ホーム / Romansa / Pak Ceo, Aku Ingin Anak / Bab 80: Kemarahan Darian 2.

共有

Bab 80: Kemarahan Darian 2.

作者: Za_dibah
last update 最終更新日: 2025-12-16 23:29:26

​Setelah meninggalkan kamar Amara, Darian berjalan cepat menyusuri koridor VVIP, diikuti oleh Marco. Udara di sekitarnya terasa dingin, memancarkan aura bahaya yang mematikan. Matanya yang biasanya hanya menunjukkan kebosanan bisnis kini terbakar oleh amarah dan dendam.

​Darian berhenti di depan pintu kamar sebelah, ruangan Grace Adhiyaksa. Tanpa mengetuk atau memberi peringatan, ia membuka pintu itu dengan kasar hingga berdentum ke dinding.

​Di dalamnya, Grace terbaring di ranjang mewah, wajahnya masih pucat namun matanya berbinar melihat Darian yang datang.

Grace yang terbaring di ranjang VVIP, seketika bangkit, wajahnya memancarkan kelegaan.

​"Darian! Kau datang! Aku tahu kau pasti mengkhawatirkanku! Aku ingin berterima kasih k..." Ucapan Grace terpotong tiba-tiba.

​Darian melangkah cepat, tangan besarnya yang biasanya hanya memegang pena montblanc kini meraih leher Grace. Darian mencekiknya, menekannya ke bantal ranjang dengan kekuatan yang luar biasa.

​Desisan amarah dan keb
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 93: Janji masa kecil...

    Tak lama kemudian, Dokter Park masuk bersama perawat untuk melakukan pemeriksaan rutin. Melihat Darian yang masih setia di sana, Dokter Park tersenyum simpul. ​"Kondisi Nona Amara menunjukkan kemajuan yang luar biasa, Tuan Darian. Tekanan intrakranialnya sudah normal," lapor Dokter Park. "Hari ini, kita bisa mulai mencoba untuk duduk tegak dan berjalan ringan di dalam ruangan. Otot-ototnya perlu digerakkan agar tidak kaku." ​Saat perawat hendak membantu Amara untuk duduk, Darian mengangkat tangannya, memberi isyarat agar mereka mundur. ​"Biar aku saja," perintah Darian. ​Dengan sangat hati-hati, Darian menyelipkan lengannya di bawah bahu Amara dan membantunya bersandar pada tumpukan bantal. Gerakannya sangat protektif, seolah Amara adalah porselen retak yang bisa hancur kapan saja. ​"Pelan-pelan," bisik Darian tepat di telinga Amara, membuat wajah Amara sedikit merona. ​Untuk pertama kalinya setelah kecelakaan itu, Amara bisa melihat ruangan dengan sudut pandang yang berbe

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 92: Kenapa aku harus bingung?.

    Lampu-lampu jalanan kota Solterra melesat seperti garis putih di samping mobil Darian. Pikirannya kalut. Provokasi Grace tentang "Camar" berhasil menyentuh saraf sensitif di otaknya. Ingatan tentang gadis kecil yang menariknya dari gudang tua itu kembali muncul, janji yang ia bisikkan dengan suara serak belasan tahun lalu seolah menagih kembali komitmennya. ​'Apakah aku akan mengkhianati janji masa kecilku jika aku mencintai Amara sepenuhnya?' ​Kegelisahan itu menyelimuti hatinya hingga ia tiba di Rumah Sakit Utama Lancaster. Langkah kakinya yang berat menggema di koridor sunyi menuju kamar VVIP. Di depan pintu, Marco berdiri siaga. ​"Tuan," Marco membungkuk hormat. "Nona Amara sudah tidur sekitar satu jam yang lalu setelah minum obatnya." ​Darian hanya mengangguk pelan, raut wajahnya tampak sangat lelah. Ia membuka pintu perlahan, tidak ingin menimbulkan suara sekecil apa pun. ​Di dalam ruangan, hanya ada cahaya redup dari lampu tidur. Aroma minyak herbal milik Maya samar-s

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 91: Antara janji masa lalu dan cinta masa kini.

    ​Darian melirik jam tangan mahal di pergelangan tangannya untuk kesekian kali. Setiap detik di ruangan ini terasa seperti siksaan baginya. Ia menoleh ke arah Mamanya, Jasmine dan para tetua, memasang wajah penutup yang paling sopan yang bisa ia kumpulkan. ​"Mama, PaPa, Kek, Nek," suara Darian rendah namun cukup tegas untuk menghentikan percakapan di Meja Utama. "Saya harus pamit sekarang. Ada urusan mendesak di Arcus yang membutuhkan kehadiran saya segera." ​Sofia Jasmine menatap putranya dalam-diam, ia tahu persis "urusan mendesak" itu berada di kamar rumah sakit, bukan di kantor. "Begitu ya? Baiklah, Darian. Hati-hati di jalan. Terima kasih sudah datang untuk Mama." ​"Jangan bekerja terlalu keras, Rian," timpal Nenek Martha sambil menepuk tangan Darian. "Kabari Nenek kalau teman wanitamu itu sudah membaik." ​Darian mengangguk pelan, mencium tangan kakek dan neneknya, lalu berbalik pergi tanpa sekali pun melirik ke arah keluarga Adhiyaksa yang duduk membeku. Ia melangkah kelu

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 90: Setiap tindakan ada konsekuensinya.

    ​Alexander Adhiyaksa dan Amelia Kate melangkah masuk dengan langkah yang ragu. Di belakang mereka, Grace mengekor dengan kepala sedikit tertunduk. Grace tampak pucat, tubuhnya terbalut gaun sutra yang indah, namun sebuah syal tipis melilit lehernya, sebuah taktik untuk menutupi jejak memar biru akibat cengkeraman Darian di rumah sakit tempo hari. ​Alexander bersikap sangat sopan, nyaris terlihat tunduk saat menyapa Liam Lancaster. Ia tahu betul posisinya sedang di ujung tanduk karena bukti CCTV yang dipegang Darian bisa menghancurkan reputasi keluarganya dalam semalam. ​"Liam, Jasmine... selamat atas pertambahan usiamu. Pesta ini sungguh luar biasa," Alexander menjabat tangan Liam dengan hormat yang berlebihan. ​"Terima kasih, Alexander. Senang kau bisa hadir," jawab Liam singkat, nada suaranya netral namun tetap memberikan jarak yang tegas. ​Amelia Kate mendekati Sofia Jasmine, berbincang basa-basi tentang perhiasan sambil menyerahkan kado mewahnya. Sementara itu, Grace be

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 89: Pesta Ultah Jasmine.

    ​Malam itu, Lancaster Manor berdiri megah di bawah rembulan, menyerupai istana kuno yang dibangun kembali dengan kemewahan modern. Tanpa sorotan kamera media, suasana pesta ulang tahun Sofia Jasmine terasa lebih eksklusif dan intim, sebuah pertemuan puncak bagi para penguasa ekonomi dan sosial. ​Deretan mobil mewah, dari Rolls-Royce, Maybach hingga Bentley, berbaris rapi di halaman luas, menurunkan tamu-tamu yang mengenakan pakaian bernilai miliaran rupiah. Di dalam ballroom utama, lampu gantung kristal raksasa membiaskan cahaya keemasan yang menari-nari di atas lantai marmer yang mengkilap, memantulkan bayangan para bangsawan modern yang sedang bercengkerama dengan gelas champagne di tangan. ​Darian Lancaster melangkah masuk, dan seketika itu juga, gravitasi ruangan seolah berpindah padanya. Ia mengenakan setelan jas custom-made berwarna arang gelap yang membungkus tubuh atletisnya dengan sempurna. Kemeja putih bersih dan dasi sutra biru dongker yang ia kenakan memberikan kesan din

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 88: Suara itu...

    Amara tersentak kecil, rasa kantuknya menguap seketika. Ia baru teringat, di tengah kekacauan empat hari ini, ia benar-benar memutus kontak dengan dunia luar, termasuk dengan wanita tua yang sudah ia anggap seperti neneknya sendiri itu. Dengan tangan yang masih sedikit gemetar, Amara meraih ponsel tersebut.​Maya dan Marco serentak menoleh, memperhatikan perubahan raut wajah Amara.​"Ya, Nenek Martha..." bisik Amara lembut. "Maafkan saya, Nek. Saya baru bisa mengangkat telepon."​"Amara, Sayang? Ke mana saja kau, Nak? Nenek menunggumu sejak tadi," suara Nenek Martha terdengar penuh kecemasan sekaligus kerinduan. "Kau tahu kan, hari ini perayaan ulang tahun menantu Nenek? Nenek sangat berharap kau bisa datang agar Nenek bisa mengenalkanmu pada keluarga Nenek."​Amara memejamkan mata, hatinya perih. Ia teringat janji kecilnya untuk menemani wanita tua itu. "Nenek, maafkan saya... saya benar-benar minta maaf. Saya tidak bisa datang ke ulang tahun menantu Nenek. Ada... ada hal mendadak ya

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status