Saat Vanessa merayakan ulang tahun, Edward meminta Dani dan yang lainnya ikut dalam perayaan itu. Kali ini pun, Dani dan yang lainnya juga datang menyaksikan debut pertama Vanessa.Berdasarkan kabar yang beredar, hubungan antara Vanessa dan teman-teman Edward, seperti Dani, sangatlah dekat.Saking dekatnya, saat Edward tak ada sekalipun, mereka akan meminta Vanessa datang untuk sekadar berkumpul.Dani dan yang lainnya sudah menganggap Vanessa seperti bagian mereka sendiri.Mungkin karena hal itu, selama dua tahun ini, sikap Dani dan yang lainnya pada Clara semakin dingin.Dulu, Clara juga sempat berusaha menjalin hubungan baik dengan mereka. Namun mereka meremehkannya.Mereka tidak pernah memberinya kesempatan.Sikap mereka selalu saja dingin terhadapnya.Di sisi lain, Clara masih memiliki harga diri. Karena mereka berlagak begitu, untuk apa dirinya memaksakan.Namun, dalam situasi tertentu, dia tetap menyapa dengan sopan. Yah, meski sering diabaikan dan dibenci.Kali ini, Clara tak l
Jarum jam hampir menyentuh angka satu dini hari saat Edward tiba di rumah selepas merayakan kemenangan Vanessa bersama yang lainnya.“Selarut ini baru pulang, Pak Edward?” ucap pelayan saat melihat kedatangan Edward yang tengah menggendong Elsa.Edward hanya menjawabnya dengan bergumam.Kemudian dia melangkah ke kamar putrinya dan membaringkannya di atas tempat tidur.Selesai mengurus putrinya, dia beranjak ke kamarnya. Sesampainya di kamar, dia nyalakan lampu dan menyadari tak ada Clara di sana. “Malam ini dia nggak pulang?” tanyanya pada pelayan.“Bu Clara? Tidak, Pak.”Edward terdiam, tampak keterkejutan melintas di wajahnya.Belakangan ini, Clara jarang sekali pulang ke rumahBegitu sering menginap di luar, ini jarang terjadi sebelumnya.Apa sesuatu terjadi pada Keluarga Hermosa?Keesokan paginya.Bermain bersama Vanessa beberapa hari ini membuat Elsa gembira.Saat terbangun di pagi hari, kepuasan yang membalut senyum manis terpancar di wajahnya. Dalam suasana hati yang seperti itu
Pagi itu, rapat penting telah dijadwalkan.Edward juga akan hadir dalam rapat itu.Sesampainya di ruang rapat, Clara dan yang lainnya pun duduk menunggu kedatangan Edward. Sepuluh menit kemudian, barulah Edward muncul menampakkan batang hidungnya.Hilda menarik napas panjang saat kemunculan Edward di ruangan. Kedua matanya berbinar, tak mampu mengalihkan pandangan dari sosok pria itu.Tak lama kemudian, rapat pun dimulai, barulah Hilda tersadar dari lamunannya. Dia menarik lengan baju Clara, lalu berkata, “Pak Edward ganteng banget!”Clara hanya melirik sekilas saat Edward masuk ke dalam ruangan.Mendengar ucapan Hilda, Clara hanya bergumam tanpa menengadahkan kepalanya.Hilda tentu sangat terkejut ketika melihat Clara tidak tertarik pada Edward. Namun, dia langsung teringat kalau Clara sudah menikah dan punya anak. Dia pun merasa wajar.Selama rapat berlangsung, jantungnya berdebar kencang. Pandangannya terus melayang ke arah Edward. Dia sama sekali tidak memperhatikan isi rapat.Seme
Tepat pada saat ini, Farel kebetulan berada di ruang pantry kantor. Mendengar percakapan yang terjadi, dia tertegun sejenak.Selama ini, baik dia maupun Rio merasa kalau Clara tidak akan pernah rela meninggalkan perusahaan.Mereka juga yakin Clara akan mencari kesempatan untuk tetap bertahan, apa pun yang terjadi.Kemarin, saat Hilda yang akan menggantikan Clara tiba di perusahaan, mereka mengira Clara akan mengambil langkah antisipasi.Bagaimanapun, Hilda memiliki paras yang cantik. Clara mana mungkin akan membiarkan wanita seperti itu berada di sisi Edward.Namun, dalam dua hari terakhir, Clara bukan hanya menerima kehadiran Hilda, tapi juga mulai akrab dengannya. Bahkan sekarang, dia berniat mengajari Hilda bagaimana cara membuat kopi yang sesuai dengan selera Edward?Ini …Sebenarnya apa yang terjadi?Clara tentu tidak menyadari kebingungan yang ada dalam benak Farel.Baginya, cukup menyelesaikan pekerjaan yang menjadi rutinitasnya selama ini. Dia juga menolak ajakan Hilda untuk m
Saat mendengarnya, reaksi orang-orang pun beragam.Selama beberapa tahun terakhir, memang ada rumor tentang Edward sudah menikah sejak beberapa tahun lalu. Namun, tak ada seorang pun yang tahu siapa istri Edward.Sementara itu, ada juga yang bilang kalau Edward belum menikah.Mereka tidak tahu kebenarannya dan tidak berani bertanya lebih lanjut.Jadi saat mendengar Edward membahas putrinya, mereka tampak terkejut.Namun, tidak ada yang berani bertanya lebih lanjut.…Selesai makan malam, Elsa masih terduduk menunggu kepulangan Clara.Waktu terus berjalan hingga lewat pukul sembilan. Elsa pun sudah selesai mandi, tapi Clara masih tak kunjung pulang.Dia tak hentinya memperhatikan pergerakan di luar.Waktu sudah lewat pukul sepuluh malam. Saat terdengar suara deru mesin mobil di luar, mata Elsa berbinar. Dia segera berlari menuruni tangga dan berteriak, “Mama!”Suaranya yang ceria terhenti begitu melihat sosok Edward masuk ke dalam rumah.“Ayah?” ucapnya lirih.Edward menyerahkan manteln
Persis di detik ini, tiba-tiba ponsel Edward berdering.Clara lantas menoleh, pandangannya jatuh pada ponsel yang tergeletak di meja. Di layar, terpampang jelas sebuah nama “Sayang”.Clara mengira dirinya tidak akan peduli lagi.Namun, setelah mencintainya bertahun-tahun, dia tidak mudah melepaskannya.Nama “Sayang” sukses membuat hatinya sakit. Dia pun mengalihkan pandangannya.Sementara itu, Edward menangkap kesedihan yang tersembunyi di mata Clara. Namun, tanpa ragu sedikit pun, dia mengangkat telepon itu di depannya. “Ada apa?” ucap Edward lembut.Elsa tentu juga memperhatikan gelagat ayahnya. Dalam ingatannya, Edward hanya akan bersikap lembut jika berhadapan dengan Vanessa.Seakan lupa Clara sedang bersamanya, dia bertanya dengan gembira, “Ayah, itu Tante Vanessa?”“Ya,” jawab Edward datar.Elsa hendak berkata jika dirinya juga ingin berbicara dengan Tante Vanessa, tapi dia tersadar Clara sedang duduk bersamanya. Dia tahu ibunya tidak menyukai Vanessa. Jadi kata-kata yang ingin
“Kamu…”Clara mengulurkan tangannya seraya berkata, “Terima kasih atas bantuannya selama ini.”Farel masih belum tersadar, tapi tetap menjabat tangan Clara, lalu berkata, “Sama-sama.”Selesai membereskan barangnya di kantor, Clara pun pergi.Farel tidak percaya Clara akan benar-benar pergi.“Ngapain bengong?” seru Rio sambil menepuk Pundak Farel.“Clara resmi keluar dari perusahaan.”“Benaran?” ucap Rio tak percaya.Clara benar-benar rela meninggalkan perusahaan? Kenapa ini terasa tidak nyata?Rio lantas mencibir, berkata, “Sekarang dia memang pergi, tapi bukan berarti dia nggak bisa kembali lagi. Kita lihat aja, nggak butuh waktu lama, kok. Nenek Keluarga Anggasta pasti akan membantunya kembali.”Farel terdiam tak membalas ucapan Rio.Meski agak tidak percaya, sikap Clara belakangan ini membuat Farel merasa kalau wanita itu benar-benar serius.Setelah meninggalkan Group Anggasta, Clara langsung pulang ke rumahnya.Selama dua hari berikutnya, dia tidak mendapatkan telepon dari Elsa. Ya
Keesokan harinya.Setelah demam Raisa benar-benar reda, barulah Clara pulang.Gaun untuk menghadiri jamuan makan besok malam masih belum dia siapkan.Sore harinya, dia menyempatkan keluar rumah.Sesampainya di butik mewah, terlihat beberapa pegawai butik, termasuk manajer butik sedang sibuk mengurus sebuah gaun.Sampai-sampai saat Clara melangkah masuk untuk mendekat, barulah mereka menyadari kedatangan Clara.“Permisi, Kak. Ada yang bisa kami bantu?” tanya pegawai butik.“Aku mau lihat-lihat dulu.”“Baik, silakan, Kak.”Meski menjadi menantu Keluarga Anggasta, Clara selama ini sangat jarang menghadiri jamuan mewah.Bagaimanapun, setiap kali menghadiri acara formal seperti itu, Edward dan Sinta tidak pernah mengajaknya.Sementara nenek Keluarga Anggasta, setelah bertahun-tahun pensiun, nenek tak lagi peduli pada lingkaran sosial semacam itu.Clara tidak terlalu paham soal gaun mewah. Hanya saja, sahabat dekatnya, Raisa, adalah seorang desainer busana kelas atas. Karena sering bersama,
Dalam kasus itu, Elsa kemungkinan besar akan melewati tahun baru di Keluarga Anggasta.Nenek Hermosa di dalam hatinya enggan berpisah dengan Elsa, dan juga merasa sedih untuk Clara.Hati Clara merasa tenang, lalu dia menghibur Nenek Hermosa dengan berkata, "Nenek, aku baik-baik saja, yang penting Elsa bahagia."Tetapi Nenek Hermosa mengira dia memaksakan senyumnya hanya karena tidak ingin membuatnya khawatir.Nenek Hermosa menghela napas dan tidak menyebutkannya lagi.Setelah sarapan, Clara, Arini dan Nenek Hermosa pergi membeli barang-barang untuk perayaan Tahun Baru Imlek.Jalan-jalan di pusat perbelanjaan dihiasi dengan lampu-lampu dan lagu-lagu Tahun Baru yang familiar dan terdengar di mana-mana, menciptakan suasana Tahun Baru yang meriah.Mengenai barang-barang perayaan, Bibi Arini dan yang lainnya sebenarnya sudah membeli beberapa.Mereka sudah punya banyak barang di rumah, dan hari itu hanya untuk memeriksa dan melengkapi kekurangannya.Anak-anak sudah terlihat di jalan mengenak
Pesta koktail Morti Group diadakan tiga hari setelah pesta koktail perusahaan Dani.Malam itu, Dani tiba cukup awal.Mungkin karena Vanessa, Edward, Doni dan yang lainnya tidak hadir, jadi tidak ada hal besar yang terjadi di pesta koktail Morti Group.Ada cukup banyak tamu malam itu.Clara dan Dylan sangat sibuk dan tidak punya banyak energi untuk memberi perhatian khusus pada Dani.Di tengah pesta koktail, mereka melihat Dani mengobrol dengan Bagas, dan kemudian mereka tiba-tiba menyadari Dani tidak pergi lebih awal.Padahal, pesta koktail Keluarga Gori juga diadakan malam itu.Mereka semua mengira Dani datang begitu awal karena dia berencana untuk pergi di tengah acara dan menghadiri pesta koktail Keluarga Gori.Tidak disangka...Dylan merasa sangat puas dan tidak dapat menahan diri untuk berkata, "Apa artinya menghargai kerja sama dengan Morti Group? Lihat, ini adalah contohnya. Kalau Doni itu... Ckck, aku bahkan nggak minat membicarakannya."Clara juga sedikit terkejut.Karena Dani
Doni berkata dengan tenang, "Apa yang kalian berdua bicarakan?"Edward tersenyum lebar, "Kami belum sempat bicara."Doni mendengarkan dan belum sempat mengatakan apa pun, Clara bahkan tidak ingin menyapanya. Dia malah berjalan melewatinya dan pergi.Doni menatapnya, lalu mengalihkan pandangannya dan mendapati Edward sedang memegang dua minuman di tangannya, "Apa ini?"Edward berkata, "Ini minuman yang disiapkan secara khusus. Apa Anda mau mencobanya, Pak Doni?"Doni berpikir sejenak, "Cangkir satunya untuk Bu Vanessa?""Betul."Doni hendak berbicara ketika Edward tiba-tiba berkata, "Saya pergi dulu. Pak Doni, silakan dilanjutkan."Doni mengerutkan kening dan melihat ke arahnya pergi, dan mendapati bahwa Vanessa dan Dylan sedang berdiri bersama, dan Clara berjalan ke arah mereka.Doni tercengang.Edward terburu-buru pergi ke sana karena dia takut Vanessa akan diganggu oleh Clara dan Dylan, bukan?Memikirkan hal itu, Doni mengerutkan kening dan langsung berjalan ke sana.Vanessa sebenarn
Melihat Edward dan Vanessa, mata Dani tertuju kembali pada Clara.Melihat ekspresi Clara yang tidak berubah sama sekali saat melihat mereka berdua, dia menundukkan kepalanya, tersenyum ringan, dan berkata, "Aku akan ke sana sebentar."Clara dan Dylan mengangguk.Dani baru saja mengobrol beberapa patah kata dengan Edward dan Vanessa ketika Doni tiba.Saat melihat Vanessa, Doni tanpa sadar berjalan ke arahnya.Vanessa melihatnya dan tersenyum, "Pak Doni.""Bu Vanessa."Doni akhir-akhir ini sangat sibuk dan dia sudah lama tidak bertemu dengan Vanessa. Ketika dia melihatnya sekarang, sekilas keterkejutan kembali terpancar di pandangannya. Dia menatapnya lagi beberapa kali sebelum menyapa Dani dan Edward.Morti Group sekarang menjadi mitra yang sangat penting bagi Wijaya Group.Setelah mengobrol sebentar dengan Dani, Doni pergi ke Dylan dan berinisiatif untuk menyapanya.Setelah menyapa Dylan, dia menyapa Clara dengan acuh tak acuh, "Bu Clara."Clara tersenyum namun tidak berkata apa-apa.U
Vanessa melihatnya dan tidak peduli.Dani melunakkan sikapnya terhadap Clara hanya karena kerja samanya dengan Morti Group.Gading dan Vanessa memiliki pemikiran yang sama.Itu adalah ketiga kalinya Andrew melihat Clara.Dia berkata, "Jadi wanita itu adalah pacar Kak Dani?""Uhuk!" Gading hampir tersedak sendiri saat mendengar hal itu, "Pacar apa? Mereka nggak punya hubungan apa-apa, jangan bicara sembarangan."Andrew baru saja tiba di ibu kota dan tidak tahu banyak hal.Gading dan Vanessa sama-sama berpikir itu karena dia melihat Clara yang cantik, dan berdampingan dengan Dani, jadi dia pun menebak Clara adalah pacarnya Dani."Oke."Setelah Dani melihat wanita itu, perhatiannya selalu tertuju padanya.Jadi, Andrew pikir mereka berpacaran.Akan tetapi, meskipun mereka sekarang bukan pacar, Dani sepertinya memang menyukai wanita itu, bukan?Dani telah menyadari tatapan Vanessa dan Gading yang sedang memperhatikannya.Melihat rapat akan segera dimulai, dia pamit pada Clara dan hendak per
Andrew berkata, "Semua orang tampaknya sangat menghormati kakakku."Karyawan yang mengantarnya masuk tersenyum dan berkata, "Tentu saja. Bu Vanessa sangat cakap dan semua orang di tim kami sangat menyukainya."Apalagi, karena hubungan antara Bu Vanessa dan Pak Edward, kesejahteraan harian tim mereka juga sangat terjamin.Tentu saja, dia tidak mengatakan bagian yang itu.Mendengar orang lain memuji kakaknya, Andrew tersenyum gembira dan merasa bangga.Namun, dia tidak berniat untuk mengganggu pekerjaan Vanessa.Dia berkata, "Bawa aku ke tempat lain saja.""Baik."Andrew dan karyawan itu berjalan keluar, lalu bertemu dengan Dani yang baru masuk.Karyawan yang mengantar Andrew buru-buru menyapa Dani, "Pak Dani."Dani mengangguk dan melirik Andrew di sampingnya. Dia melihat Andrew memiliki wajah yang agak kekanak-kanakan dan cara berpakaiannya tipikal pelajar pada umumnya. Dia tidak tampak seperti seorang karyawan. Dia langsung bisa menebak identitas Andrew.Tetapi dia tidak mengatakan apa
Pembicaraan kerja sama dengan Pak Markus berjalan sangat lancar.Dua hari kemudian, kedua pihak menandatangani kontrak, dan Pak Markus sudah punya rencana lain, jadi dia meninggalkan kantor Morti Group.Setelah seharian kelelahan, Clara dan Dylan kembali ke ruang konferensi dan minum beberapa minuman hangat. Tepat saat mereka sedang beristirahat, Sarah datang dan meletakkan setumpuk tebal undangan di hadapan mereka sambil berkata, "Ini semua undangan ke pesta koktail akhir tahun yang kita terima dalam beberapa hari terakhir."Setidaknya ada tiga puluh undangan di sini.Undangan yang dikirim oleh Doni, Dani, Anggasta Group dan X-Tech juga ada di antaranya.Clara dan Dylan melihat dan menemukan Keluarga Gori juga telah mengirim undangan.Pada undangan yang mereka kirim, selain Dylan, nama Clara juga tertulis di sana.Dylan duduk di depan meja konferensi, memegang undangan yang dikirim oleh Keluarga Gori dan tersenyum, "Tampaknya perusahaan kita cukup menarik."Dibandingkan perusahaan mer
Namun, Ervan dan yang lainnya sudah berbalik dan naik ke lantai atas, dan tidak melihat Dylan yang baru saja keluar dari mobil.Dylan menarik kembali pandangannya dan bergegas menghampiri Pak Markus.Setelah memberi salam kepada Pak Markus, mereka hendak naik ketika Edward tiba.Begitu dia turun dari mobil, Pak Markus melihatnya dan berkata dengan heran, "Pak Edward!"Edward melihat Clara dan Dylan, ekspresinya tidak berubah, dan dia menjabat tangan Pak Markus yang berjalan ke arahnya sambil tersenyum tipis, "Kapan Pak Markus sampai ke ibu kota?""Baru saja sampai." Pak Markus berkata sambil tersenyum, "Pak Edward terakhir kali bilang kita bisa makan malam bersama saat senggang. Kapan Pak Edward punya waktu? Bagaimana kalau malam ini..."Edward berkata, "Saya sibuk hari ini, bagaimana kalau lusa?""Oke, kalau begitu lusa."Melihat Edward dan Pak Markus mengobrol, Dylan mengerutkan bibirnya dan berbisik, "Baru setengah bulan merasa tenang, aku nggak sangka ketemu mereka lagi hari ini."
Tepat saat dia hendak maju untuk menyambut tamunya, dia melihat sosok yang dikenalnya muncul di belakang orang itu.Ketika melihat Ervan, ekspresi Clara tetap tidak berubah.Ervan tidak melihatnya, namun seorang anak laki-laki berusia sekitar delapan belas tahun di sampingnya melambaikan tangan dengan gembira ke arah seberang pintu keluar, "Mama, Kakak, ayah dan aku ada di sini!"Mendengar perkataan anak laki-laki itu, Clara tiba-tiba berhenti dan menyadari siapa dia.Saat menoleh untuk melihat, dia melihat Rita dan Vanessa seperti yang diduga.Rita dan Vanessa tersenyum, Andrew Gori berlari ke arah mereka dengan antusias.Pada saat itu, Markus Solari, mitra Morti Group, datang sambil tersenyum dan menyapanya terlebih dahulu, "Bu Clara."Clara mengendurkan kedua telapak tangannya yang terkepal, mengalihkan pandangannya, tersenyum dan menjabat tangan pria itu, "Pak Markus."Pada saat itu, Rita, Ervan dan yang lainnya akhirnya melihat Clara.Ervan mengerutkan kening.Senyum Rita sedikit