Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin

Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin

last updateLast Updated : 2025-05-03
By:  APStoryOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
115Chapters
3.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Mireya Jasmeen dijebak oleh adik dan kekasihnya hingga berakhir tidur dengan pria tak dikenal. Hal itu membuatnya hamil dan diusir dari rumah. Dua bulan kemudian, Mireya bertemu kembali dengan pria yang telah merenggut kesuciannya, Mervyn Jordan, seorang CEO di perusahaan tempatnya melamar kerja. Namun, yang membuatnya terkejut, pria itu justru datang bersama Felly, saudara perempuannya yang telah menjualnya kepada Mervyn di malam itu. Mireya bimbang, antara harus mengungkap kebenaran atau menghindar selamanya dari kehidupan Mervyn? Tapi, apakah dia mampu lari semudah itu dan membawa pergi benih di rahimnya yang merupakan anak biologis Mervyn Jordan?

View More

Chapter 1

Chapter 1

“Kamu ... siapa?”

Kelopak mata Mireya mengerjap lambat seirama dengan rasa sakit di kepala yang luar biasa. Sekujur tubuhnya begitu remuk bagaikan tergilas mobil bermuatan besar.

Dalam kondisi setengah sadar, Mireya dikejutkan oleh keberadaan seseorang di atas tubuhnya. Dia ingin menolak kecupan lembut yang berjejak di leher dan bibir, tapi segalanya terjadi begitu cepat, hingga dia kehilangan peluang untuk mengumpulkan tenaga dan melawan.

Mireya terjebak di antara kedua lengan kekar yang berotot. Tak ada yang bisa dia lakukan saat pria asing itu mulai menarik gaunnya dengan kasar dan meninggalkan robekan di beberapa bagian.

Pria itu beraksi tanpa suara. Meski begitu, Mireya bisa mencium aroma alkohol yang cukup menyengat, menyatu dengan wangi parfum mahal yang menguar dari tubuhnya.

Di bawah cahaya remang lampu hias, Mireya melihat dengan jelas sepasang mata elang yang menatapnya liar dan penuh hasrat.

Saat menjelang pagi, wanita itu masih meringkuk di atas kasur dengan selimut tebal yang menutupi tubuh polosnya. Dia terjerembap ke dalam perasaan hina, jijik, malu dan kotor.

Sementara itu, sosok di sampingnya tampak terlelap usai puas melakukan pelepasan beberapa kali.

Sempat tebersit pikiran untuk mengambil bantal dan menyekap wajah pria itu hingga kehabisan napas. Namun, Mireya sadar ide gila itu tak akan mengubah apa pun, selain hanya menimbulkan masalah yang lebih besar lagi nantinya.

Mireya bergerak pelan-pelan turun dari kasur, tetapi rasa sakit yang luar biasa membuatnya meringis dan menangis lebih banyak lagi.

Tubuhnya seperti dibanting dan digilas berulang kali hingga rasanya hampir mau mati.

Gaun yang berserakan di lantai dia raih dengan tangan gemetar. Terdapat robekan di beberapa bagian yang menjadi saksi bisu atas kehancuran hidupnya.

Mireya membawa pulang bongkahan luka yang memenuhi rongga dada, menyisakan pria asing itu sendirian di kamar hotel.

***

Setibanya di rumah, Mireya disambut oleh Henry, ayah kandungnya yang membukakan pintu setelah dia menekan bel berkali-kali.

“Sudah hampir pagi, kenapa baru pulang? Dari mana saja kamu, Mireya?!” tanya Henry dengan raut marah yang tidak terbantahkan di wajahnya.

Mireya memilin jari-jari dengan gelisah. Otaknya bersikeras mencari alasan yang masuk akal. “Aku ... tadi pergi menonton film dengan Alvin, Yah.”

Ucapan Mireya tidak sepenuhnya salah. Seingatnya, beberapa jam lalu dia memang pergi bersama kekasihnya untuk menonton film di bioskop. Namun, saat di perjalanan, kepalanya sangat pusing dan tahu-tahu dia sudah berada di kamar hotel usai sadarkan diri.

“Kamu lihat, sudah jam berapa sekarang? Bioskop mana yang kamu datangi sampai hampir tidak pulang semalaman?!”

Suara Henry begitu menggelegar hingga mengundang rasa penasaran Karin, ibu tiri Mireya dan juga Felly, adik perempuannya.

Selain Felly, sebenarnya Mireya juga mempunyai kakak laki-laki bernama Felix. Namun, Felix sudah berkeluarga dan memutuskan tinggal di rumah pribadinya bersama istri dan anaknya.

Felly dan Felix sebetulnya masih satu ayah dengan Mireya, hanya saja mereka beda ibu.

“Suamiku, kenapa kamu marah-marah?”

Karin mendekat dan bertanya apa yang terjadi. Setelah dijelaskan oleh Henry, dia pun menjadi sangat marah.

“Apa yang kamu lakukan bersama Alvin di luar sana, Mireya? Katakan, apa kalian tidur bersama?!” tuduh Karin.

“Itu tidak benar!” Mireya menggeleng cepat, tidak terima jika Alvin ikut terseret ke dalam masalahnya.

Adegan menjijikkan itu masih terus berkeliaran di kepala Mireya. Dia melihat wajah orang yang menguasainya semalam dan itu memang bukanlah Alvin, melainkan sosok asing yang entah siapa.

“Agar tidak salah paham, berikan saja ponselmu dan aku akan memeriksa riwayat lokasi yang kamu kunjungi,” saran Felly. Dia tersenyum pada Mireya, tapi sorot matanya seperti menunjukkan maksud lain.

Mireya semakin terjebak dalam situasi rumit. Posisinya menjadi serba salah sekarang. Jika riwayat kunjungan di hotel terdeteksi, semua orang pasti akan menghakiminya dan tidak mungkin percaya sekalipun dia berusaha menjelaskan yang sebenarnya.

Felly mengulurkan tangan, tapi Mireya malah bergerak mundur. “Ini privasi,” katanya.

Felly berdecih remeh, sementara Karin dan Henry memandang Mireya penuh curiga.

“Kak, aku hanya ingin membantumu menyelesaikan masalah lebih cepat. Aku percaya kamu perempuan baik-baik. Jadi, apa yang harus ditakuti?” sindir Felly.

Mireya bersikeras mempertahankan miliknya, tetapi Felly yang tidak sabar segera merampas tas wanita itu dan menggeledah isinya.

Tidak butuh waktu lama bagi Felly menemukan apa yang dia cari.

“Astaga, Kakak ...?” Felly terbelalak kaget dengan mulut sedikit terbuka, seakan tidak percaya dengan apa yang dia temukan.

“Ada apa?” tanya Henry penasaran.

“Ayah, Ibu, coba lihat!” Felly memilih bungkam saat menghadapkan ponsel ke arah kedua orangtuanya.

“Hotel?!” Wajah Henry berubah merah bersamaan dengan kepalan tangan yang semakin kuat. Dia menatap Mireya garang seraya berkata, “Berani sekali kamu ke hotel bersama laki-laki dan membohongiku!”

Mireya meraih telapak tangan ayahnya, tetapi segera ditepis oleh pria itu. “Aku bisa menjelaskan semuanya, Ayah.”

“Sudah ketahuan masih mau menyangkal. Jujur saja, dengan siapa kamu check in?” desak Karin, sedangkan Felly tersenyum puas menyaksikannya.

“Check in?”

Mireya kehilangan kata-kata untuk menjelaskan. Bahkan dia sendiri tidak tahu siapa yang membawanya masuk ke kamar hotel, hingga berakhir menjalin hubungan di atas ranjang dengan orang tak dikenal.

“Ya, kamu tidak mungkin sendirian, ‘kan?” Karin menggandeng lengan Henry sambil mengatakan, “Sayang, apa yang harus kita lakukan sekarang? Jika dia hamil, semua orang pasti akan menganggap kita adalah orangtua yang tidak bisa mendidik anak.”

Henry menghela napas gusar. Masih memikirkan matang-matang mengenai keputusan yang harus diambil.

Melihat Henry sedikit bimbang, Karin berpura-pura menangis karena takut pria itu berubah pikiran. Dia menatap Mireya dan kembali buka suara, “Padahal aku sudah berbaik hati merawat kamu meskipun kamu bukan anak kandungku, tapi kenapa dibalas seperti ini? Aku hanya minta kamu menjadi anak yang baik dan penurut, bukan malah pergi ke hotel bersama laki-laki. Apakah permintaanku terlalu sulit?”

Henry mengusap punggung Karin pelan-pelan, bermaksud menenangkan.

“Sayang, maafkan aku karena tidak bisa menjadi ibu yang baik. Aku gagal mendidik Mireya,” ujar Karin terisak-isak. Kalimatnya seolah menunjukkan sesal, tapi isi hatinya berbanding terbalik dengan kenyataan.

Sejak awal, Karin dan kedua anaknya memang tidak pernah menyukai Mireya. Sebab, Amanda, ibu kandung Mireya telah melukiskan luka yang amat dalam dengan menjadi selingkuhan lelaki yang mereka cintai.

Henry diketahui menikahi Amanda diam-diam setelah wanita itu hamil di usia kandungan tiga bulan.

Dikarenakan Amanda meninggal dunia akibat mengalami perdarahan hebat pasca melahirkan, Henry memutuskan membawa Mireya ke rumah Karin, istri pertamanya.

Henry menjelaskan kejadian sebenarnya sekaligus membujuk Karin supaya mau menerima kehadiran Mireya sebagai anak dari kekasih gelapnya yang telah tiada.

Jadi, bagi Karin dan kedua anaknya, kehadiran Mireya seperti halnya taburan garam di atas luka basah yang menganga lebar. Hanya mengundang perih dan rasanya terlalu menyakitkan.

“Kamu sudah menjadi ibu yang sangat baik, Sayang. Tidak perlu merasa bersalah, karena ini bukan salahmu.” Henry mencoba menenangkan Karin.

“Ayah, tolong izinkan aku menjelaskan semua.” Mireya mengusap air mata yang terus mengalir dengan punggung tangannya. “Jujur, aku memang ada di hotel itu, tapi aku tidak tahu kenapa bisa terjebak di sana. Aku hanya ingat ketika berada di mobil bersama Alvin, kepalaku sangat pusing dan tiba-tiba pingsan, lalu ... lalu—”

“Jangan jelaskan apa pun! Aku tidak butuh itu,” potong Henry tanpa menatap wajah Mireya, seolah merasa jijik.

“Ayah ...?” Sudut mata Mireya kembali berembun. Rasanya memang menyakitkan saat Karin dan Felly mendesaknya tentang hal yang tidak dia lakukan, tetapi saat ayah kandungnya sendiri tidak percaya, rasanya berkali-kali lipat lebih menyakitkan dari apa pun!

“Jika suatu saat kamu hamil, kemasi barang-barangmu dan angkat kaki dari rumah ini!” ancam Henry tidak main-main.

***

Keesokan paginya, Mireya terbangun dengan mata sembab dan sekujur tubuh yang begitu remuk. Akan tetapi, dia tetap memaksakan diri datang ke perusahaan.

Selain karena tuntutan kerja, dia juga ingin mengklarifikasi kepada Alvin terkait kejadian semalam. Berharap pria itu tidak salah paham dan mau memaafkannya.

“Alvin!”

Mireya menghampiri pria yang berdiri di samping meja kerja bersama rekan wanita di sisinya, Shela.

Melihat kedatangan Mireya, raut wajah Alvin berubah malas. Dia melengos sambil mendengkus gusar.

“A–ada yang ingin aku bicarakan padamu.” Mireya terdengar gugup. Dia merasa bersalah karena gagal menjaga kehormatan untuk lelaki yang dia harap kelak akan menjadi suaminya.

Alih-alih merespons, Alvin malah melirik Shela yang sejak tadi bersamanya. “Nanti siang kita lanjut mengobrol lagi, ya. Oke, Sayang?” ujarnya sambil berkedip genit.

Shela mengangguk santai tanpa peduli keberadaan Mireya. “Oke!”

“Sayang?” Mireya mengernyit kikuk, memandang kedua manusia itu silih berganti. “Kalian ... berpacaran?”

Bersambung ….

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Miss_Pupu
Mireya, kalo menurutku sih kamu harus ungkap kebenaran yang terjadi sama kamu. kok aku malah jd gregett ya.
2025-03-19 22:41:18
1
user avatar
Henny Djayadi
ayo bangkit mireya, tinggalkan orang-orang yang menyakitimu
2025-03-19 22:02:26
1
user avatar
APStory
Hello, Guys! Jangan lupa dukung cerita ini dengan meninggalkan ulasan, komentar dan buka kuncinya, yaaa. Terima kasih. Wufyuuu<3
2025-01-17 23:01:50
1
115 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status