Home / Romansa / Pak Ceo, Aku Ingin Anak / Bab 48: Ramuan tujuh energi.

Share

Bab 48: Ramuan tujuh energi.

Author: Za_dibah
last update Last Updated: 2025-11-17 23:59:13
​Malam itu, di toko herbal kecilnya yang terletak di pinggiran Solterra, Maya diliputi kecemasan. Bau rempah kering, akar-akaran, dan wangi kayu cendana memenuhi udara, berpadu dengan debu tua. Hanya lampu kecil di gudang belakang yang menjadi penerang baginya.

​Ia duduk di lantai semen yang dingin, dikelilingi tumpukan buku tua dan agenda Ayahnya. Sejak membaca kertas hasil medis Amara, Maya tak bisa tenang.

​"Di mana Ayah meletakkan buku itu?" gumam Maya, mengaduk-aduk tumpukan buku yang tersisa. "Aku harus menemukannya. Amara membutuhkannya lebih dari siapa pun saat ini."

​Maya tahu kondisi Amara. Sindrom Asherman. Ia teringat kisah almarhum ayahnya, yang merupakan seorang herbalis ulung.

​"Ayah... aku yakin kau punya solusinya," bisik Maya, tangannya meraba-raba sampul kulit yang usang.

​Tiba-tiba, jari-jarinya menyentuh tekstur yang dikenalnya. Sebuah buku kulit lusuh dengan jilid yang hampir lepas. Itu adalah buku harian Ayahnya yang penuh dengan catatan tulisan tangan dan f
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 91: Antara janji masa lalu dan cinta masa kini.

    ​Darian melirik jam tangan mahal di pergelangan tangannya untuk kesekian kali. Setiap detik di ruangan ini terasa seperti siksaan baginya. Ia menoleh ke arah Mamanya, Jasmine dan para tetua, memasang wajah penutup yang paling sopan yang bisa ia kumpulkan. ​"Mama, PaPa, Kek, Nek," suara Darian rendah namun cukup tegas untuk menghentikan percakapan di Meja Utama. "Saya harus pamit sekarang. Ada urusan mendesak di Arcus yang membutuhkan kehadiran saya segera." ​Sofia Jasmine menatap putranya dalam-diam, ia tahu persis "urusan mendesak" itu berada di kamar rumah sakit, bukan di kantor. "Begitu ya? Baiklah, Darian. Hati-hati di jalan. Terima kasih sudah datang untuk Mama." ​"Jangan bekerja terlalu keras, Rian," timpal Nenek Martha sambil menepuk tangan Darian. "Kabari Nenek kalau teman wanitamu itu sudah membaik." ​Darian mengangguk pelan, mencium tangan kakek dan neneknya, lalu berbalik pergi tanpa sekali pun melirik ke arah keluarga Adhiyaksa yang duduk membeku. Ia melangkah kelu

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 90: Setiap tindakan ada konsekuensinya.

    ​Alexander Adhiyaksa dan Amelia Kate melangkah masuk dengan langkah yang ragu. Di belakang mereka, Grace mengekor dengan kepala sedikit tertunduk. Grace tampak pucat, tubuhnya terbalut gaun sutra yang indah, namun sebuah syal tipis melilit lehernya, sebuah taktik untuk menutupi jejak memar biru akibat cengkeraman Darian di rumah sakit tempo hari. ​Alexander bersikap sangat sopan, nyaris terlihat tunduk saat menyapa Liam Lancaster. Ia tahu betul posisinya sedang di ujung tanduk karena bukti CCTV yang dipegang Darian bisa menghancurkan reputasi keluarganya dalam semalam. ​"Liam, Jasmine... selamat atas pertambahan usiamu. Pesta ini sungguh luar biasa," Alexander menjabat tangan Liam dengan hormat yang berlebihan. ​"Terima kasih, Alexander. Senang kau bisa hadir," jawab Liam singkat, nada suaranya netral namun tetap memberikan jarak yang tegas. ​Amelia Kate mendekati Sofia Jasmine, berbincang basa-basi tentang perhiasan sambil menyerahkan kado mewahnya. Sementara itu, Grace be

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 89: Pesta Ultah Jasmine.

    ​Malam itu, Lancaster Manor berdiri megah di bawah rembulan, menyerupai istana kuno yang dibangun kembali dengan kemewahan modern. Tanpa sorotan kamera media, suasana pesta ulang tahun Sofia Jasmine terasa lebih eksklusif dan intim, sebuah pertemuan puncak bagi para penguasa ekonomi dan sosial. ​Deretan mobil mewah, dari Rolls-Royce, Maybach hingga Bentley, berbaris rapi di halaman luas, menurunkan tamu-tamu yang mengenakan pakaian bernilai miliaran rupiah. Di dalam ballroom utama, lampu gantung kristal raksasa membiaskan cahaya keemasan yang menari-nari di atas lantai marmer yang mengkilap, memantulkan bayangan para bangsawan modern yang sedang bercengkerama dengan gelas champagne di tangan. ​Darian Lancaster melangkah masuk, dan seketika itu juga, gravitasi ruangan seolah berpindah padanya. Ia mengenakan setelan jas custom-made berwarna arang gelap yang membungkus tubuh atletisnya dengan sempurna. Kemeja putih bersih dan dasi sutra biru dongker yang ia kenakan memberikan kesan din

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 88: Suara itu...

    Amara tersentak kecil, rasa kantuknya menguap seketika. Ia baru teringat, di tengah kekacauan empat hari ini, ia benar-benar memutus kontak dengan dunia luar, termasuk dengan wanita tua yang sudah ia anggap seperti neneknya sendiri itu. Dengan tangan yang masih sedikit gemetar, Amara meraih ponsel tersebut.​Maya dan Marco serentak menoleh, memperhatikan perubahan raut wajah Amara.​"Ya, Nenek Martha..." bisik Amara lembut. "Maafkan saya, Nek. Saya baru bisa mengangkat telepon."​"Amara, Sayang? Ke mana saja kau, Nak? Nenek menunggumu sejak tadi," suara Nenek Martha terdengar penuh kecemasan sekaligus kerinduan. "Kau tahu kan, hari ini perayaan ulang tahun menantu Nenek? Nenek sangat berharap kau bisa datang agar Nenek bisa mengenalkanmu pada keluarga Nenek."​Amara memejamkan mata, hatinya perih. Ia teringat janji kecilnya untuk menemani wanita tua itu. "Nenek, maafkan saya... saya benar-benar minta maaf. Saya tidak bisa datang ke ulang tahun menantu Nenek. Ada... ada hal mendadak ya

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 87: Sangat ketat...

    Keesokan harinya. ​Matahari mulai condong ke arah barat, membiaskan cahaya jingga yang lembut melalui kaca jendela kamar VVIP Rumah Sakit Utama Lancaster. Di dalam ruangan itu, aroma parfum woody yang mahal dan maskulin milik Darian bersaing dengan aroma minyak herbal yang dioleskan Maya di pergelangan tangan Amara. ​Darian berdiri di depan cermin besar, merapikan dasi silk berwarna biru dongker yang senada dengan setelan jas custom-made yang membungkus tubuh tegapnya. Penampilannya hari ini sangat sempurna, sosok pewaris tunggal Lancaster yang berwibawa, namun sorot matanya yang menatap pantulan Amara di cermin menunjukkan kegelisahan yang mendalam. ​Amara bersandar di tumpukan bantal, wajahnya masih pucat namun matanya sudah jauh lebih jernih dibandingkan kemarin. Ia memperhatikan setiap gerak-gerik suaminya dengan perasaan campur aduk. ​Darian berbalik, melangkah mendekati ranjang. Ia duduk di pinggir kasur, meraih tangan Amara yang terbebas dari infus, lalu mencium punggu

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 86: Pikirannya kini bercabang.

    "Ya! Si Camar itu!" Evan menjentikkan jarinya. "Gadis kecil yang menyelamatkanmu di gudang tua saat kau diculik preman bayaran itu. Kau menghabiskan belasan tahun mencarinya. Kau menjadi dingin dan tidak tersentuh karena kecewa dia menghilang setelah hari itu. Aku ingat betapa hancurnya kau saat tahu ayahnya meninggal tak lama setelah menolongmu? Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan tragis, kan?" Darian memalingkan wajahnya ke arah jendela besar di ujung koridor. Ingatan itu kembali menyerbu. Saat itu ia masih remaja, ia diserang oleh preman yang dibayar oleh seseorang yang tidak terima karena Grace, sahabat Darian, selalu mengejar-ngejarnya. Darian hampir mati dipukuli didalam gudang tua dan disekap didalamnya. Jika tidak ada seorang gadis kecil yang ia beri nama Camar itu mengeluarkannya dari sana, dan kabur untuk melarikan diri, maka ia akan mati saat itu juga. ​Darian ingat, setelah kejadian itu ia dirawat. Namun saat ia ingin menemui gadis itu lagi, gadis itu sudah pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status