Share

BAB 9

Penulis: mapoeri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-04 20:02:45

Nancy buru-buru masuk ke dalam lobi Rumah Sakit, napasnya terengah-engah, dia sudah tidak peduli beberapa pasang mata yang menatapnya aneh karena berlari seperti orang yang sudah kehilangan kewarasan.

Dia baru saja menerima telepon dari kepolisian mengenai Janggala.

“Apa betul ini dengan keluarga dari tuan Janggala Tantra? Putra ibu berada di Rumah Sakit SANJAYA karena mengalami kecelakaan.”

Polisi mengabarkan langsung padanya sehingga Nancy begitu histeris ketika mendengarnya. Eveline dan supir segera mengantarnya namun pikirannya begitu kalut ketika sampai di Rumah Sakit.

Tangannya gemetar tidak berhenti.

Dia takut kehilangan Janggala.

“Keluarga tuan Janggala Tantra?” Salah satu perawat memanggil nama itu ketika Nancy baru saja masuk ke dalam IGD dibantu oleh Eveline.

“Kami keluarganya.” Eveline segera menjawab dan mendekat kepada perawat sedangkan Nancy dibantu oleh supir pribadinya untuk tetap berdiri.

“Kami meminta persetujuan untuk operasi, biar dokter yang menjelaskan.” Kata perawat itu sambil mempersilahkan dokter yang kemudian muncul dari balik tirai.

Nancy hampir saja pingsan melihat banyaknya darah di jubah dokter itu.

Darah Janggala.

“Saya dokter umum yang menangani, sebentar lagi dokter bedah dan syaraf akan segera datang kesini. Tuan Janggala Tantra mengalami cedera kepala yang cukup serius dan pendarahan hebat. Jika tidak ditindak, kami akan kehilangan tuan Janggala.”

Kata-kata itu membuat kedua lutut Nancy terasa lemas, dunianya seperti runtuh begitu saja. Belum ada setahun kepergian suaminya dan dia kini dihadapkan oleh hal hidup dan mati putranya.

Dia segera menandatangani berkas-berkas tersebut, ketika dokter spesialis datang mereka mengenali siapa wanita paruh baya yang terdiam lesu di pojok ruangan. Kemudian setelahnya direktur Rumah Sakit langsung turun tangan dan menemui Nancy.

Dengan segera Nancy diajak untuk menempati ruangan SUPER VVIP dimana hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menempatinya di Rumah Sakit ini.

“Kami akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan tuan muda.” Kata Direktur Rumah Sakit dan Nancy hanya terdiam lemah tidak menjawab.

Wanita tua itu hanya duduk menatap kosong lorong Rumah Sakit ketika Janggala masuk ke dalam ruang operasi dan Direktur itu pergi untuk memantau operasi.

“Bagaimana? Sudah ada penjelasan kenapa Gala ada disana?” Tanya Nancy pada Eveline yang baru saja datang menghampirinya, wanita muda itu menyerahkan sebotol air mineral yang sudah dibuka tutupnya pada Nancy.

Tangan lemahnya mengambil botol itu dan meminum isinya perlahan.

“Tuan muda berada disana untuk bertemu dengan Dirra. Saat itu bertepatan dengan kepergian Dirra, tuan muda mengejar mobilnya.”

Nancy terdiam mendengar penjelasan Eveline, kemudian airmatanya tumpah. Dia terisak. Dia tidak berpikir kalau Janggala akan nekat mendatangi Dirra kurang dari jam dua.

Nancy sudah tahu kalau Dirra dan keluarganya pindah hari ini, dia sudah diberitahu oleh Siska kalau Janggala akan pergi menemui Dirra pukul dua siang. Dia tidak menyangka semuanya meleset dan kini anaknya terbaring lemah di ranjang.

“Ma! Mama! Bagaimana dengan Gala?!” Suara seorang pria berusia muda bertubuh tinggi dan tegap yang berlari mendekat pada Nancy mengalihkan perhatiannya, dia menoleh dan mendapati pria muda itu berdiri di depannya dengan tatapan panik.

“Untuk apa kamu kesini?” Tanya Nancy dengan nada sinis, dia membuang mukanya ke arah lain. Enggan menatap sosok itu.

“Ma, gimanapun Gala adik aku.”

“Diam kamu..” Nancy memotong ucapan pemuda itu, dia melirik dengan tajam, menatap pria itu lekat-lekat seperti hendak memakannya. “Kamu tidak ada hubungan apapun dengan Janggala, Sivan. Kamu hanyalah anak dari wanita simpanan!”

Sivan terdiam mendengar ucapan Nancy, dia menelan ludah berusaha untuk tetap tenang dan tidak terpancing oleh sikap wanita tua itu yang selalu merendahkannya sejak dulu.

“Kamu senang Gala kecelakaan?” Nancy menuduh tanpa ampun sambil bangun dari duduknya, dia berjalan mendekati Sivan yang kini memasang wajah terkejut setelah mendengar tuduhannya. “Kamu berpikir akan punya kesempatan kalau sampai sesuatu terjadi pada Gala?”

“Ma!”

“JANGAN PANGGIL AKU MAMA! SIALAN!” Nancy berteriak bertepatan dengan tangannya yang melayang menampar Sivan.

Sivan tertunduk ketika pipinya mulai terasa panas akibat tamparan keras Nancy.

“Aku bukan ibumu, Janggala juga bukan adikmu! Jangan berpikir kau bagian dari keluarga ini! PERGI!” Nancy berteriak dengan kencang mengacungkan tangannya, memberi isyarat pada Sivan untuk pergi dari tempat itu.

“Tante! Tante!” Panggilan Lavani mengalihkan fokus Nancy, dia mencari asal suara dan mendapati Lavani berlari menuju ke arahnya. Di belakang wanita itu ada ibu dan ayahnya yang juga terlihat begitu panik.

“Lavani!” Nancy memekik, memeluk perempuan muda itu sambil menangis.

“Mbak, bagaimana? Operasinya sudah dimulai?” Tanya ibu Lavani dengan wajah cemas. Orangtua Lavani menoleh sekilas pada Sivan yang masih terdiam tidak merespon apapun.

“Dia sedang di operasi, katanya ada pendarahan serius di kepala.” Nancy menjelaskan dengan terbata sambil terisak-isak, wanita paruh baya itu dibawa oleh orangtua Lavani menjauh dari tempat Sivan berdiam.

Nancy ditenangkan oleh kedua orangtua Lavani sedangkan Lavani masih berdiri di samping Sivan.

“Cuci mukamu, nanti kembali lagi kalau keadaan sudah lebih stabil.” Lavani mengatakan hal itu dengan suara yang begitu pelan, yang mungkin hanya bisa di dengar oleh Sivan yang kemudian beranjak pergi dari tempat itu.

Sivan mengusap pipinya yang panas dan terasa nyeri akibat tamparan itu. Dia sudah berada di rumah itu bahkan sebelum Janggala lahir, namun Nancy tidak pernah menganggapnya, tidak pernah berusaha berbaik hati padanya.

“KAU HANYA ANAK HARAM!” Kata-kata itu mendadak terngiang di telinga Sivan.

Dia berjalan pergi menuju lorong ruang operasi, dia menatap tanda sedang operasi yang berwarna merah. Sivan duduk di kursi besi panjang yang ada di depan ruang operasi, dengan menyatukan kedua tangannya dan menutup kedua mata dia berdoa.

“Tuhan, selamatkan adikku. Selamatkan Janggala.” Bisiknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PUTRI TUNGGAL TUAN CEO   BAB 60

    Dirra menatap dirinya sendiri di depan cermin, dia baru saja memoles bibirnya dengan sebuah lipbalm berwarna merah muda yang samar. Tidak ingin terlalu mencolok, dia memilih warna yang tidak begitu nampak dari kejauhan.Dia juga merapikan rambutnya yang dikuncir, berulang kali dia menatap dirinya sendiri di depan cermin sampai Dalenna datang menghampirinya dengan tangan yang dia lipat di dada dan wajah yang berkerut.“Ibu kesana kemari terus depan kaca, memang ada apa di depan kaca?” Tanya bocah itu penuh telisik, bibirnya maju ke depan dan matanya menatap Dirra seolah menghakimi.Dirra terlonjak mendengar pertanyaan itu, dia mengutuk dirinya sendiri. Siang ini Nancy mengirimkannya pesan, memberitahu kalau Janggala akan makan malam dan tidur di rumahnya, dia tidak bisa menemani makan malam karena ada urusan ke Beijing.Dia langsung memikirkan makanan apa yang akan dia masak untuk Janggala, dan karena itulah dia jadi terbawa suasana.Per

  • PUTRI TUNGGAL TUAN CEO   BAB 59

    “Mungkin segitu aja yang bisa saya jelaskan untuk sekarang, selebihnya kalau ada masalah apapun bisa menghubungi sekretaris saya terlebih dahulu.” Janggala menutup rapat ketiganya hari ini, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore ketika akhirnya dia ditinggalkan sendirian di ruang rapat yang besar.Siska membuka pintu ruang rapat ketika Janggala tengah menutup kedua matanya dengan tubuh yang menempel pada kursi, wanita itu membawa sebungkus makanan dari restoran cepat saji di sekitar untuk makan siang Janggala yang tertunda.“Pak, makan dulu..” Katanya sambil membuka kotak berisi roti isi sayur dan daging. Ada kotak salad juga dan minuman energi yang dikemas dengan sangat rapi.Janggala menghela napas, sebenarnya dia sudah muak makan-makanan seperti ini. Dia sedang ingin makan-makanan Indonesia rumahan.“Kenapa kamu gak belikan saya nasi?”Siska menoleh dan terdiam sesaat, “Tapi bapak suka menolak kalau say

  • PUTRI TUNGGAL TUAN CEO   BAB 58

    “Mencurigai?” Dalal —Ayah Lavani— menoleh pada Sivan yang tengah duduk di ruangannya dengan pandangan terkejut, wajah tuanya yang berkeriput itu mengerut dengan sempurna.Sivan tengah mengunjungi kediaman Lavani, semenjak dia dan keluarga Hanggara memiliki rencana untuk masuk dan mengambil alih keluarga Tantra, mereka tidak lagi bertemu di perusahaan JANJI HANGGARA.Terlalu riskan.Banyak faktor yang menyebabkan mereka beraktivitas diluar selain di kediaman pribadi keluarga Hanggara. Seperti biasanya, Sivan selalu datang setiap bulan selain untuk melaporkan progress rencana mereka juga membicarakan apa yang terjadi di keluarga inti maupun di kantor utama.Sivan baru saja memberitahu Dalal perihal kecurigaan Lavani mengenai Nancy yang tengah menyelidiki keduanya.“Saya rasa mama sudah mendapatkan berkas mengenai tragedi JANJI HANGGARA dan TANTRA WIBAWA beberapa tahun lalu kemudian memberitahukan hal itu pada Janggala, k

  • PUTRI TUNGGAL TUAN CEO   BAB 57

    Lavani baru saja landing ketika dia menghidupkan ponselnya dan mendapat beberapa notifikasi pesan yang kebanyakan berasal dari pekerjaan. Ada beberapa telepon masuk dari klien serta Sivan dan satu nama membuat dia berhenti, Janggala?Selama pernikahan mereka yang sudah hampir lima tahun tidak pernah sekalipun pria itu meneleponnya ketika dia pergi untuk urusan ‘bisnis’ keluar negeri, ini kali pertamanya pria itu beberapa kali menelepon.Lavani mengerenyitkan dahinya sambil terus berjalan untuk mengambil koper, selesai dengan urusan koper dia menuju pintu keluar dan lagi-lagi dia dibuat terkejut.Pria tinggi itu melambaikan tangannya dengan senyum lebar di wajahnya, Janggala.“Gala?” Lavani berkata, mendekat ke arah Janggala sambil menyeret kopernya.“Kamu baca pesanku?” Tanyanya, mengambil alih koper Lavani.“Belum, baru saja aku lihat ada pemberitahuan kamu meneleponku..”

  • PUTRI TUNGGAL TUAN CEO   BAB 56

    Janggala terjaga ketika telinganya mendengar suara-suara yang agak jauh, dia memicingkan matanya tatkala sinar matahari langsung menyorot wajahnya. Pantas saja dia merasa panas, seluruh tubuhnya kini bermandikan sinar matahari.Dia duduk di sofa, melepas jaketnya ketika dia menyadari kalau ini adalah rumah Dirra.Suara itu terdengar lagi, suara gelak tawa anak kecil. Tawanya begitu renyah.“Lenna bisa kok bu sendiri pasangnya..”“Gak boleh, ibu yang pasang. Walaupun jarumnya kecil, tetap bahaya..” Sahut Dirra.“Lenna ‘kan sudah besar!” Suara Dalenna kini terdengar dengan nada yang manja.“Oh, yang sudah besar tapi makan buah-buahannya gak pernah habis..”“Ibuuu!”Rengekan itu terdengar, percakapan ibu dan anak itu terjadi di ruang makan yang agak jauh ke dalam dekat dapur. Janggala mendengarnya dengan samar-samar, dia mengecek jam di dinding. Pukul delapan pagi.

  • PUTRI TUNGGAL TUAN CEO   BAB 55

    Dirra terbangun pukul tengah malam, sudah terbiasa mengecek gula darah Dalenna. Dia membuka matanya pelan dan turun dari kasur, malam ini anak itu meminta tidur di kamarnya sendiri.Ya, Nancy membuatkan kamar untuk Dalenna di rumah ini yang tentu saja selama di desa Permadani tidak dimiliki oleh Dalenna. Bocah itu berjingkrak riang ketika pintu terbuka, tempat tidur dengan hiasan menggemaskan, warna tembok dengan tone lembut, pojok membaca serta meja belajar cukup besar, ditambah ada banyak boneka yang besar dan lembut.“Bu, Lenna mau bobok di kamar Lenna..” Katanya ketika baru saja selesai menyikat gigi di kamar mandi Dirra.“Memang gak takut?”Dalenna terdiam sebentar kemudian menoleh menatap Dirra lekat-lekat, “Boleh tidak ibu temani Lenna dulu?”Dirra terkekeh geli, mata bulat itu menatapnya penuh harap, bahasa yang Dalenna pilih selalu santun buah dari meniru orang-orang di sekitar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status