공유

BAB 8

작가: mapoeri
last update 최신 업데이트: 2024-06-04 20:01:09

Janggala masuk ke dalam kantor, seperti hari-hari biasa tatapan sinis orang-orang disana tidak pernah berubah. Semenjak dia diangkat jadi penerus sementara semua orang menyepelekannya.

Tentu saja, siapa yang mau tunduk pada anak berusia dua puluh tahun yang bahkan masuk kuliah saja belum.

Berbeda dengan Dirra yang lebih dulu bekerja setelah lulus sekolah, Janggala menghabiskan waktunya untuk berleha-leha dibawah ketiak orangtuanya. Setelah ayahnya meninggal dan dia diberikan tugas yang berat, dia baru merasa sangat kewalahan. Itulah mengapa dia absen memberi kabar pada Dirra setelah apa yang mereka lakukan di hotel.

Dia masuk ke dalam ruangannya diikuti oleh sekretarisnya.

“Hari ini ada jadwal rapat sampai jam dua sore aja pak.” Ujar Siska, mengecek jadwal Janggala di tablet milik kantor yang selalu dia bawa kemanapun.

Janggala melepaskan jas dan menggantungnya, ia duduk di kursinya menatap area kerjanya.

“Sis, kamu bisa pesankan saya taksi nanti setelah jam dua?”

Siska terdiam sebentar, mencerna ucapan Janggala.

“Pak, saya bukannya gak mau…”

“Saya tahu,” Potong Janggala, dia memainkan jemarinya diatas meja karena gugup. “Tapi saya harus bertemu Dirra, saya tahu kamu pasti diminta Eveline untuk mengawasi saya. Saya janji hanya sebentar.”

Siska menghela napas, dia sudah diberi mandat oleh Eveline untuk mengawasi tuan muda di kantor selama Eveline bertugas menemani sang nyonya besar. Dia juga tahu permasalahan apa yang tengah menimpa keluarga Tantra.

“Pak, setengah jam. Bapak cuma punya waktu setengah jam sebelum kembali kesini, nyonya dan bu Eveline akan datang pukul tiga sore.” Siska berkata sambil keluar dari dalam ruangan Janggala.

Janggala berjingkrak girang, akhirnya dia berhasil membujuk salah satu karyawan ibunya untuk berpihak padanya. Dia kemudian berusaha untuk menyelesaikan semua pekerjaannya secepat mungkin.

Dia mengikuti rapat dengan penuh fokus bahkan tidak berniat untuk makan siang. Isi kepalanya hanya dipenuhi oleh Dirra. Dia harus bertemu dengan wanita itu sebelum terlambat, dia harus memastikan semua perkataan ibunya mengenai Dirra dan keluarganya.

Janggala tengah membaca berkas-berkas ketika pintu kantornya diketuk, dia mengangkat kepalanya dan mendapati Lavani berada disana tersenyum dengan lebar. Perempuan muda itu masuk ke ruangan, dia mengenakkan pakaian kasual hari ini.

Celana jeans dengan baju putih berlengan panjang.

“Jam setengah satu loh, kok gak makan siang?” Tanyanya sambil mengecek jam di tangan kirinya.

“Lagi gak nafsu. Kamu kok disini?”

Lavani mengerenyitkan hidungnya, meledek jawaban Janggala. Perempuan itu mendekat dan duduk di sofa ruangan Gala.

“Aku habis ketemu beberapa klien.”

Janggala mengangkat kedua alisnya, “Berpakaian seperti ini?” Ujarnya sambil menunjuk pakaian kasual yang tengah Lavani pakai.

“Gak boleh ya?” Ucapnya sambil tertawa.

Well, memang tergantung sih.. Klien bagaimana dulu..”

Lavani tertawa sekali lagi mendengar sindiran yang dilayangkan padanya.

“Ga, kamu sudah booking apartemen yang kemarin aku bilang ke tante Nancy?” Topik pembicaraan Lavani seketika berubah, membuat Janggala kini gantian mengerenyitkan dahinya tidak mengerti.

“Apartemen?” Janggala menyimpan dokumen yang tengah dia baca dan tanda tangani, mulai tertarik dengan pembahasan Lavani.

“Loh? Kata tante Nancy kamu yang minta lokasi apartemennya dekat sama apartemenku?”

Janggala masih terdiam sebelum akhirnya dia mulai menyusun puzzle yang tengah dilempar oleh Lavani.

Ibunya menyinggung masalah apartemen?

“Apartemen dimana?”

Kini gantian Lavani yang terlihat bingung mendengar pertanyaan Janggala, karena sepahamnya Janggala yang meminta mengenai apartemen tersebut. Ia mengalihkan pandangannya pada Janggala.

“New York, kata tante Nancy minggu depan kamu sudah pergi ke New York untuk mengikuti ujian penerimaan mahasiswa baru.”

Tangan Janggala seketika mengepal mendengar hal itu. Dia tahu ibunya tengah merencanakan sesuatu, tapi dia tidak pernah berpikir ibunya dengan segera mendaftarkan dia untuk berkuliah di New York.

Wanita tua itu benar-benar ingin memisahkannya dengan Dirra.

“Bukannya kamu akan menetap di Indonesia?” Tanya Janggala kemudian.

“Karena tante Nancy bilang kamu mau berkuliah disana, ayah jadi mengizinkan aku menyelesaikan kuliah disana juga. Eh, jangan bilang kamu belum tahu?”

Janggala berdiri dari duduknya, tanpa basa-basi dia mengambil jas yang tergantung dan pergi keluar meninggalkan Lavani yang memanggil-manggilnya dari dalam ruangan. Siska terkejut melihat Janggala keluar, berusaha mencegahnya namun percuma.

Dengan segera dia menyetop taksi dan pergi masuk ke dalam, dia akan pergi ke rumah Dirra. Kalau dia saja dengan mudah diperlakukan seperti ini oleh ibunya, bagaimana dengan Dirra?

Janggala menatap jalanan dengan hati yang tidak karuan. Ada banyak spekulasi dan ketakutan yang dia harap tidak terjadi, dia takut apa yang ibunya katakan mengenai Dirra dan keluarganya menjadi kenyataan.

Taksi berhenti di sebuah gang perumahan padat penduduk, Janggala dengan langkah panjangnya masuk ke dalam. Dia kemudian berhenti ketika melihat mobil truk besar mulai berjalan meninggalkan rumah Dirra, kalau dilihat dari banyaknya barang yang dibawa, dia yakin benar kalau Dirra dan keluarganya akan pindah.

“Dir! Dirra!” Janggala memekik ketika dia melihat sosok perempuan yang dia kenali sebagai Dirra masuk ke dalam mobil sedan berwarna hitam.

Dirra menoleh, matanya terlihat cekung dan wajahnya pucat, dia terlihat sangat kurus dari yang terakhir Janggala lihat.

“Gala! Gala!” Dirra berteriak ketika tangannya ditarik paksa dari dalam mobil, ayahnya datang dan memaksa Dirra masuk ke dalam mobil.

Dirra menoleh dan berteriak memanggil nama Janggala.

“Dir! Dirra!! Dirra!!” Janggala memekik, dia mulai berlari ketika mobil sedan itu berjalan pergi menjauh. Dia bisa melihat Dirra menoleh padanya dan berteriak memanggil namanya dari dalam mobil, menangis.

Dia terus berlari mengejar mobil itu.

Janggala berlari sampai keluar gang mengejar mobil sedan itu. Mata mereka bertemu tapi mobil itu tidak berhenti.

“Dirra! Dirra! Berhenti! Hentikan mobilnya!!” Pekik Janggala, dia berlari dan terus berlari.

“ASTAGA MAS! MAS! AWAS MAS!!!!!!” Seseorang dari seberang jalan memperingatkannya, namun Janggala tidak mendengar, dia terus berlari mengejar mobil sedan hitam yang sudah tidak tampak lagi sebelum akhirnya sebuah mobil menghantam tubuhnya dengan kencang.

“ASTAGA! ADA ORANG KETABRAK!!” Seru banyak orang, mereka menjerit.

Janggala tidak merasakan apapun, yang dia ingat hanyalah dia menatap langit.

Langit yang biru, airmata tidak berhenti menetes, hatinya remuk. Dan matanya terpejam.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • PUTRI TUNGGAL TUAN CEO   BAB 60

    Dirra menatap dirinya sendiri di depan cermin, dia baru saja memoles bibirnya dengan sebuah lipbalm berwarna merah muda yang samar. Tidak ingin terlalu mencolok, dia memilih warna yang tidak begitu nampak dari kejauhan.Dia juga merapikan rambutnya yang dikuncir, berulang kali dia menatap dirinya sendiri di depan cermin sampai Dalenna datang menghampirinya dengan tangan yang dia lipat di dada dan wajah yang berkerut.“Ibu kesana kemari terus depan kaca, memang ada apa di depan kaca?” Tanya bocah itu penuh telisik, bibirnya maju ke depan dan matanya menatap Dirra seolah menghakimi.Dirra terlonjak mendengar pertanyaan itu, dia mengutuk dirinya sendiri. Siang ini Nancy mengirimkannya pesan, memberitahu kalau Janggala akan makan malam dan tidur di rumahnya, dia tidak bisa menemani makan malam karena ada urusan ke Beijing.Dia langsung memikirkan makanan apa yang akan dia masak untuk Janggala, dan karena itulah dia jadi terbawa suasana.Per

  • PUTRI TUNGGAL TUAN CEO   BAB 59

    “Mungkin segitu aja yang bisa saya jelaskan untuk sekarang, selebihnya kalau ada masalah apapun bisa menghubungi sekretaris saya terlebih dahulu.” Janggala menutup rapat ketiganya hari ini, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore ketika akhirnya dia ditinggalkan sendirian di ruang rapat yang besar.Siska membuka pintu ruang rapat ketika Janggala tengah menutup kedua matanya dengan tubuh yang menempel pada kursi, wanita itu membawa sebungkus makanan dari restoran cepat saji di sekitar untuk makan siang Janggala yang tertunda.“Pak, makan dulu..” Katanya sambil membuka kotak berisi roti isi sayur dan daging. Ada kotak salad juga dan minuman energi yang dikemas dengan sangat rapi.Janggala menghela napas, sebenarnya dia sudah muak makan-makanan seperti ini. Dia sedang ingin makan-makanan Indonesia rumahan.“Kenapa kamu gak belikan saya nasi?”Siska menoleh dan terdiam sesaat, “Tapi bapak suka menolak kalau say

  • PUTRI TUNGGAL TUAN CEO   BAB 58

    “Mencurigai?” Dalal —Ayah Lavani— menoleh pada Sivan yang tengah duduk di ruangannya dengan pandangan terkejut, wajah tuanya yang berkeriput itu mengerut dengan sempurna.Sivan tengah mengunjungi kediaman Lavani, semenjak dia dan keluarga Hanggara memiliki rencana untuk masuk dan mengambil alih keluarga Tantra, mereka tidak lagi bertemu di perusahaan JANJI HANGGARA.Terlalu riskan.Banyak faktor yang menyebabkan mereka beraktivitas diluar selain di kediaman pribadi keluarga Hanggara. Seperti biasanya, Sivan selalu datang setiap bulan selain untuk melaporkan progress rencana mereka juga membicarakan apa yang terjadi di keluarga inti maupun di kantor utama.Sivan baru saja memberitahu Dalal perihal kecurigaan Lavani mengenai Nancy yang tengah menyelidiki keduanya.“Saya rasa mama sudah mendapatkan berkas mengenai tragedi JANJI HANGGARA dan TANTRA WIBAWA beberapa tahun lalu kemudian memberitahukan hal itu pada Janggala, k

  • PUTRI TUNGGAL TUAN CEO   BAB 57

    Lavani baru saja landing ketika dia menghidupkan ponselnya dan mendapat beberapa notifikasi pesan yang kebanyakan berasal dari pekerjaan. Ada beberapa telepon masuk dari klien serta Sivan dan satu nama membuat dia berhenti, Janggala?Selama pernikahan mereka yang sudah hampir lima tahun tidak pernah sekalipun pria itu meneleponnya ketika dia pergi untuk urusan ‘bisnis’ keluar negeri, ini kali pertamanya pria itu beberapa kali menelepon.Lavani mengerenyitkan dahinya sambil terus berjalan untuk mengambil koper, selesai dengan urusan koper dia menuju pintu keluar dan lagi-lagi dia dibuat terkejut.Pria tinggi itu melambaikan tangannya dengan senyum lebar di wajahnya, Janggala.“Gala?” Lavani berkata, mendekat ke arah Janggala sambil menyeret kopernya.“Kamu baca pesanku?” Tanyanya, mengambil alih koper Lavani.“Belum, baru saja aku lihat ada pemberitahuan kamu meneleponku..”

  • PUTRI TUNGGAL TUAN CEO   BAB 56

    Janggala terjaga ketika telinganya mendengar suara-suara yang agak jauh, dia memicingkan matanya tatkala sinar matahari langsung menyorot wajahnya. Pantas saja dia merasa panas, seluruh tubuhnya kini bermandikan sinar matahari.Dia duduk di sofa, melepas jaketnya ketika dia menyadari kalau ini adalah rumah Dirra.Suara itu terdengar lagi, suara gelak tawa anak kecil. Tawanya begitu renyah.“Lenna bisa kok bu sendiri pasangnya..”“Gak boleh, ibu yang pasang. Walaupun jarumnya kecil, tetap bahaya..” Sahut Dirra.“Lenna ‘kan sudah besar!” Suara Dalenna kini terdengar dengan nada yang manja.“Oh, yang sudah besar tapi makan buah-buahannya gak pernah habis..”“Ibuuu!”Rengekan itu terdengar, percakapan ibu dan anak itu terjadi di ruang makan yang agak jauh ke dalam dekat dapur. Janggala mendengarnya dengan samar-samar, dia mengecek jam di dinding. Pukul delapan pagi.

  • PUTRI TUNGGAL TUAN CEO   BAB 55

    Dirra terbangun pukul tengah malam, sudah terbiasa mengecek gula darah Dalenna. Dia membuka matanya pelan dan turun dari kasur, malam ini anak itu meminta tidur di kamarnya sendiri.Ya, Nancy membuatkan kamar untuk Dalenna di rumah ini yang tentu saja selama di desa Permadani tidak dimiliki oleh Dalenna. Bocah itu berjingkrak riang ketika pintu terbuka, tempat tidur dengan hiasan menggemaskan, warna tembok dengan tone lembut, pojok membaca serta meja belajar cukup besar, ditambah ada banyak boneka yang besar dan lembut.“Bu, Lenna mau bobok di kamar Lenna..” Katanya ketika baru saja selesai menyikat gigi di kamar mandi Dirra.“Memang gak takut?”Dalenna terdiam sebentar kemudian menoleh menatap Dirra lekat-lekat, “Boleh tidak ibu temani Lenna dulu?”Dirra terkekeh geli, mata bulat itu menatapnya penuh harap, bahasa yang Dalenna pilih selalu santun buah dari meniru orang-orang di sekitar

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status