Pada hari Kamis, Clara tidak menemani Elsa mengikuti kompetisi di provinsi lain. Elsa tidak marah, tetapi hanya memohon padanya untuk menemaninya jalan-jalan setelah dia selesai berkompetisi.Tak dapat menolak permohonannya, Clara pun akhirnya setuju.Dia sibuk bekerja selama dua atau tiga hari terakhir dan belum sempat menjenguk Nenek Anggasta di rumah sakit.Pada Jumat pagi, Clara pergi ke rumah sakit.Di lantai bawah, dia melihat Vanessa, kepalanya diperban, dan sedang turun untuk berjalan-jalan.Dia sedang berbicara di telepon, "Tante sudah jauh lebih baik. Elsa, fokus saja pada kompetisinya. Jangan khawatirkan Tante."Setelah selesai berbicara, dia mendongak dan melihat Clara, lalu mengalihkan pandangannya dengan dingin.Clara tidak tahu apa yang dikatakan di ujung telepon, tetapi dia melanjutkan, "Setelah hasilnya keluar, langsung kabari Tante ya. Haha, tentu saja. Tante akan dekat-dekat dengan ponsel, jadi kalau Elsa menelepon, pasti langsung tahu. Sudah hampir waktunya berkumpu
Mendengar perkataan Diana, Clara akhirnya mengerti bahwa kepergian Edward yang terburu-buru kemarin adalah karena Vanessa.Dia sudah tahu sejak lama, dan sudah terbiasa bahwa Edward sangat peduli terhadap Vanessa.Dia juga tahu Diana sengaja mengatakan hal itu kepadanya.Dia pun berjalan melewati Diana dan yang lainnya dengan wajah tanpa ekspresi dan memasuki lift terlebih dahulu.Saat melihat lantai yang ditekan Clara, Diana dan Nenek Sanjaya menyadari bahwa Clara pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Nenek Anggasta.Mereka semua tahu Nenek Anggasta sedang sakit.Meskipun mereka tidak berkesempatan untuk menjenguk Nenek Anggasta secara langsung, mereka tahu dia juga dirawat di rumah sakit yang sama.Namun, mereka tidak tahu persis di mana kamar pasien tempat Nenek Anggasta dirawat. Sehingga, mereka secara diam-diam meminta seseorang untuk mencari tahu tadi malam.Jadi, setelah melihat lantai yang dituju Clara, Diana dan yang lainnya langsung mengerti bahwa Clara akan pergi ke rumah sak
Edward berkata tanpa ragu, "Hubungi mereka dan beri tahu kalau kita akan ke sana besok."Farel ingin mengatakan sesuatu, tetapi melihat tatapan Edward sudah kembali fokus ke Vanessa, dia pun mengurungkan niatnya.Dia mengangguk dan hendak keluar kamar pasien untuk menelepon ketika Edward sepertinya teringat sesuatu, lalu menoleh padanya dan berkata, "Suruh Rio mengurus dokumen-dokumen penting itu. Aku akan hubungi dia nanti untuk detailnya."Farel menjawab, "Baik, Pak."Farel keluar dan sesuai instruksi Edward, langsung menelepon Rio."Oke, mengerti." Rio tidak langsung menutup telepon setelah selesai bicara. Sebaliknya, dia tak bisa menahan diri untuk berkata, "Bos sepertinya semakin memperhatikan Clara akhir-akhir ini. Hari ini, kupikir sikap Pak Edward..."Farel mengerti maksudnya.Dia sebenarnya memikirkan hal yang sama dengan Rio.Tetapi sekarang, setelah melihat Edward begitu mengkhawatirkan Vanessa, dia menyadari bahwa dirinya sudah terlalu berpikir berlebihan. Sikap Edward ter
Pak Yovi dan yang lainnya bertukar pandang dengan bingung.Pada saat itu, mereka mulai menyadari bahwa Edward menghadiri jamuan makan ini memang ditujukan khusus untuk Clara.Ini...Namun, Edward sudah punya kekasih dan hubungan mereka baik-baik saja. Perasaannya terhadap Clara mungkin murni kekaguman, dan seharusnya tidak ada niat lain, kan?Clara dan Edward mengobrol cukup lama.Setelah selesai membahas bagian proposal yang diminati Edward, percakapan pun berhenti.Setelah itu, Edward dan Clara tidak berbicara lagi.Namun Rio, Farel, Pak Yovi, dan beberapa orang bermata tajam lainnya memperhatikan bahwa Edward sesekali melirik ke arah Clara...Saat makan bersama hampir selesai, ponsel Edward tiba-tiba berdering. Tidak ada yang tahu apa yang di katakan di ujung telepon, tetapi ekspresi Edward tiba-tiba berubah. Setelah menutup telepon, dia berkata kepada Clara dan yang lainnya, "Bu Clara dan semuanya, maaf, saya ada urusan mendesak, jadi harus pergi dulu. Sampai jumpa lagi."Karena d
Seperti kata orang, jangan menyinggung orang yang sedang senang.Dalam situasi ini, Dylan dan Clara hanya bisa ikut berjabat tangan dengan sopan kepada Edward.Setelah menyapa Edward dan rombongannya, Dylan menerima telepon.Ada urusan mendesak di perusahaan yang mengharuskannya segera kembali.Setelah Dylan menyapa Edward dan Pak Yovi, Clara melihat ekspresinya dan merasa sedikit khawatir. Dia merendahkan suaranya dan bertanya, "Ada apa?"Dylan menepuk bahunya untuk menenangkan, mencondongkan tubuh lebih dekat, dan berbisik, "Jangan khawatir, aku bisa mengatasinya."Mendengar kata-kata Dylan, Clara merasa lega.Orang-orang di sana, memperhatikan bisikan mereka yang penuh perhatian dan mesra, tak kuasa menahan diri untuk mendesah dalam hati melihat kedekatan mereka.Rio dan Farel memperhatikan, dan tatapan mata mereka serentak langsung tertuju pada Edward.Meskipun yang lain tidak tahu, mereka sangat menyadari Edward ada di sana karena Clara. Namun, ketika mereka menoleh, mereka tidak
Pada hari Senin, Clara pergi ke Anggasata Group untuk rapat.Edward juga harus menghadiri rapat penting, jadi kali ini, dia tidak turun untuk mengikuti rapat Clara secara langsung.Namun setelah rapat, Rio dan Farel mendengar Edward bertanya, "Apakah rapat di lantai bawah sudah selesai? Apa solusi untuk lanjutan materinya sudah diserahkan? Kalau sudah, tolong bawa ke sini, aku mau melihatnya."Sebelumnya, Rio dan Farel juga mengetahui Edward pernah ikut turun untuk menghadiri rapat Clara.Mendengar pertanyaan Edward, mereka berdua saling bertukar pandang, lalu melihat tumpukan dokumen di depan Edward.Edward akan melakukan dinas besok, dan dia harus mengurus semua dokumen di mejanya hari ini. Sebaliknya, materi rapat Clara hari ini baru akan diimplementasikan secara resmi bulan depan, dan solusinya masih berupa konsep awal. Edward bisa saja menunggu hingga dia kembali dari dinasnya untuk menangani hal itu. Namun karena Edward telah berkata demikian, Farel kembali ke ruangannya, mengam