共有

Chapter 5

作者: APStory
last update 最終更新日: 2024-12-06 16:15:14

Mireya dan Bella menoleh ke sumber suara—yang mana seorang wanita tampak melangkah semakin dekat ke arah mereka.

“Mama!”

Ternyata itu adalah Irene, ibunya Bella yang baru saja pulang dari urusan bisnis di luar kota.

Bella menyambut kedatangan ibunya dengan pelukan hangat.

“Wah, ada siapa di sini?” Irene menatap Mireya dengan sorot mata yang memancarkan kehangatan.

Mereka sudah saling kenal, tentu saja. Apalagi Mireya adalah sahabat terbaik Bella.

Walaupun tidak sering, tetapi Mireya pernah beberapa kali bertemu Irene saat ada kesempatan main ke sini.

Mireya mencium punggung tangan Irene dengan sopan, lalu basa-basi menanyakan kabar satu sama lain. Namun, saat hidungnya menyentuh kulit tangan Irene, Mireya mencium aroma wewangian yang membuat dirinya pusing dan mual.

“Maaf, aku harus ke belakang.” Mireya pamit ke wastafel untuk menyudahi dorongan kuat dari dalam lambungnya.

Pada akhirnya, Mireya hanya muntah angin karena tidak ada sisa makanan yang keluar dari mulutnya—meskipun sebenarnya dia baru saja selesai makan.

Kembali ke ruang makan, dia tidak sengaja mendengar obrolan Bella dengan Irene yang menyebutkan namanya.

Suara mereka sangat pelan dan hati-hati, seolah tak ingin didengar oleh orang lain. Untuk itu, Mireya memilih mundur dan bersembunyi di balik tembok tikungan.

“Mireya sedang hamil, Ma,” kata Bella, “Aku tidak bisa membiarkan dia hidup sendirian di luar sana.”

Irene memutar bola mata, terlihat kesal. “Justru karena sedang hamil, makanya dia diusir dari rumah, ‘kan? Kalau orangtuanya saja tidak peduli, kenapa kamu harus memungut sampah yang sudah dibuang?”

Bella memegang lengan Irene. “Hati-hati kalau bicara, nanti Mireya bisa dengar,” ujarnya mewanti-wanti.

Wanita paruh baya itu menghela napas gusar. “Biar saja dia dengar, supaya sadar diri dan bisa pindah secepatnya dari sini.”

“Mama ...!” Bella mulai frustrasi. Kehilangan cara untuk membuat ibunya mengerti.

“Mau sampai kapan dia menyusahkan kamu, Bella? Walau bagaimanapun, dia harus mencari ayah biologis dari bayi itu agar tidak selalu membebani orang lain!” Irene melengos sambil terus mendumal, “Belum lagi setelah dia melahirkan nanti! Memangnya kamu bekerja hanya untuk menghidupi dia dan bayi haramnya itu, huh?”

Bella sudah tidak tahan lagi mendengarnya. Dia hanya bisa menangis dan memilih masuk ke kamar tanpa memperpanjang perdebatan dengan sang ibu.

Mungkin Bella butuh waktu untuk mengambil keputusan dan akan membahas masalah ini lain kali.

Setelah Bella dan Irene pergi, barulah Mireya berani keluar dari tempat persembunyiannya.

Mireya masuk ke kamar dan mengurung diri di atas kasur. Dia merenungi percakapan Bella dan Irene dengan rasa sedih. Namun, sisi lainnya juga merasa bersalah karena sudah menjadi penyebab kenapa ibu dan anak itu sampai berselisih paham.

Sekarang isi kepala wanita malang itu terasa penuh dan sesak. Perkataan Irene terus berjejalan memenuhi ruang memori, membuatnya sangat tidak nyaman. Bahkan sekujur tubuhnya terasa dingin dan bergetar hampir sepanjang malam.

Dalam keheningan, tiba-tiba Mireya memikirkan peluang diterima kerja di perusahaan Mervyn.

Jika dia bisa menjadi sekretaris, maka Bella tidak perlu bekerja terlalu keras demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebab, dia akan memiliki banyak uang yang juga bisa dipakai untuk membantu meringankan beban Bella.

Dengan begitu, Irene mungkin tidak akan berkomentar banyak dan mau memberi kesempatan untuk dirinya tinggal sementara di rumah ini.

“Ah, tapi mana mungkin diterima?”

Mireya menghela napas panjang. Rasanya mustahil bisa diterima di posisi itu setelah dia menjalani tes wawancara dengan setengah hati. Apalagi jawaban yang dia berikan tidak memuaskan sama sekali.

Usai berpikir matang-matang, tiga hari setelahnya Mireya memutuskan angkat kaki dari rumah Bella.

Sebelum itu, dia melihat saldo di rekeningnya masih tersisa sekitar dua juta rupiah, lalu pergi ke ATM untuk melakukan tarik tunai.

Bella selalu mengingatkan agar Mireya menyimpan uang itu untuk biaya persalinan, tapi kini dia tidak bisa menyimpannya lebih lama lagi.

Mireya menyisihkan uang sebanyak satu juta rupiah di dompetnya untuk mencari rumah kost yang harganya di bawah satu juta, lalu sisanya akan dia gunakan untuk makan sehari-hari.

Sementara itu, uang satu juta rupiah yang masih tersisa dia masukkan ke dalam amplop, lalu ditaruh di meja sebagai bentuk terima kasih atas kebaikan Bella selama ini.

Meskipun itu bukanlah jumlah yang sepadan untuk membalas kebaikan seseorang, tapi Mireya tidak punya apa-apa lagi selain hanya uang itu.

Mireya meninggalkan rumah pada saat Bella sedang bekerja dan Irene sudah kembali sibuk dengan urusan bisnisnya.

Sore harinya, setelah Bella pulang bekerja, dia mendapati rumahnya dalam keadaan sepi dan melihat secarik kertas beserta amplop di atas meja kamar.

[Bella, aku sudah menemukan tempat tinggal baru dan harus segera pergi dari sini. Maaf jika tidak sopan karena tidak bicara langsung.

Bella, terima kasih banyak sudah membantu dan bersedia menjadi sahabatku. Kamu adalah yang terbaik dan tidak akan pernah tergantikan meski ditukar dengan seribu teman sekalipun!

O, iya, karena tidak bisa mentraktir makan sepuasnya, aku menyisihkan sedikit uang di dalam amplop. Jaga kesehatan dan makan yang banyak, yaaa.]

Bella menangis membaca isi catatan yang ditulis oleh Mireya. Tangannya meraih ponsel di atas meja, berusaha menelepon wanita itu, tetapi nomornya tidak aktif.

“Mireya, kamu ke mana ...?” Bella duduk di tepi kasur sambil terisak sedih membayangkan bagaimana sahabatnya akan menjalani hidup setelah ini.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 115

    Setelah bernegosiasi dengan Mervyn, akhirnya Mireya diizinkan untuk tetap datang ke acara perkenalan istri CEO di perusahaan. Mireya pun telah berdandan dan mengenakan gaun yang tidak terlalu formal, tetapi tetap terlihat elegan.“Marcell, Michelle, kalian tunggu di rumah dulu, ya? Mami akan pergi ke perusahaan Papi untuk sebuah acara.”“Mami, apa aku tidak bisa ikut? Aku ingin melihat bagaimana perusahaan Papi di sini,” pinta Michelle dengan wajah memelas. “Apakah sama dengan perusahaan Jordan di kota B?”“Iya, Mami. Aku juga bosan di rumah terus. Boleh kami ikut, ‘kan?” Marcell menimpali perkataan adiknya.Mireya menghela napas seraya menyunggingkan senyuman tipis. “Anak-anak, sekarang Mami sedang ada urusan. Jadi, maaf, belum bisa mengajak kalian. Kalau Papi sudah datang, Mami akan bicara agar kalian sesekali diajak ke perusahaan Papi. Oke?” ujarnya.Kedua anak itu sempat murung dan kecewa. Namun, Mireya terus memberi mereka pengertian, sehingga keduanya bisa belajar memahami keada

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 114

    Di ruang CEO, Mervyn tampak duduk di kursi putar seraya menatap Rayyan yang berdiri di depan meja kerjanya.“Apa sudah kamu informasikan kepada orang-orang itu mengenai kedatangan istriku hari ini?” tanya sang CEO.Rayyan menjawab, “Sudah, Pak. Persiapannya juga sudah matang.”“Bagus!” Mervyn mengangguk, merasa puas mendengar jawaban asistennya. “Bagaimana dengan hadiah yang aku bicarakan kemarin?”“Hadiahnya juga aman, Pak. Saya sudah menyuruh seseorang untuk memberikan hadiahnya kepada Nyonya, Tuan dan Nona Kecil ketika mereka sampai di rumah.”“Kerja bagus!” puji Mervyn. Rayyan memang selalu dapat diandalkan kapan dan di mana pun dia membutuhkannya.***Beberapa jam setelah melakukan perjalanan, Mireya, Marcell dan Michelle akhirnya tiba di lokasi tujuan.Kedatangan Mireya bersama kedua anaknya di tempat kediaman Mervyn disambut oleh banyak orang yang telah dipekerjakan oleh Mervyn dengan posisi bagian dan tugas yang berbeda-beda.Saat melewati pintu, ada beberapa penjaga yang lang

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 113

    Mervyn meraih telapak tangan Mireya untuk digenggam. “Kamu tahu, ‘kan, alasan dari kedatangan aku ke sini hanya untuk mengurus project anak perusahaan Grup Jordan?”Mireya mengangguk pelan, tetapi dia mulai bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang ingin disampaikan oleh Mervyn.“Dan sekarang urusannya sudah selesai. Aku berencana akan membawa kamu dan anak-anak kembali ke kota A. Apa kamu keberatan?” tanya Mervyn tanpa banyak basa-basi. Sebab, cepat atau lambat dia memang harus bicara jujur pada Mireya.Wajah Mireya berubah murung ketika mendengar ucapan Mervyn.Bagi Mireya, kota A menyimpan banyak kenangan pahit yang telah lama berusaha dia kubur bersama luka-lukanya.Dari sejuta mimpi buruk yang dia miliki di kota tersebut, satu-satunya yang bisa dia syukuri hingga sekarang hanyalah kehadiran anak kembar dalam hidupnya. Sementara sisanya tak lebih dari tumpukan benang yang hanya akan memperparah bongkahan luka di dada.“Maksud kamu, kita akan tinggal di sana?” tanya Mireya dengan

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 112

    Pertanyaan polos Michelle membuat Mireya gelagapan. Napasnya berhenti sejenak seiring kelopak mata yang terbuka lebar. Dengan cepat dia pun menyembunyikan jejak kemerahan di lehernya menggunakan telapak tangan.“I–ini ....” Mireya mencoba menemukan alasan yang masuk akal.Tapi apa?Tak jauh darinya, Mireya melihat Mervyn sedang berdiam diri di depan pintu toilet sembari menahan tawa. Membuatnya melotot kesal.Bisa-bisanya pria itu tertawa dengan sikap yang begitu tenang, sementara Mireya sedang pusing memikirkan jawaban!Padahal, tanda merah yang Mireya dapatkan jelas-jelas dibuat olehnya!Mireya kembali menatap Michelle. “Elle bisa tanya langsung pada Papi. Karena, Papi lebih tahu,” ucapnya seraya tersenyum lebar.“A–apa?” Mervyn mengerjap. Raut wajahnya berubah datar hanya dalam hitungan detik. “Kenapa harus aku yang jawab?”Mireya tersenyum miring. Merasa puas menyaksikan reaksi sang suami. “Bukankah kamu yang menyebabkan ini terjadi? Jadi, kamu saja yang jawab!” putusnya secara mu

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 111

    Mervyn dan Mireya terkejut ketika ada yang mengetuk pintu dari luar. Setelah itu, suara imut khas anak kecil mulai terdengar.“Mami, Papi! Acell dan adik boleh buka pintunya, tidak?” tanya Marcell.Sepasang suami dan istri itu tampak kelimpungan. Bagaimana mungkin mereka membiarkan kedua anak itu masuk dalam keadaan tubuh yang tidak mengenakan apa pun?Ah, kecuali Mervyn yang hanya memakai celana panjang.“T–tunggu sebentar! Mami akan membukanya,” sahut Mireya, lalu mengambil pakaian yang berserakan di lantai dan segera mengenakannya.Usai keduanya mengenakan kembali pakaian mereka, Mireya pun berjalan untuk membukakan kunci pintu.“Elle, Acell, ada apa?” tanya Mireya, sementara Mervyn baru saja masuk ke toilet untuk buang air kecil.“Mami ... eum, ada yang ingin kami katakan, tapi kami khawatir Mami akan marah,” ujar Marcell dengan raut wajah terlihat sedikit cemas.Mireya mengernyit. “Bagaimana kalian bisa tahu Mami akan marah atau tidak, sedangkan kalian saja belum mengatakan apa-a

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 110

    Di atas kasur, Mireya tampak mengenakan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuh polosnya.Wanita itu memandang Mervyn yang baru saja memungut celana dan kaos miliknya yang berserakan di lantai, lalu mulai memakainya kembali.Mireya cukup terkejut menerima perlakuan suaminya yang tiba-tiba menjadi begitu liar dan brutal.Dugaan sementara, Mireya menaruh curiga bahwa semua yang dilakukan Mervyn disebabkan oleh rasa cemburu akibat kesalahpahaman antara pria itu, Mireya dan juga Julian.Selesai mengenakan celana panjang berbahan levis, dengan tubuh bagian atas yang masih telanjang, Mervyn naik ke atas kasur untuk kembali mendekati istrinya.Cup!Mervyn mendekap wanita itu seraya mengecup pelipisnya sekilas. “Ingat apa yang tadi kukatakan? Kamu, dan semua yang ada pada dirimu adalah milikku, Mireya. Jangan biarkan orang lain menyentuhnya!”Mireya mengangguk, tetapi perasaannya tidak kunjung lega meskipun dirinya kini sedang ada dalam dekapan hangat sang suami.“Kenapa menatapku begitu, h

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status