Share

Bab 29

Author: Runayanti
last update Last Updated: 2025-07-31 09:08:55

Di kamar Alfie, suasana jauh berbeda. Lampu redup menyinari ruangan yang kini hanya berisi suara alat pemantau detak jantung dan desiran lembut AC. Alfie duduk bersandar dengan selimut menutupi separuh tubuhnya.

“Mau makan, Nak?” tanya Deon sambil membuka bungkusan makanan yang dibeli Chayo tadi.

“Di mana Mommy?” tanya Alfie lirih, matanya menatap langsung ke arah ayahnya.

Deon terdiam. Ia memindahkan nasi ke mangkuk kecil, pura-pura sibuk.

“Mommy masih istirahat. Kamu jangan terlalu banyak mikir, oke? Ayo makan dulu,” jawabnya dengan senyum tipis yang gagal menyembunyikan keresahan di balik matanya.

Sepanjang makan, Alfie tak berhenti menatap pintu kamar. Sesekali menghela napas kecil, lalu menyuapkan makanan perlahan tanpa selera.

Deon berusaha tenang, menjawab pertanyaan seadanya sambil memaksakan diri tersenyum. Tapi pikirannya kacau. Tubuhnya lelah, pikiran lebih lelah lagi.

Begitu makan malam

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rina Damayanti
Deon ingin memperbaiki yang salah tapi ular didekatnya lebih licik.....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 163

    Bella mengeluh tubuhnya sangat sakit, wajahnya dibuat semanis mungkin, seolah sedang menahan rasa tidak nyaman.“Deon…” suaranya melengking manja, “…tolong pijitin aku ya, badanku benar-benar pegal. Kamu kan paling tahu bagian mana yang harus ditekan.”Deon yang duduk di samping sofa hanya menoleh sekilas. Tangannya masih mengusap kepala Alfie yang bersandar di pangkuannya. Anak itu tampak tenang, tak bersuara, hanya memeluk pinggang ayahnya erat-erat, seakan mencari perlindungan tanpa berkata apa-apa.Melihat diamnya laki-laki itu, Bella cemberut dan masih berusaha, "Deon, tanganku dibungkus perban dan kaki juga patah, aku tidak mungkin menyuruh tukang kusuk untuk memijit tubuhku yang terasa remuk ini."Deon mengembuskan napasnya lalu melangkah dengan malas menuju ke ranjang. Memijit bahu Bella perlahan.Di sudut ruangan, Kakek Robert duduk di sofa panjang, sejak tadi menyaksikan semuanya dan han

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 162

    Dokter Afgan masuk dengan stelan jas rapi. Wibawanya langsung menguasai ruangan, langkahnya mantap seolah setiap lantai yang ia injak tunduk pada kehadirannya. Matanya menatap lurus ke arah Jannah atau lebih tepatnya, ke perut Jannah.“Anakku,” ulangnya lagi dengan nada penuh kepastian. “Kau tidak akan menyangkalnya, Jannah.”Deon berdiri dari kursinya, wajahnya memucat bercampur amarah. “Apa maksudmu?” suaranya berat, hampir seperti geraman. "Bagaimana kau bisa masuk?"Dokter Afgan tersenyum tipis, meski sorot matanya tajam. “Maksudku jelas. Anak itu… darah dagingku.”Jannah tercekat, tubuhnya bergetar hebat. Ia tak pernah bisa kembali bertemu dengan Afgan dengan cara seperti ini.“Diam!” Deon melangkah maju, berdiri tepat di hadapan Dokter Afgan. “Jangan main-main di depanku. Anak itu Jannah kandung dari rahimnya sebagai istriku. Kau tidak berhak mengaku seenaknya!”

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 161

    Jannah menunduk, wajahnya kaku. Ia mencoba menarik napas panjang, tapi dadanya terasa sesak. Seolah-olah dinding kamar menyempit, menekan tubuhnya tanpa ampun.“Baiklah, sudah selesai. Infusnya sudah lancar. Tensi Nyonya juga bagus. Detak janin juga normal. Perban di wajah sudah diganti. Nyonya istirahat saja, jangan banyak pikiran.” Perawat itu menepuk pelan punggung tangan Jannah sebelum keluar, meninggalkan kamar sementara satu perawat lainnya masih membersihkan sisa perban yang dibuka tadi."Jangan terlalu dipikirkan apa kata orang. Mereka tidak mengalami apa yang Nyonya alami saat ini. Saya bisa mengerti, semua itu tidak mudah. Nyonya pasti sudah pergi bila tidak memikirkan situasi tanpa pendapatan tetap. Bagaimana wanita bisa bertahan hidup, bukan? Oh ya, sarapan akan diantar sebentar lagi, permisi," ucap perawat yang terakhir pergi seraya memberikan senyum dengan ramah dan menepuk kecil bahu Jannah seolah-olah sedang memberi kekuatan.Begitu p

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 160

    Deon menarik napas panjang, dadanya sesak mendengar kata-kata itu. Ada sesuatu yang ingin ia jawab, tapi lidahnya kelu. Ia hanya bisa mengusap tangan Bella lebih erat, seolah jawaban itu tersimpan dalam genggamannya.Keheningan di ruang rawat itu begitu menekan. Deon tetap diam, matanya menatap Bella tanpa sepatah kata pun. Hanya genggamannya yang terasa hangat, tapi tak ada jawaban atas pengakuan cinta yang keluar dari bibir Bella.Air mata Bella mengalir semakin deras. Rasa sakit di tubuhnya seakan tak sebanding dengan perih di hatinya karena keheningan Deon. Dengan tenaga yang tersisa, ia mencoba mendorong selimut dan menggerakkan tubuhnya turun dari ranjang.“Aku tahu… aku tahu kau tidak menginginkanku… tapi aku tidak peduli! Aku lebih baik mati daripada tidak ada di sisimu!” suaranya parau, penuh kepanikan."Kumohon, jangan lagi kau selamatkan diriku!"Deon segera berdiri dan menahan tubuh Bella yang gemetar. “B

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 159

    Tangannya meremas pelan jemari Alfie yang terkulai, lalu menatap pintu operasi dengan mata merah. Di balik sana, Bella masih berjuang. Di dalam dirinya, Jannah masih menunggu. Dan di pangkuannya kini, Alfie tertidur dengan hati yang porak-poranda.Deon menghela napas panjang. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa benar-benar tidak tahu harus melangkah ke arah mana.Dia bahkan jijik melihat kondisnya yang tergantung di tengah-tengah dua wanita."Apa artinya cinta bila tidak bisa saling memiliki?" Deon tertawa saat menanyakan kepada dirinya sendiri.Tiba-tiba, lampu merah di atas pintu operasi akhirnya padam. Pintu berayun terbuka, seorang dokter keluar dengan wajah letih namun tenang.“Operasi berjalan lancar. Tidak ada pendarahan serius di kepala. Namun… tulang kaki dan tangannya harus dipasang pen, jadi proses pemulihan akan memakan waktu cukup lama. Untuk saat ini, pasien masih dalam pengaruh bius. Nanti jika sudah sadar, k

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 158

    Mereka diam, seolah sedang menunggu Kenzi bangkit untuk melanjutkan pertandingan, namun akhirnya mereka kecewa saat wasit menyatakan 'selesai'.Vincent berdiri goyah, hampir jatuh, tubuhnya sendiri sudah penuh luka. Ia bisa merasakan setiap bagian tubuhnya berteriak kesakitan, bahu yang patah membuat lengannya nyaris lumpuh. Lutut yang sudah tidak utuh lagi susunan tulangnya membuat dia tidak mampu berdiri tegak. Tapi tatapannya tetap tegak, mengarah pada Kenzi yang tidak lagi bangun. Bersiap untuk melayangkan tendangan mematikan lainnya bila pria itu berhasil bangkit lagi.Penonton menahan napas. Beberapa diplomat di tribun bahkan berdiri, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan. Ayah Vincent dan perdana menteri Jepang menyaksikan semuanya tanpa mampu berkata banyak.Kenzi membuka mulut, terdengar suara lirih seperti rintihan, namun matanya tetap terpejam. Ia tidak sanggup bangkit lagi. Dari dalam tubuhnya, ia bisa merasakan tulang-tulang patah,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status