Share

Bab 83

Author: Piemar
last update Last Updated: 2025-09-12 00:00:07

Sementara di dalam kamar, Leon hanya bisa memandang langit-langit dengan pasrah, mencoba menahan tawa sekaligus rasa malu. “Ya Tuhan… aku pangeran perang, ditakuti di medan laga… tapi sekarang aku harus mendengar istriku palsu berpura-pura mendesah.”

Ana mendengus keras, menahan tawa. “Anggap saja ini balasan karena kau selalu galak padaku!”

“Apa yang kaukatakan?” kata Leon terdengar serius.

Mata Ana mengerjap. Ia keceplosan, sial.

“Um, anu Tuan, tolong jangan terlalu galak. Hamba suka kaget melihat Tuan marah,” imbuh Ana berusaha menormalkan perasaannya.

Ana berdiri kikuk di tepi ranjang. Jemarinya meremas gaun tidurnya yang sederhana. Tatapannya berusaha ke lantai, tak berani menatap Leon.

“Yang Mulia… apa aku… tidur di lantai saja?” suaranya pelan, hampir seperti bisikan.

“Jangan bodoh. Kalau kau tidur di lantai, orang akan curiga. Bisa-bisa ada yang mengintip, lalu melapor bahwa kita hidup terpisah ranjang.”

Ana terdiam. Ucapannya benar. Namun tetap saja, jantungnya berdetak tak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rifda Nafisha
suka bgt critanya ya biarpun dbuat greget sm kbodohn si ana yg hoby kali mnyiksa diri. up yg banyak othorrr shati 5-6bab gitu klo bisa crazy up 10bab wkwkwk. semangat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 155

    “Tuan.” Satu kata yang keluar dari bibir Ana. Nafasnya tersengal. Keringat membasahi wajahnya. Ia duduk dengan menekuk lututnya di atas ranjang. Ia mengalami mimpi buruk tentang Leon.“Tuan, apa kau baik-baik saja?” gumamnya dengan nafas yang masih terengah-engah.Suara derit pintu terdengar. Ketukan berima menggema. “Nona, apa kau baik-baik saja?”Luca bertanya di balik pintu dengan nada khawatir. Pria itu memang mendengar suara jerit kecil Ana.Ana mendesah pelan lalu menjawab cepat. “Aku baik, Luca. Aku hanya mimpi buruk.”Gadis itu menurunkan kakinya. Ia hanya menjawab Luca di balik pintu. Tangannya menggenggam liontin di balik dadanya. Semoga bukan firasat buruk.“Nona, kalau Anda butuh sesuatu, katakan padaku,” lanjut Luca menatap pintu dengan raut tegas. Ia harus menjaga gadis itu seperti ia menjaga tuannya, Rowan Wendsley.Ana menarik nafas dalam lalu mengembuskannya perlahan. Kesadarannya masih belum pulih. Bayang-bayang mimpi buruknya berkelindan di kepalanya. Ia menggeleng

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 154

    “Leon, jawab! Di mana Putri Clarissa?” tanya Raja Edric untuk ke dua kalinya.“Aku tidak pergi ke istana Velmont, Yang Mulia,” jawab Leon dengan tegas.Semua bangsawan yang berada di sana terdiam. Lord Mervyn tersenyum tipis.Raja Edric menatap tajam putranya. “Apa maksudmu, Leon? Kau mau mengorbankan rakyat kita untuk perang?”Suara pria bersurai kinantan itu menggelegar. Tak percaya, jika putra sulung–putra yang satu-satunya ia andalkan bisa mengkhianatinya.Leon menghela nafas panjang. “Aku tak sebodoh itu Yang Mulia. Aku tak mungkin mengorbankan rakyatku. Justru aku sedang berjuang untuk rakyat kita. Aku berjuang agar perekonomian kita baik. Tidak ada rakyat yang kelaparan,”“Apa maksudmu?” tanya Raja Edric dengan dahi yang berkerut.“Aku pergi ke perbatasan dagang jalur barat,” jelas Leon kemudian. “Sebelum memutuskan menjemput putri Velmont, aku melihat situasi di perbatasan secara langsung,”“Bagaimana jalur perbatasan?” tanya Raja Edric, suaranya dalam, penuh wibawa.Leon menu

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 153

    Siang itu suara derap kuda bergema di sepanjang jalan berbatu. Udara terasa panas menyengat. Pangeran Leon menunggang kuda di barisan depan dengan begitu kharismatik. Di sebelah kanannya ada Sir Juan mendampingi dan mengawasi setiap sudut. Pun, di sebelah kirinya ksatria lain dengan sigap menjaga pangeran. Di belakang mereka, para pasukan kecil Ravensel membawa bendera kerajaan dengan gagah.“Tuan kenapa lewat sini? Bukankah jalan utama sebelah kiri.” Sir Juan bertanya ketika ia merasa jalan yang mereka lewati keliru. Itu adalah jalan menuju arah lain. Bukan istana Velmont yang dituju.Sesuai titah Raja Edric, pangeran Leon diperintahkan untuk pergi ke istana Velmont, menjemput Putri Clarissa sebagai solusi jalan damai dari pertikaian antara dua kerajaan besar.Leon menarik tali kekang kuda lalu berkata. “Kita akan pergi ke perbatasan Velmont,”Deg,Sontak, Sir Juan terkesiap mendengar perkataan pangeran. Ini terlalu berani tapi sekaligus membahayakan!“Tuan, tapi ini perintah baginda

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 152 Bargaining Chip

    Aula singgasana Ravensel malam itu terasa lebih sunyi daripada biasanya. Api obor berderap di sepanjang pilar, bayangannya terpantul di dinding batu. Leon duduk tegak di hadapan ayahnya, Raja Edric, sementara Lord Mervyn dan beberapa bangsawan tinggi hanya menunduk di sisi, pura-pura sibuk, padahal telinga mereka terpasang. Siap mendengarkan semua perkataan ke dua pria beda usia itu. “Leon,” suara Raja Edric bergema, tenang tapi berwibawa, “sudah saatnya kau mengambil keputusan yang lebih besar daripada sekadar perasaan pribadi.”Semalaman Raja Edric sudah menimbang tentang jawaban surat dari Velmont dan dampak yang akan terjadi jika mereka mengabaikan surat itu. Leon mengepalkan tangan di samping tubuhnya. “Jika yang Mulia Ayahanda meminta aku menyerahkan Ana, aku tak akan melakukannya. Aku sudah bersumpah melindunginya.”Kini seluruh Ravensel mengetahui berita fitnah yang dilayangkan oleh Ratu Seraphina pada Leonhart. Berbagai reaksi bangsawan berbeda. Ada yang percaya pada beri

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 151

    Suatu sore Ana memberanikan diri menemui Lord Cedric, adik sepupu Rowan sekaligus prajurit berpengalaman. Saat itu Lord Cedric sedang istirahat sehabis berlatih pedang dengan Luca. Kemeja putih linen yang dipakainya terlihat basah bersimbah keringat. Nafasnya juga masih terengah-engah. “Paman Cedric,” Ana menggenggam erat rok sederhana yang ia kenakan, menatap pria bertubuh tegap itu dengan serius. “Ajari aku bermain pedang.”Cedric menoleh cepat, mengangkat alisnya tinggi.Tunggu apa ia tidak salah dengar?Tadi apa yang baru gadis itu sampaikan?Lord Cedric bertanya, memastikan indera pendengarannya masih berfungsi. “Pedang? Gadis seusiamu biasanya lebih suka jarum rajut atau alunan lute.”Ana menegakkan bahu. Langkah kakinya mantap, mendekati sang paman. “Aku … aku ingin pandai bela diri, Paman.”Lord Cedric memicingkan matanya, menelisik gadis cantik itu. Ia mendengar dari sepupunya, Rowan, gadis itu begadang tiap hari di ruang belajar demi mempelajari berbagai disiplin ilmu. Pri

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 150

    Sejak tinggal di kastil keluarga Wendsley, hari-hari Ana mulai berubah. Ia bukan lagi sekadar pelayan istana, kaum rendahan. Namun ia adalah putri seorang bangsawan yang bukan sembarangan. Ia adalah putri dari seorang cendekiawan Velmont Barat. Lord Rowan Wendsley atau yang seringkali dikenal dengan Master Rowan.Tidak akan ada lagi seorang pun yang bisa merendahkannya lagi!Gadis itu memiliki keinginan besar. Ia belajar banyak hal pada sang ayah. Dalam lubuk hati terdalam, ia ingin menjadi sosok wanita yang pantas bersanding dengan seorang pangeran. Di ruang belajar yang luas, dindingnya penuh rak buku dan peta kerajaan, Lord Rowan duduk di kursi kayu berukir, menatap Ana dengan sorot mata yang tak pernah benar-benar bisa ia samarkan. Ada kebanggaan, rasa bersalah, dan kasih sayang yang terlambat diucapkan. Segala perasaan menjejali kepala cendekiawan itu.“Ana,” suara Rowan berat tapi lembut, “ingatlah, seorang wanita yang hidup di sisi pangeran bukan hanya perhiasan. Ia harus tah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status