah tersebut.

"Wah, nyaman sekali," ujarku sambil merebahkan diri menikmati hangatnya bak pemandian sembari menikmati pemandangan di luar sana.

Karena saking nyamannya aku menyedihkan kepala dan tidak menyadari bahwa diriku tertidur hingga ku sadarkan diri ketika tiba-tiba kurasakan hidung ini kesulitan bernafas.

Ketika kubuka mata, aku terkesiap karena aku tidak bisa melihat sekelilingku.

Semuanya busa dan aku tak tahu harus keluar dari mana, sekuat apapun menyibak busa itu tetap saja gagal, busa sudah memenuhi ruangan kamar mandi berlantai parquet tersebut.

"Apakah aku tadi terlalu banyak membubuhkan bubuk sabun?"

Kini, kusesali diri yang ceroboh dan kampungan ini.

Aku mencoba berteriak minta tolong tapi busa-busa itu seorang menghalangi suaraku makan aku sendiri kesulitan untuk mendengar.

"Ya Tuhan, kenapa aku bisa ketiduran?"

"Tolong ... Tolong ...." Aku outus asa dan ayahnya mampu berteriak sambil meraba raba di mana kiranya keran air sehingga aku bisa menyiram semua busa yang mengembang ini? Sialnya aku tak memakai sehelai benangpun di badan.

Aku tak bisa menemukan handukku.

Aku jatuh dalam keputus-asaan sambil mengais sisa udara yang mungkin bisa kugunakan untuk bertahan.

Sesak rasanya napas ini, kepalaku juga mulai pusing menghirup busa sabun, perlahan lahan kurasakan keadaanku mulai menurun.

Hingga tiba tiba pintu kamrandi terdengar terbuka, suara orang orang ramai memanggil dan derap langkah mereka. Lalu aku lupa segalanya.

*

Aku mengerjap perlahan sambil berusaha membuka mata, kusesuaikan cahaya terang yang kini seakan menembus kelopak mata.

"Apa kamu sudah sadar?" Kudengar suara suamiku bertanya.

"Apa aku masih hidup?"

Ia lantas tertawa terbahak-bahak melihatku, "Ya Tuhan kau membuatku takut saja."

"Kenapa?" tanya aku seolah tidak berdosa padahal aku saat ini sangat malu padanya.

"Kalau kamu tidak mengerti cara penggunaan bubuk mandi kenapa harus membubuhkan sebanyak itu? jika aku tidak segera pulang mungkin kau sudah mati di dalam kamar mandi." Ia menatapku seksama di sampingku sedang aku berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain agar tak gugup menatapnya.

"Terima kasih karena Mas Aldi menyelamatkanku."

"Iya aku harus menyelamatkanmu karena kau adalah istriku," balasnya yang entah mengapa kata-katanya tadi membuat hatiku tersentak bahagia.

"Apa?" aku ingin mencoba memastikan ucapannya.

"Maksudku kita punya kesepakatan dan kalau kau meninggal maka kata-kata kita akan batal."

Jadi hanya itu yang dia pikirkan?

"Kupikir batal di menyelamatkanku karena perduli," ucapku dengan nada sedih.

"Tentu saja aku peduli aku peduli padamu dan juga khawatir dan ibumu jika ada apa-apa pasti dia akan mencariku dan aku tidak bisa menanggung semua itu."

Hanya tentang itu? kupikir ada yang lain di hatinya? Tapi mustahil juga aku berharap dia akan membalas perasaan sukaku, mustahil. pemuda tampan yang kaya juga mapan pasti juga mencari wanita yang berkelas cantik dan elegan ada Mungkin ia akan mencari istri golongan menengah kebawah dan hidup di kampung lagi mengontrak, ah terlalu muluk-muluk jika aku berharap ia menyukaiku.

Jujur, caranya yang dingin tapi perhatian membuatku gemas, suka dan makin penasaran.

"Apa kamu lapar?" tanyanya memecah lamunanku.

"Ya, Mas aku lapar."

"Aku tak meminta pelayan untuk membawakan makanan," ucapnya sambil bangkit dan meraih kunci mobil.

"Mau ke mana Mas?"

"Ada urusan dan kau harus ingat lain kali jangan bertanya aku akan kemana dan mau apa itu bukan urusanmu," ucapnya sambil berlalu dan menutup pintu di belakangnya.

Pria kaku itu terkadang membuatku sakit hati dengan keangkuhannya tapi di sisi lain aku menyukai cara ia mengurusi dan memberiku perhatian.

Tiba-tiba pintu kembali terbuka dan wajahnya menyembul dari sana.

"Kau makanlah terlebih dahulu tidak usah menungguku karena aku akan pulang larut."

"Aku tidak akan menunggumu, Pak, karena itu bukan tugasku."

Raut wajahnya berubah tidak suka, seperti kehilangan tenaga dan dominasinya sebagai suami.

"Jadi ...." kini Dia terlihat ragu, "kamu mau dibawakan apa?"

Apa? apa aku tidak salah dengar barusan? Dia menawariku sesuatu?

"Tidak ada yang saya inginkan, Pak, hati-hati di jalan," ucapku sengaja dengan ucapan formal sambil membalikkan badan.

"Kamu marah?"

"Tidak, mana mungkin ada bawahan yang memarahi atasannya, tidak mungkin kan Pak?"

Tiba- tiba ia terlihat termenung sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PURA PURA JADI ISTRI TUAN MUDA    32

    Aku tahu, memilih Mas Aldi dalam hidupku juga bukan hal yang mudah. Ada beberapa hal yang harus kuhadapi dengan sabar dan penuh kekuatan. Misalnya ibu tirinya yang hanya melihat uang sebagai sesuatu yang bernilai. Sedang hubungan dia dan Mas Aldi berjalan datar, terkesan berpura-pura baik dan dipaksakan agar nampak seperti ibu yang baik di depan suaminya.Aku tahu, adik-adik Mas Aldi akan mencibirku, begitu juga beberapa wanita yang pernah dekat dengannya, mereka tak akan berhenti untuk menggoda suamiku, sampai Mas Aldi kembali bertekutk lutut.*Kulangkahkan kaki, mencari pria yang menikahiku beberapa bulan lalu ke kantornya. Penampilanku yang hanya berkemeja kotak dan celana jeans serta sebuah tas selempang yang tersampir di bahu sangat kontras dengan tempat di mana aku berpijak saat ini.Resepsionis datang dan bertanya apa keperluanku--yang lusuh dan tidak elegan ini-- datang ke kantor mereka."Aku mencari suamiku," jawabku.Wanita berseragam rapi itu mengernyit, mungkin lupa ata

  • PURA PURA JADI ISTRI TUAN MUDA    31

    Aku ingin memilih sekarang dan mengakhiri kemelut cinta segitiga yang membuatku bingung memilih antar Mas Aldi atau Rizal. Terlebih ketika aku sudah berdamai dengannya beberapa saat tadi."Aku akan menyusul Mas Aldi malam nanti," gumamku setelah baru saja di antar olehnya pulang.Ketika masuk ke dalam rumah kudapati ibu sedang termenung sendiri di meja makan, wajahnya amat sedih dan sesekali ia mengusap deraian air mata di pipi."Ibu ... ibu kenapa?" tanyaku pelan sambil menghampiri dan menggenggam tangannya."Ibu hanya memikirkan bagaimana masa depan pernikahanmu Nadia, sedih sekali melihat ketika wanita sebayamu sedang berbahagia dengan rumah tangga mereka, sedangkan kamu terpisah dari suamimu sendiri dan berada di dalam ketidakpastian.""Sebenarnya aku sendiri yang membuat pernikahan ini berada dalam ketidakpastian, mudah untuk kembali dan berbahagia lagi tapi karena sakit hati aku membeli untuk berlarut-larut mendiamkan masalah ini. Tapi ibu tenang saja sekarang," jawabku pelan."

  • PURA PURA JADI ISTRI TUAN MUDA    30

    Selepas kepergiannya ada rasa kesepian yang tiba-tiba memenuhi dinding hatiku. Kemarin aku telah membencinya, berkali-kali muak padanya, tapi mendengar semua penuturan yang menyedihkan tadi, membuat sudut pandangku berubah dan seketika menjadi iba.Lalu bagaimana dengan perasaan hatiku yang tiba-tiba dicuri Mas Rizal dengan perhatian dan kelembutannya?Seharusnya tak kubiarkan ruang kosong di hati diisi cinta lain hingga statusku resmi menjanda, apa akibatnya sekarang setelah memutuskan jauh dari suami, kini aku dilema sendiri."Kalo kau mencintaiku maka tahanlah aku." Itu pintanya sesaat sebelum pergi.Aku tahu persis bahwa jika kali ini ia patah hati karena penolakanku, maka itu akan mengulang luka lama yang dia derita, sakitnya akan terbuka kembali, dan hatinya akan semakin ditutupi kegelapan abadi. Akan susah sekali untuk membuatnya tersenyum dan hangat lagi."Apa yang kamu lakukan Nak, kok kamu gitu sama suamimu?""Aku harus bagaimana, Bu?""Kenapa memutuskan berpisah sementara

  • PURA PURA JADI ISTRI TUAN MUDA    29

    Kususuri jalan trotoar dengan langkah gontai seolah-olah boneka, atau jasad yang tidak bernyawa. Hatiku terbelah menjadi dua dan aku tidak tahu harus kemana, suami dan pria itu, dua hal yang terus berputar dan menyita fokus otakku.Aku lelah memikirkan itu.Kubuka pintu, engsel berderit dan wajah tampan dengan cambang halus yang tumbuh di sekitar pipinya menoleh, menyunggingkan senyum manis yang tulus, senyum yang jarang kulihat ketika ia masih kanebo keringku, es batu yang melelehkan, ah patah hati mengingatnya Meski seni mencinta adalah cara paling mudah menyakiti diri sendiri, aku tetap melakukanny, dan tak pernah menyangka bahwa sakitnya akan seburuk ini. Bertubi tubi dan merenggut akalku.Kubuka pintu rumah, engsel berderit dan mengalihkan perhatian pria tampan dengan jambang halus yang mulai menumbuhi pipinya dia tersenyum memperlihatkan aksen paling manis di wajahnya, aksen yang jarang sekali kulihat ketika dia masih ku sebut sebagai kanebo kering milikku.Ah, kenapa aku bisa

  • PURA PURA JADI ISTRI TUAN MUDA    28

    Sedang sibuk menekuni semua tugas dalam memberi label pada hp yang sudah didaftarkan Imei-nya, tiba tiba pria yang selalu memiliki senyum hangat dan tatapan menggoda, datang dan meletakkan secangkir kopi dengan gelas kertas."Aku, udah merindukanmu dan memutuskan untuk langsung datang ke counter ini.""Tidak ada tempat untuk merindukan seseorang, ini adalah tempat penjualan HP," jawabku sambil tertawa."Sungguh aku tidak bisa mengalihkan diri dari memikirkan kamu," ujarnya sambil meletakkan kedua tangannya di atas meja lalu menopang dagunya, menatapku lekat."Jangan melihat aku seperti itu, aku akan merasa canggung," jawabku tersenyum."Hei, aku tahu aku salah merindukan milik orang lain, tapi aku tidak bisa menepis perasaanku, Nadia," ujarnya dengan tatapan penuh keseriusan. Aku juga tidak mendengar sebuah kebohongan dari nada bicaranya."Iya, situasi ini memang tidak menguntungkan untuk kita,"jawabku sambil tersenyum dan melanjutkan pekerjaan."Mengapa reaksi mengubah begitu santai

  • PURA PURA JADI ISTRI TUAN MUDA    27

    Bangunkan pria yang tertidur di depan TV sambil menepuk bahunya."Hei bangun, Ini sudah pagi,"ujarku dengan kesal karena di jam 8 di saat matahari sudah terik dia masih saja tertidur pulas.Ia menggeliat sesaat lalu berusaha mengerti akan membuka matanya."Apa sih istriku? Seorang Istri membangunkan suaminya dengan mesra memeluk lalu menyiapkan secangkir kopi, tapi kau malah membentakku," keluhnya sambil kembali memeluk bantal guling dan memejamkan mata."Bangun dan berangkatlah ke kantormu Aku tidak mau disalahkan ibu mertua karena kau tertidur di sini dan kau lalai dengan tugasmu.""Mengapa kau memanggilku dengan panggilan kau' padahal sebelumnya kalau selalu menyebut ku dengan kata sapaan Mas dan saat itu amat merdu terdengar di telingaku, ada apa kau berubah sedrastis ini?""Aku sudah katakan sebelumnya bahwa sejak Kau mengusirku dari hidupmu aku putuskan untuk menghapus semua perasaanku.""Sebelumnya kau punya perasaan?" tanyanya sambil mengulum senyum."Tidak." Aku membuang muka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status