Home / Romansa / PURA PURA JADIAN / BAB 2: Deal Konyol dengan Reyhan

Share

BAB 2: Deal Konyol dengan Reyhan

Author: SyafaSA
last update Last Updated: 2024-12-11 17:51:42

---

Pagi itu, setelah kejadian di kantin, aku memutuskan untuk mencoba melupakan Alif. Tapi, seperti biasa, hidup tidak pernah semudah itu. Apalagi, setelah pulang sekolah, aku bertemu dengan Reyhan di luar gerbang sekolah. Reyhan adalah teman sekelas yang paling hobi ngebanyol dan selalu punya ide-ide aneh yang kadang bikin kepala pusing.

"Lu tahu enggak, Nail?" tanya Reyhan dengan wajah yang seolah baru menemukan formula rahasia kehidupan. "Kunci buat bikin Alif cemburu adalah... pura-pura punya pacar."

Aku menatapnya dengan alis terangkat. "Rey, serius deh, kamu ngomong apa? Ini bukan film drama, ya," jawabku sambil memutar mata.

Reyhan tidak peduli dengan mataku yang seakan-akan ingin meledak itu. Dia malah melanjutkan dengan wajah serius—padahal seriusnya itu lebih mirip orang yang baru banget selesai nonton film superhero.

"Tapi serius, Nail. Cowok itu biasanya baru ngeh kalau mereka sebenarnya suka sama cewek yang mereka abaikan setelah cewek itu punya pacar," katanya sambil menatapku seperti seorang ahli strategi yang baru saja menemukan taktik perang jitu.

Aku menghela napas panjang, merasa dunia ini sepertinya sudah berada di luar kendaliku. "Jadi, kamu nyuruh aku cari pacar palsu?" tanyaku, mencoba memahami maksudnya yang semakin aneh saja.

Reyhan tersenyum lebar, seperti mendapat jawaban dari soal yang susah banget. "Nah! Tepat!" katanya, memekik dengan semangat yang berlebihan. "Dan gue rela banget jadi pacar palsu lu. Gratis, enggak usah bayar, cuma traktir gue bakso aja cukup."

Aku hampir tertawa mendengar tawarannya. "Kamu serius, Rey? Pacar palsu? Ini apa-apaan? Lu kira gue ini bintang film?" Aku menatapnya dengan skeptis, tapi ada sedikit rasa tertarik—meski itu ide yang gila.

"Tentu aja serius," jawabnya sambil mengusap dagunya yang tidak berdasi, seolah dia baru saja memberikan teori filsafat besar. "Gini loh, cewek yang baru jadian pasti menarik perhatian cowok yang selama ini nggak ngeh sama dia. Dan kita bisa pura-pura pacaran—gue jadi pacar palsu lu, lu bisa pamerin ke Alif. Siapa tahu dia jadi cemburu. Dan voila, masalah beres!"

Aku menggelengkan kepala, tidak bisa percaya apa yang baru saja kudengar. "Lu kira ini apa? Lomba pacaran palsu?"

"Ya! Itu dia! Lomba pacaran palsu, di mana kita berdua jadi juaranya!" Reyhan berkata dengan antusiasme yang seakan-akan kami sudah menyiapkan medali emas.

Aku menatapnya dengan mulut terbuka. "Rey, kamu tahu nggak sih betapa konyolnya ide ini?" Aku merasa seolah-olah sedang berada dalam sebuah film komedi absurd. "Lu ngajak gue jadi pasangan palsu, terus apa? Cuma buat bikin Alif cemburu? Itu cara yang paling nggak masuk akal yang pernah gue denger!"

"Tapi, Nail," kata Reyhan dengan wajah serius banget—serius banget sampai aku sempat mikir dia mau ngelamar kerja di posisi penting. "Yang kamu butuhkan itu bukan pacar asli, tapi perhatian yang bikin Alif sadar kalau dia itu enggak punya kamu. Dan gue tuh punya pengalaman soal ini. Udah pernah gue praktekin, jujur. Gue jadi pacar palsu temen gue dulu. Hasilnya? Cemburu, bro!"

Aku bingung, bener-bener bingung. "Lu... pernah jadi pacar palsu? Untuk siapa?"

"Pokoknya itu rahasia," jawab Reyhan dengan nada misterius yang buat aku makin curiga. "Yang penting, hasilnya sukses."

Aku menatapnya dengan mata terbuka lebar. "Rey, lu ini memang aneh banget. Tapi... kalau gue pikir-pikir, ini ide yang... agak gila, tapi bisa jadi berhasil juga sih."

Reyhan melompat kegirangan. "Yes! Gue bisa mulai latihan jadi pacar palsu yang keren! Lagian, siapa tahu, kamu malah suka sama gue beneran nanti," katanya, sambil melirikku dengan senyum nakal yang hampir bikin aku jatuh dari tempat duduk.

Aku memukul jidatku sendiri. "Rey, itu bukan tujuan kita! Ini cuma pura-pura!"

"Tapi siapa tahu, kalau nanti gue jadi pacar palsu yang terlalu baik, bisa-bisa kamu jadi beneran jatuh cinta sama gue. Gimana?" Reyhan mengedipkan mata dengan percaya diri yang luar biasa tinggi.

Aku mendelik dan menatapnya. "Nggak ada cara yang lebih konyol selain ini, deh."

Reyhan berdiri, menepuk-nepuk tangannya dengan penuh semangat. "Tunggu aja, Nail. Kita bakal jadi pasangan paling hits! Cuma bakso yang gue butuhin, kamu cukup traktir gue nanti."

Aku memutuskan untuk mengikuti arus ini, meskipun aku merasa seperti akan jatuh ke dalam lubang komedi yang tidak bisa aku keluarin. "Oke, Rey. Deal. Tapi kalau nanti ada yang aneh-aneh, gue nggak mau tau, ya!" Aku akhirnya menyerah.

Reyhan mengangkat jempolnya dengan senyum lebar. "Deal! Tapi, inget, kita harus latihan di depan umum biar Alif yakin, ya. Biar dia nggak cuma mikir gue temen biasa!"

Aku hanya bisa memandanginya dengan tatapan kosong, merasa seperti baru saja mengikatkan diri pada sesuatu yang lebih konyol daripada yang pernah kubayangkan. Tapi, ya sudahlah, toh ini cuma pura-pura. Semoga.

---

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PURA PURA JADIAN   BAB 25: Bahagia Itu Pilihan

    ---Setelah pensi yang spektakuler, hubungan kami semakin solid. Meskipun Reyhan tetap saja dengan segala kekonyolannya, aku mulai belajar untuk lebih percaya padanya. Aku tahu bahwa dia selalu berusaha menunjukkan bahwa aku adalah prioritas utamanya, meski kadang caranya agak… unik.Salah satu contohnya adalah ketika dia memutuskan untuk memasak makan malam romantis di rumahku. "Nail, kamu tinggal duduk manis aja. Malam ini aku yang masak!" katanya dengan penuh semangat.Aku mengangkat alis, agak skeptis. "Kamu? Masak? Yang benar aja, Rey."Dia menepuk dadanya dengan percaya diri. "Tenang, Chef Reyhan di sini siap melayani."Aku memutuskan untuk membiarkannya mencoba, meski aku sudah menyiapkan nomor darurat tukang makanan favorit, just in case. Tak lama kemudian, aroma masakan mulai memenuhi rumah, dan aku harus mengakui, baunya cukup menggoda.Tapi, begitu aku masuk ke dapur, aku langsung tahu bahwa ekspektasi harus diturunkan. Dapur berantakan seperti habis dihantam tornado. Tepun

  • PURA PURA JADIAN   BAB 24: Pensi yang Tak Terlupakan

    ---Hari H pensi akhirnya tiba, dan suasana sekolah berubah menjadi lebih hidup dari biasanya. Setiap sudut dihiasi dengan lampu-lampu berwarna dan poster-poster kreatif. Aku, sebagai panitia, sudah sibuk sejak pagi, memastikan semua berjalan sesuai rencana."Mana Reyhan? Dia udah siap belum?" tanyaku pada Hana, yang juga sibuk membantu di belakang panggung."Tenang aja, Nail. Dia udah di sana, lagi cek sound," jawab Hana sambil tersenyum menggoda. "Gimana, nervous ya lihat pacar sendiri tampil?"Aku mengangkat bahu, meski sebenarnya aku merasa deg-degan. "Bukan nervous, lebih ke penasaran. Dia janji mau nyanyiin lagu spesial buat aku."Hana tertawa kecil. "Ya ampun, romantis banget sih. Jangan sampai kamu nangis di depan panggung, ya."Aku menepis leluconnya dengan senyum kecil, lalu melanjutkan pekerjaanku. Setelah beberapa saat, terdengar suara panggilan untuk Reyhan dan band-nya untuk naik ke panggung. Aku segera bergegas ke depan, mencari tempat terbaik untuk menonton.Reyhan mun

  • PURA PURA JADIAN   BAB 23: Konfrontasi di Studio

    ---Malam itu, aku memutuskan untuk memeriksa sendiri apa yang sebenarnya terjadi di studio tempat Reyhan dan band-nya berlatih. Gosip yang beredar membuat hatiku tidak tenang, dan meskipun Reyhan sudah meyakinkan, aku butuh bukti nyata.Saat aku tiba di studio, aku melihat mereka sedang berlatih. Suara gitar, drum, dan vokal Reyhan mengisi ruangan, menciptakan suasana yang penuh semangat. Tapi perhatianku langsung tertuju pada Reyhan yang sedang bercanda dengan seorang cewek di dekatnya. Mereka tampak akrab, dan hatiku langsung terasa berat."Reyhan," panggilku, mencoba menahan nada suaraku agar tetap tenang.Dia menoleh, terkejut melihatku. "Nail? Kamu kok di sini?""Aku cuma mau lihat latihanmu," jawabku sambil melangkah mendekat, lalu melirik cewek itu. "Siapa dia?"Cewek itu langsung menjawab dengan ramah. "Oh, aku Dinda. Gitaris band ini."Reyhan segera menjelaskan. "Dinda cuma teman latihan, Nail. Nggak ada apa-apa, aku janji."Aku mengangguk pelan, meskipun perasaan cemas masi

  • PURA PURA JADIAN   BAB 22: Fitnah di Balik Layar

    ---Beberapa hari menjelang pensi, suasana sekolah semakin ramai. Tapi, bukan cuma karena persiapan acara yang kian mendekati puncaknya, melainkan juga karena gosip baru yang beredar. Kali ini, desas-desus yang beredar bukan main hebohnya—tentang Reyhan."Eh, lo tahu nggak?" kata salah satu teman panitia dengan nada berbisik tapi jelas terdengar. "Reyhan katanya sering jalan bareng sama Dinda, anak XII IPS 1. Mereka keliatan mesra banget pas latihan."Aku yang sedang sibuk mengatur daftar pengisi acara langsung menghentikan pekerjaanku. Mendengar nama Reyhan dan Dinda disebut dalam satu kalimat membuat jantungku berdegup lebih cepat. "Apa? Siapa Dinda?" tanyaku, mencoba terdengar santai meski dalam hati sudah bergolak."Ya, itu. Anak band juga. Katanya mereka sering latihan bareng, dan... ya gitu deh, keliatan dekat banget," lanjutnya sambil memberikan tatapan penuh arti.Aku mencoba menelan rasa kesal yang mulai merayap. Siapa Dinda? Kenapa Reyhan nggak pernah cerita soal dia? Apa in

  • PURA PURA JADIAN   BAB 21: Drama Pensi Sekolah

    ---Hubungan kami yang akhirnya stabil mulai diuji lagi, kali ini bukan oleh orang ketiga, tapi oleh situasi yang benar-benar baru: persiapan pentas seni (pensi) sekolah. Aku terlibat sebagai anggota panitia, dan tanggung jawabku bukan main banyaknya. Mulai dari dekorasi panggung yang harus megah, daftar pengisi acara, hingga memastikan semuanya berjalan lancar pada hari H.Di sisi lain, Reyhan tergabung dalam band sekolah yang akan tampil di acara puncak. Jadwal latihannya yang padat membuat waktu kami bersama menjadi semakin terbatas. Ini jelas menjadi tantangan baru bagi kami berdua.Suatu sore, setelah rapat panitia yang melelahkan, Reyhan menghampiriku di kantin. "Nail, aku nggak bisa nemenin kamu pulang hari ini. Ada latihan band," katanya sambil menatapku dengan sedikit rasa bersalah.Aku mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan rasa kecewaku. "Nggak apa-apa, Rey. Semangat latihannya, ya."Dia tersenyum, lalu mengacak rambutku dengan lembut. "Thanks, Sayang. Aku janji, pas hari

  • PURA PURA JADIAN   BAB 20: Bahagia itu Kepercayaan

    ---Sejak perbincangan terakhir dengan Reyhan, aku berusaha untuk benar-benar mempercayainya. Aku tahu, rasa cemas dan ragu tidak akan membawa kami ke mana-mana. Jadi, aku mulai belajar untuk melepaskan kekhawatiran itu dan fokus pada apa yang benar-benar penting: kebahagiaan kami berdua.Hari-hari berlalu dengan lebih ringan. Reyhan tetap seperti biasa, selalu ada dengan senyumnya yang menenangkan, dan aku mulai merasakan perubahan dalam diriku. Tidak ada lagi malam-malam penuh kecemasan atau telepon mendadak karena rasa curiga yang tidak perlu. Aku merasa lebih bebas, seperti beban besar telah terangkat dari dadaku.Namun, bukan berarti aku sepenuhnya berubah menjadi malaikat sabar. Ada saat-saat di mana kekesalanku masih muncul, terutama ketika Reyhan melakukan hal-hal kecil yang, meskipun tidak signifikan, tetap saja mengganggu. Seperti ketika dia lupa membawa payung saat hujan deras, dan aku harus menjemputnya di sekolah dengan basah kuyup."Rey, serius deh. Kamu itu kan tahu bak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status