Share

7. —Jurang Pertemanan

Author: Purple Bubble
last update Last Updated: 2025-08-22 21:16:52

“Gila, kamu?” Ari mendesis.

“Apaan sih kok bilang aku gila?” jawab Aya tak terima.

“Gak perlu dicoba kali,” Ari menyerahkan lagi satu setel bra dan celana dalam yang Aya ulurkan padanya.

“Ya kamu bilang gak tau ukuran, kan?” sewot Aya masih tidak terima disebut gila. “Aku gak mungkin nyamai ukuran kita. Punya kamu lebih kecil!”

“Aya, ih, tutup mulut!” Ari melirik kiri dan kanan yang padahal tidak ada orang. “Punya aku gak sekecil itu juga kali! Kamu aja yang kegedean.”

Aya mencibir, “Ini aset buat suami gue, ya. Kita perawatan bareng deh nanti biar punya kamu lebih gede,” ucapnya kemudian.

Mata Ari mengerjap, “Perawatan?”

“Iyalah, selain muka, ini juga perlu,” jawab Aya menggebu seperti sales asuransi sambil menunjuk kedua bolanya dalam balutan vest knitt yang mempertegas lekukan dan tonjolan tubuhnya.

“Emang bisa?” tanya Ari polos.

“Bisa, dong,” jawab Aya dengan lirikan misterius.

“Caranya?”

“Ya gitu,” Aya berusaha menyembunyikan cengirannya.

Ari melihatnya, “Jahat ih, mentang-mentang aku gak tau apa-apa, ya!”

Tawa Aya pecah kemudian melihat wajah kesal Ari yang mengambil setelan di tangannya dan berjalan menuju bilik ganti di Store Victoria Secret. Seru banget sih menggoda adik Chandra itu. Membuat Aya melupakan sedikit pikiran semerawutnya. Membuat Aya sedikit bisa bernapas di antara sesak yang menghimpit dadanya.

*

Ucapan Aya benar-benar dilakukannya. Dari store Dior, ke Chanel, lalu pindah ke Gucci. Kemudian masuk ke Luois Vuitton, lanjut ke Saint Laurent, Valentino, Victoria Secret, Diptique, Sephora, dan Zara. Setelah dipotong duhur, ngopi sebentar cari yang manis untuk tambah tenaga, dan ashar, Aya menarik Ari ke tempat terakhir mereka sore ini.

“Meskipun belum semuanya—“

“Belum?” Ari memekik.

Cengiran kecil kembali bertengger di wajah Aya, “Belum semuanya, Ari, masih ada batik-batik dan kebaya aku yang butiknya gak ada di sini,” jawabnya ringan.

Ari menggeleng-geleng.

“Kita harus kesini dulu. Tempat aku beresin rambut,” ucap Aya sambil masuk melewati pintu kaca yang dibukakan oleh salah seorang staff.

“Aya!” sapa seorang di dalam sana.

Baik Aya dan Ari sama-sama menoleh pada suara itu. Senyum Aya mengembang dan mengangkat tangan, berjalan ke arah gadis yang baru saja berdiri dengan rambut mengkilap dan berwarna ungu di ujung-ujungnya.

“Vanny,” seru Aya lalu bercipika-cipiki dengan gadis seumurannya.

“Makin cantik aja sih yang udah punya pacar!” goda Vanny sambil mencolek pipi Aya dengan genit.

“Udah nyebar aja,” Aya tersipu-sipu lalu tawanya berderai.

“Iyalah, siapa yang akan menyangka kalau seorang Zayn Alexandra calon CEO Widj Grup akan melabuhkan hatinya sama si Anti Club selama di Harvard!” Vanny tergelak juga. Matanya menatap takjub pada Aya.

“Gue ke Club juga ya, Van!” sanggah Aya tidak terima.

“Iya, tapi dengan muka jutek kayak dapet F dan cuma minum jus jeruk terus mojok di ujung sofa dan bilang sakit lutut sama tiap orang yang ngajak ke dance floor!”

“Gue beneran sakit lutut, Van. Kita udah main skate di park sampe terjatuh-jatuh, ya. Jangan lupa dong lo,” Aya terkekeh.

“Ih, iya deh,” Vanny ikut tergelak. “Tapi beneran deh, banyak yang patah hati karena Zayn sama lo,” katanya kembali ke topik awal.

“Termasuk elo?”

“Sialan tebakannya bener!” Vanny tergelak, “Tapi bisa apa gue di depan Bu Cahaya?”

“Ibu banget kayak gue udah emak-emak aja,” timpal Aya.

“Gue ikut seneng deh, akhirnya lo move on juga dari Ragasha,” Vanny tersenyum, kali ini lebih tulus tanpa cengiran menggoda.

Aya menyipit, “Gue udah lupa, ya, Lo! Sial banget diingetin lagi,” kawabnya berdecak kesal.

“Sorry,” Vanny mengusap pelan pundak Aya. Bibirnya melengkung ke atas.

Bibir Aya tersenyum seketika, “Tapi boong. Gue udah move on beneran!”

Tangan Vanny berakhir dengan menepuk pundak Aya gemas, dijahili lagi kan sama Aya! “Jago nih Zayn kayaknya?” tanyanya dengan alis terangkat.

Aya mendekatkan bibir ke telinga Vanny. “Rahasia,” bisiknya.

*

Ari melihat bagimana Aya ngobrol dengan gadis yang terlihat modis dan juga telihat kaya itu. Mendengar tawa dan obrolan mereka tentang Harvard dan Zayn yang ternyata adalah anak kaya lainnya membuat Ari kembali ciut. Sesaat tadi ia merasa asik bagai bertemu teman dengan Aya.

Namun jurang yang menganga di antara dirinya dan Aya memang sedalam itu.

Sebanyak apapun Aya bilang akan mengisi kamarnya dengan semua hal yang ada di kamar Aya. Semua itu bahkan tidak ada seujung kukunya sedikit pun. Aya sudah berada jauuuh di depannya. Ia tak ubahnya seperti manekin yang dipajang di toko-toko baju yang mereka datangi tadi.

Berada di depan, dengan tampilan yang menawan, dipilihkan baju-baju terbaik, tapi kosong. Tidak mengerti apapun yang ada di depannya.

Aya bilang akan membuatnya tidak cemburu. Namun perasaan itu membesar sekarang. Melihat lingkung Aya yang lebih segalanya dari dirinya, membuat rasa cemburunya semakin menjadi. Semakin besar, tidak bisa ia bendung lagi.

*

Vanny tergelak dibarengi tawa Aya. Lalu pandangannya beralih pada gadis yang berdiri tak jauh dari mereka. “Siapa, Ya?”

Mata Aya berkedip dan baru ingat dengan Ari, ia menoleh, menghampiri Ari dan membawanya ke depan Vanny yang masih menatap Aya dengan penasaran.

“Ari ini Vanny, temen aku dari kecil,” Aya memperkenalkan.

Vanny mengangkat tangannya. “Vanny,” katanya ramah.

“Vanny ini Ari. Anak kandungnya mama sama papa, juga adik kandung Kak Chandra yang baru berhasil ketemu,” lanjut Aya dengan ringan ditambah senyuman lebar di wajahnya.

Tangan Ari yang berjabat tangan saling berkenalan dengan Vanny menggenggam lebih erat. Sama juga dengan tangan Vanny. Matanya menatap bergantian Aya dan Ari. Menatap salah tingkah di hadapan keduanya.

“Gue anak angkat,” tambah Aya dengan senyum masih berada di wajahnya.

*

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pacarku Direbut, Juragan Teh Menjemput   8. —Memang, kan?

    “Gak mau di volume lagi? Udah mulai turun nih,” ucap Mas Alle, hair stylish yang biasa menangani rambut Aya.Gadis itu menggeleng, “Saya cuma mau keramas dan blow aja, malam ini udah harus pergi soalnya. Hemat waktu,” jawab Aya sambil tersenyum.“Kalau ada waktu kita kebut volume lagi tapi ya?”Aya mengangguk-angguk di depan cermin besar.Ia kemudian menurut saat staff mengarahkannya ke ruang cuci rambut. Ari sudah kebih dulu berada di sana, sedang dibilas. Mereka belum bicara apa-apa lagi setelah Vanny pamitan karena merasa canggung dan bilang kalau ia akan menghubungi Aya nanti.Aya duduk di kursi wash bak dan membiarkan rambutnya diambil alih. Ia menutup mata saat air hangat mulai mengalir di kulit kepalanya, hangat di sela-sela rambutnya.“Kenapa?”Mata Aya terbuka saat mendengar pertanyaan Ari. Melirik gadis di sampingnya itu, “Kenapa? Kenapa?” tanyanya ringan lalu kembali menutup mata.Ari menghela napas, “Kenapa kamu bilang gitu di depan teman kamu sendiri?”Alis Aya bertaut, k

  • Pacarku Direbut, Juragan Teh Menjemput   7. —Jurang Pertemanan

    “Gila, kamu?” Ari mendesis.“Apaan sih kok bilang aku gila?” jawab Aya tak terima.“Gak perlu dicoba kali,” Ari menyerahkan lagi satu setel bra dan celana dalam yang Aya ulurkan padanya.“Ya kamu bilang gak tau ukuran, kan?” sewot Aya masih tidak terima disebut gila. “Aku gak mungkin nyamai ukuran kita. Punya kamu lebih kecil!”“Aya, ih, tutup mulut!” Ari melirik kiri dan kanan yang padahal tidak ada orang. “Punya aku gak sekecil itu juga kali! Kamu aja yang kegedean.”Aya mencibir, “Ini aset buat suami gue, ya. Kita perawatan bareng deh nanti biar punya kamu lebih gede,” ucapnya kemudian.Mata Ari mengerjap, “Perawatan?”“Iyalah, selain muka, ini juga perlu,” jawab Aya menggebu seperti sales asuransi sambil menunjuk kedua bolanya dalam balutan vest knitt yang mempertegas lekukan dan tonjolan tubuhnya.“Emang bisa?” tanya Ari polos.“Bisa, dong,” jawab Aya dengan lirikan misterius.“Caranya?”“Ya gitu,” Aya berusaha menyembunyikan cengirannya.Ari melihatnya, “Jahat ih, mentang-mentan

  • Pacarku Direbut, Juragan Teh Menjemput   6 —Girls Day Out

    Tangan Aya membukakan pintu penumpang Mercy putih itu, mengingat Maserati-nya ditinggalkan di kantor karena tadi malam diantar pulang oleh Zayn. Senyumnya mengembang pada gadis yang masih menatapnya dengan tatapan kesal itu. “Ayo, kita mau ketemu Mama di Mahkota Clinic,” Aya meraih tangan Ari dan menariknya ke mobilnya.Ari sekali lagi menarik tangannya dan dengan anggun jalan sendiri lalu masuk ke mobil Aya.Ujung bibirnya tertarik dan Aya melihat Ari yang duduk dengan anteng di dalam mobilnya, setelah menutup pintu untuk Ari, Aya berjalan ke pintu pengemudi dan dengan riang melajukan mobilnya ke arah salah satu mall terbesar di kota.*Mata Ari sedari tadi mencuri lirik pada Aya yang dengan lihai memutar roda kemudi, belok kanan belok kiri mengerti harus pergi kemana. Hatinya kembali teriris. Ia sendiri tidak tahu apapun. Bahkan apa yang dilakukan Mamanya dan Aya yang ternyata sudah janjian untuk bertemu itu.Sedih sekali.Ari tahu ini bukan salah Aya. Namun begitu melihat Aya yang

  • Pacarku Direbut, Juragan Teh Menjemput   5 —Ikut Bobo Bareng

    Mata Ari melebar menatap berkeliling kamar Aya. Melihat dengan matanya sendiri bahwa ruangan bernuansa putih dan kuning itu terasa mewah dan cantik. Sebuah ranjang king size berada di sisi kiri, lalu dipan tv di seberangnya, dengan sofa empuk di antaranya. Ari terperangah saat Aya membawanya masuk ke dalam walk in closet yang lebih besar dari ruang kamar itu sendiri.“Kita tidur bareng dulu malam ini, kan? Kamar kamu belum siap banget.”Ari menoleh saat Aya mendekatinya dan membawakan sepasang baju tidur dan celana panjang dari balik salah satu pintu lemari. Dilihatnya lemari-lemari yang tertutup, lalu pada lemari kaca yang menampilkan tas-tas yang dipajang seperti di toko, lalu deretan sepatu di rak bawah yang beragam warna dan bentuk. Lalu di salah satu sisi terdapat cermin tinggi dan meja rias yang diatasnya penuh dengan peralatan make up.Semua hal yang pernah Ari lihat dalam bentuk KW nya kini ia lihat yang aslinya.Tangan Aya menyerahkan setelan baju tidur dan berdiri di depan A

  • Pacarku Direbut, Juragan Teh Menjemput   4 —Pulang

    Melangkah ke tangga batu, setelah beberapa kali menarik napas untuk menenangkan diri. Aya naik dengan ditemani suara khas sepatunya. Langkahnya dibuat ringan, tapi tangannya menggenggam tali tas lebih erat, berhenti sejenak di depan pintu sebelum mendorongnya terbuka.“Aya pulang,” serunya lantang. Tapi ia menghentikan langkahnya lagi, mematung di ambang pintu, sedih menyergapnya begitu saja. Kebiasaan yang sudah dibawanya selama dua puluh tujuh tahun hidup di rumah ini.Sekarang, rasanya seruannya itu terasa salah.*Mei mendapati Aya yang masih berdiri di ambang pintu.“Aya udah pulang?” sambutnya dengan wajah sumringah.Tersadar dari lamunannya, Aya mengangkat wajah dan memasang senyum yang manis di bibirnya, “Aya pulang, Mah,” jawabnya. Langkahnya kembali maju, ditutupnya kembali pintu dan melangkah menuju wanita yang selama ini menyayanginya bagai anak kandungnya sendiri.Tangan Mei terulur membawa Aya ke pelukannya.Aya dengan haru menyerbu pelukan itu dan menyandarkan dagu di p

  • Pacarku Direbut, Juragan Teh Menjemput   3 —Pacar

    Menatap gemerlap lampu dari balik jendela kantornya di lantai dua puluh lima, selepas magrib tadi ia berdiri dan belum berniat untuk pulang. Aya terpekik kaget karena satu tangan yang melingkari perutnya dan membawanya ke pelukan seorang di belakangnya.“Ini aku,” ucap suara itu.“Zayn?”“Siapa lagi yang bisa peluk-peluk kamu kayak gini,” Zayn menunduk membenamkan wajahnya pada lekukan leher Aya. Lalu mendaratkan bibirnya di sana.Gadis itu terperanjat geli, lalu melepaskan diri, “Ini di kantor, Pak Zayn,” tolaknya pada sikap Zayn yang selalu menyentuhnya tak kenal tempat.“Tapi gak ada siapa-siapa,” jawab Zayn dengan cueknya langsung menyambar pinggang Aya dan membawanya mendekat, tangan kanannya meraih pipi kiri Aya dan mendaratkan bibirnya di bibir Aya.Tangan Aya yang terangkat menepuk pundak Zayn, mengalihkan perhatian. Zayn memundurkan wajahnya dan menatap Aya dengan wajah kesal.“Aku kangen,” ucap lelaki itu dengan manjanya.“Tapi aku mau ngomong dulu. Boleh?” tanya Aya sambil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status