"Ara, apakah harta di gua ini nyata atau hanya ilusi?" tanya Rama tanpa mengalihkan kewaspadaannya dari peri kekayaan. Peri itu memiliki tubuh seorang seperti seorang Raja, dengan aura yang elegan, bijak dan tegas.[Harta ini nyata Tuan Muda]"Kalau begitu, masukkan semua harta ini ke dalam kotak penyimpanan!"[Baik Tuan Muda]Ara mulai memasukkan semua harta yang ada di gua tingkat ke 8, tentu saja peri kekayaan langsung terlihat panik melihat hartanya terhisap suatu ruang hampa yang tidak nampak di matanya. 'Astaga!! Manusia ini memiliki penyimpanan seperti cincin ku, kalau begini bisa habis semua hartaku!'pikir peri kekayaan dengan sorot mata yang mulai panik. "Siapa kau sebenarnya?" tanya peri kekayaan. "Aku? Panggil saja Rama!" jawab Rama dengan santai dan senyuman mengejek ke arah peri kekayaan. "Sial*n!! Anak muda ini akan merampokku di depan mataku sendiri!!" umpat peri kekayaan, ia tak bisa tinggal diam. Kini peri kekayaan merapalkan sebuah mantra, tangannya bergerak mem
"Weerrr...!! Weerrr...!! Weeerrr...!!"Monster lebah emas bertebaran di segala penjuru, mulai mengarahkan racunnya kepada Rama."Hah!! Banyak sekali kalian?!" Rama berdiri dan memutar pedang suci kembarnya, segera menghalau monster lebah emas yang mulai mengarah kepadanya."Wush!! Wush!! Wush!! Crash!! Crash!! Crash!!" Rama mulai paham dengan gerak-gerik para monster, selain jumlah mereka yang banyak. Pola serangan mereka teratur, hingga Rama dengan mudah melancarkan serangan kepada monster lebah. "Wush!! Crash!!" Beruntung Rama mempunyai teleportasi dari Baxia, membuat Rama mudah menebas para monster lebah.[Tuan Muda, gunakan guardian healing agar tenagamu tetap terjaga] Ara memberikan sebuah baju rompi berwarna hijau keemasan. "Ara, warna rompi itu terlalu kuno ya?" komentar Rama, sebenarnya Rama hanya mengisi canda disaat ia harus bertarung. [Aku bisa mengubahnya menjadi warna merah muda]"Astaga, warna tadi saja!! Aku hanya bercanda Ara!!" Rama menyahuti Ara sembari menebas pa
Rama menatap Ular Naga raksasa yang berada di depannya. Ular Naga itu memiliki sisik berwarna putih tulang dengan kilau yang indah. Rama bahkan terlihat kecil di hadapan Ular Naga itu. "Apa aku harus melawan Ular Naga raksasa itu?" gumam Rama, namun tak ada jawaban dari Ara. Biasanya kelinci putih itu akan memberikan intruksi kepada Rama. Nyatanya Rama hanya sendirian bersama Ular Naga raksasa yang kini berada di hadapannya. Ular Naga raksasa itu mendekatkan dirinya, Rama bersiap dan waspada kalau-kalau diharuskan melawan Ular Naga raksasa. Meskipun Rama merasa nyalinya agak menciut saat ini."Akhirnya kita bertemu Rama," kata Ular Naga raksasa, sebelah matanya kini berada di depan Rama. Mata itu begitu indah, jernih dan murni. Rama bahkan hampir terhanyut pada tatapan Ular Naga raksasa. "Siapa kau?" tanya Rama. "Aku adalah jiwa dari pusaka Naga yang ada di tubuhmu," sahut Ular Naga."Saat ini kau melihat gambaran dari tubuhku, namun seperti yang kau tau, aku kini bersatu bersama j
Rama mulai sadar, ia merasakan sakit yang teramat sangat di tubuhnya, di kepalanya. Rompi guardian healing kemudian melebur menjadi satu kedalam tubuh Rama, menghilangkan rasa sakit yang baru saja ia derita. "Aku masih disini rupanya?" kata Rama sembari memegangi kepalanya. "Kau sudah sadar?" kata Ular Naga raksasa, ia kembali menatap Rama dengan lembut. "Apa yang terjadi?" tanya Rama kemudian, kepala dan tubuhnya sudah tidak sakit berkat guardiant healing. "Kau mengalami tekanan mental, namun tubuhmu belum terbiasa sehingga kau pingsan," jelas Ular Naga raksasa. "Ah, ternyata begitu..." Rama tersenyum maklum menyadari tubuhnya belum sekuat dugaannya. "Rama, menurutmu apa yang akan terjadi di masa depan?" tanya Ular Naga. Rama termenung, mengapa Ular Naga mengajukan pertanyaan seperti itu. "Menurutku kematian," sahut Rama. "Mengapa kau mengatakan kematian?""Setiap manusia itu tertipu dan lalai, mereka pikir bisa hidup lama, sehingga tidak memaksimalkan diri di hari ini, pada
'Tuan Muda, apakah kali ini kita akan mengambil kembali sumber daya di alam Jien?' tanya Lilian yang sedang berkamuflase. 'Ia, kita harus menghabiskan sumber daya itu, agar alam Jien jatuh miskin!'sahut Baxia. "Tuan Muda, serahkan ransel-ransel itu, biarkan aku membawa semuanya!!" Fatta yang mengikuti Rama sebagai pengikut kemana-mana, membuat mereka terkenal sebagai duo pengangkut. Rama meminta Fatta untuk berada di kotak penyimpanan, tapi Fatta menolak, sangat tidak sopan membiarkan Tuan Mudanya menjadi pesuruh manusia lain. Begitu menurut Fatta. "Fatta, biarkan aku membawanya!" sahut Rama, "lagipula kau juga sedang membawa banyak barang!"Bakrie dan Fahmi langsung terkekeh, "lihatlah kedua anak muda ini, bahkan menjadi pengangkut saja mereka sangat bersemangat!!" kata Bakrie memuji. "Benar, jaman kita dulu malah dorong-dorongan ketika jadi pengangkut!!" kata Fahmi pula. "Paman, Tuan Muda tidak seharusnya menjadi pengangkut," sahut Fatta kesal, namun ia tetap menjaga kesopanan
Fatta tersenyum setelah Rama mengeluarkan senjata pamungkasnya, kapak kembar besar yang terlihat hampir seukuran tubuhnya. "Apa itu tadi?" tanya Bakrie yang terkejut dengan senjata Fatta. "Dia bahkan terlihat membawa senjata itu dengan santai!! Apa senjata itu ringan karena sudah diberi sihir?" tanya Fahmi juga ikut menyaksikan. Leon mulai mengayunkan pedang apinya,"Wush!!"ia bergerak dengan lincah dan cukup baik, tidak terlihat seperti kesulitan mengingat Leon cukup berumur.Junan juga merapalkan mantra untuk membuat beberapa pasukan Jien terpental jauh,"Haaaappp!! Wush!!" Junan membentangkan tangannya untuk memaksimalkan tenaga sihir yang ia kerahkan. "Brakht!! Sing!!" Hendra memutar tombaknya dan mulai memukuli para Jien yang maju menyerangnya. "Blar!! Blar!! Blar!!" Begitu pula Satria yang mulai menembakkan senjata apinya yang sudah diberi sihir. Ririn berada di tengah dan bersiap memberikan support kepada pahlawan yang terlihat akan melemah, Ririn adalah salah satu support
"Paman, apapun yang terjadi jangan melawan, ikuti saja apa mau mereka! Oke!" kata Rama setelah melihat pahlawan mulai tak sadarkan diri. "Apa maksudmu? Bagaimana aku bisa mempercayaimu, kau bahkan hanya setingkat kami!" sahut Bakrie mulai gemetar. "A~aku percaya padamu!! Apa yang harus aku lakukan?" tanya Fahmi, ia melihat kemampuan Fatta, jadi bisa saja mereka memiliki rencana ke depan untuk meloloskan diri. "Astaga! Apa yang kau lakukan! Kita harus kabur!" kata Bakrie, pintu portal memang belum tertutup. Namun dari kejauhan Panglima Ruwo mengarahkan tangannya dan merapal mantra untuk membuat portal tertutup lebih cepat, tak ada waktu untuk mereka kabur lagi. "Paman, Pura-pura saja tak sadarkan diri!" kata Rama kemudian tak sadarkan diri. Sementara Fahmi memang tak sadarkan diri karena ketakutan. Jadi Bakrie mau tak mau berakting tak sadarkan diri seperti Rama.Pasukan Jien mulai mendekat dan memasangkan rantai ke tubuh manusia. Mereka kemudian diangkat dan di taruh kedalam gero
"Rama, kupikir kau sudah mati!!" kata Rina memeluk Rama, rasa bersalah yang dulu membuatnya tak bisa tidur, kini menguap setelah melihat kehadiran Rama.Fatta bahkan melongo dengan mulut menganga melihat kejadian di depannya, baru kali ini ia melihat gadis tanpa segan memeluk seorang pria. "Tuan Muda, apa dia kekasihmu?" tanya Fatta dengan tatapan penasaran.Rina yang mendengar itu dengan malu-malu melepaskan pelukannya dari Rama, sepertinya ia terlalu terbawa suasana hingga lupa pada tata krama. Rama hanya bisa diam dan menahan malu setelah dilihat banyak orang."Baiklah, aku akan menemanimu mengambil makanan!" kata Rina kemudian mencairkan suasana yang mulai canggung. "Terima kasih," sahut Rama dengan senyum ramah yang ia perlihatkan. Melihat itu, Rina kembali merona karena Rama terlihat lebih tampan kali ini. "Ehm... Ehm.. Tuan Muda, sebaiknya kita tidak makan bukan? Kau telah berjanji padaku tadi?" kata Fatta mencoba mengingatkan Rama, melihat makanan di hadapannya membuat Fatt