Share

Bab 7

Author: Elenor
Dua rekan kerja di samping Clara terlihat mundur hingga ke dinding sambil melirik Vanessa.

Vanessa juga menatap ke arah Clara.

Namun kemudian, dia mengalihkan pandangannya dengan dingin. Dia menganggap Clara hanya sebagai angin lalu. Dia pun memasuki lift dengan masih ditemani para eksekutif.

Begitu pintu lift tertutup, dua rekan kerja Clara menghela napas lega. Mereka mulai bergosip dengan penuh semangat.

“Harusnya cewek barusan itu pacar Pak Edward, ‘kan? Astaga, cantik banget, yang dipakai barang bermerek semua, pasti mahal, tuh! Wajar sih anak ‘horang’ kaya. Auranya beda sama kita-kita, sikapnya juga tenang dan percaya diri.”

“Ya, aku juga merasa seperti itu!”

Sambil berbincang-bincang, mereka bertanya lembut pada Clara, “Clar, gimana menurutmu?”

“Ya,” ucapnya singkat dan datar sembari menundukkan pandangannya.

Vanessa sebenarnya adalah anak haram dari ayah Clara.

Menyebut Vanessa sebagai anak haram mungkin kurang pas.

Bagaimanapun, saat Clara berusia delapan tahun, ayah bersikeras menceraikan ibunya dan menikahi ibu Vanessa. Itu dilakukan ayahnya agar ibu Vanessa tidak menderita lagi.

Setelah orang tuanya bercerai, dia bersama ibunya yang depresi tinggal bersama nenek dan paman dari pihak ibu.

Selama bertahun-tahun, bisnis paman semakin terpuruk, sedangkan bisnis Keluarga Gori berkembang pesat tiap harinya.

Dengar-dengar, ayah selalu memberikan yang terbaik untuk Vanessa. Entah berapa banyak uang yang dihabiskan untuk merawat Vanessa. Semua itu ayah lakukan untuk menebus penderitaan yang Vanessa alami sewaktu kecil.

Vanessa sendiri bisa memenuhi harapan. Berdasarkan kabar yang beredar, dia menjadi sosok wanita yang luar biasa.

Vanessa yang mulanya adalah anak haram, kini menjadi putri sah keluarga kaya.

Setelah lebih dari sepuluh tahun berlalu, aura yang dimiliki Vanessa sebagai putri dari keluarga kaya semakin kuat, bahkan lebih kuat dari dirinya yang dulu adalah putri asli keluarga kaya.

Clara awalnya mengira mereka tidak akan pernah berhubungan lagi satu sama lain.

Namun takdir berkata lain. Tuhan seperti lebih sayang pada Vanessa.

Hubungan antara Clara dan Edward bagaikan pungguk merindukan bulan. Tidak peduli seberapa keras dia berusaha, Edward tidak pernah memperhatikannya. Namun, saat pertama kali melihat Vanessa, Edward langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

“Clara, kamu nggak apa-apa?” tanya rekan kerja dengan khawatir saat melihat wajah Clara memucat.

Clara pun tersadar, lalu berkata, “Nggak apa-apa, kok.”

Dia dan Edward akan segera bercerai. Entah siapa yang nanti akan Edward cintai, dia tak lagi memedulikannya.

Pada hari itu, Clara tidak lagi memperhatikan apa yang terjadi antara Edward dan Vanessa.

Clara bekerja lembur hingga waktu mendekati pukul sembilan malam. Saat pekerjaannya hampir selesai, ponselnya berdering. Layar ponselnya muncul nama Raisa Geraldine, sahabatnya.

Clara mengangkat telepon dan diberitahu kalau Raisa sedang mabuk. Clara lantas diminta untuk menjemputnya di restoran dan membawanya pulang.

Clara buru-buru menyelesaikan dokumen terakhir lalu mengambil kunci mobil dan bergegas meninggalkan perusahaan.

Dua puluh menit kemudian, Clara tiba di restoran.

Begitu turun dari mobil dan hendak berjalan menuju pintu, terlihat seorang gadis kecil berjalan keluar dari tempat parkir di seberang.

Clara terdiam sejenak saat melihat wajah gadis kecil itu.

‘Elsa?’

‘Bukankah seharusnya Elsa sedang sekolah di Latvin? Kenapa malah… apa mungkin dia ikut pulang bersama Edward?’

Status dan jabatan Clara di perusahaan memang terbilang rendah. Dia tidak memiliki akses untuk mengecek dokumen penting dan rahasia perusahaan. Meski begitu, dia tahu Edward masih memerlukan waktu untuk menyelesaikan pengembangan pasar bisnisnya di Latvin.

Dia mengira kepulangan Edward hanya untuk sementara karena harus menangani beberapa urusan.

Dia tidak menyangka putri semata wayangnya juga ikut kembali ke Marola.

Clara tidak tahu pasti kapan mereka tiba. Namun, karena pagi tadi dirinya melihat Edward, besar kemungkinan kalau mereka sudah kembali sehari lalu.

Meski begitu, sampai detik ini Elsa masih belum menghubunginya sekadar untuk memberitahu kepulangan mereka.

Setelah memikirkannya, Clara mencengkeram erat tasnya. Dia memerhatikan gadis kecil yang melompat kegirangan di depannya. Dia diam-diam mengikutinya.

Setibanya di lobi restoran, terlihat Vanessa dan beberapa teman mereka muncul di ujung koridor.

Clara pun segera menghindar ke sisi lain. Kemudian, dia mendengar putrinya memanggil Vanessa dengan gembira. “Tante Vanessa!” panggil gadis kecil itu sambil berlari ke arah Vanessa dan memeluknya.

Clara duduk di sofa membelakangi merekam memanfaatkan tanaman hias dan sandaran kursi untuk menutupi tubuhnya.

“Loh, Elsa juga ikut pulang?” tanya Vanessa.

“Tante ‘kan pulang ke Marola, aku sama ayah nggak rela ditinggal gitu aja. Ayah langsung menyelesaikan pekerjaannya lebih awal dan membawaku pulang. Lagian, kami juga sengaja pulang sehari sebelum ulang tahun Tante, supaya nggak melewatkan ulang tahun Tante!” celoteh Elsa.

“Ini hadiah dariku dan juga ayah. Kalung ini kubuat sendiri bersama ayah. Selamat ulang tahun Tante Vanessa,” imbuh Elsa.

“Wah, ini buatan kalian sendiri? Pasti butuh waktu dan usaha membuatnya. Elsa memang hebat, Tante suka banget sama hadiahnya. Makasih Elsa!” jawab Vanessa.

“Syukurlah kalau Tante suka,” timpal Elsa.

Elsa kemudian memeluk Vanessa sembari bersikap manja, berkata, “Seminggu nggak ketemu Tante rasanya kangen banget. Untung aja masih bisa telepon Tante, kalau nggak, mana mungkin aku bisa bertahan di Latvin.”

“Aku juga kangen sama Elsa.”

Pada saat ini, terdengar suara langkah kaki datang mendekat.

Clara terdiam mematung.

Yaps, suara langkah kaki itu berasal dari Edward.

Meski tidak melihat sosok pria itu, Clara hafal betul dengan irama suara langkah kakinya.

Alasan kenapa Clara begitu yakin, karena selama tujuh tahun pernikahan, dia selalu menunggu kedatangan Edward tiap hari.

Irama langkah kaki Edward sama persis dengan wataknya, konstan, mantap dan tenang. Bahkan ketika berhadapan dengan anggota Keluarga Anggasta yang dekat dengannya, dia tetap tenang dan tampak acuh, seolah-olah dia akan tetap seperti itu meski langit runtuh sekalipun.

Awalnya Clara mengira tidak ada seorang pun atau tidak ada apa pun di dunia ini yang akan mengubah pikiran pria itu.

Namun dia salah.

Semenjak kemunculan Vanessa, semua berubah …

Belum sempat memikirkannya lebih jauh, lamunan Clara pun harus pecah saat mendengar suara Elsa.

“Ayah!” teriak Elsa.

Teman-teman yang ada di sana juga ikut menyapanya.

Edward hanya mengangguk, lalu berkata pada Vanessa, “Selamat ulang tahun.”

“Ya,” jawab Vanessa sambil tersenyum.

“Ayah, bukannya Ayah udah menyiapkan hadiah lain buat Tante Vanessa? Cepat kasih sekarang!” timpal Elsa.

Suasana tiba-tiba menjadi hening. Selanjutnya, salah satu teman Edward terkekeh seraya menundukkan kepala. Dia mencubit gemas pipi Elsa, berkata, “Itu hadiah yang ayahmu siapkan khusus untuk Tante Vanessa. Mungkin, ayahmu ingin memberikannya secara langsung pada tante. Kita nggak usah ikut campur ya, haha.”

Yang lain pun ikut tertawa.

Namun, Edward segera berkata, “Sudah Ayah kirim.”

“Hah? Kapan?” tanya Elsa lalu lanjut berkata, “Ayah diam-diam ketemu sama Tante Vanessa tanpa aku, huh!”

Teman-teman Edward lantas tertawa terbahak-bahak saat mendengarnya.

Tanpa sadar, Clara teringat akan kejadian di perusahaan pagi tadi saat Vanessa berkunjung ke Anggasta Group.

Bisa jadi saat itu Edward memberikan hadiahnya.

Vanessa tampak tersenyum canggung, lalu berkata, “Kita jangan lama-lama di sini, ayo naik ke atas.”

Suara langkah kaki mereka pun mulai menghilang.

Pikiran Clara seolah menjadi kosong.

Hatinya sakit hingga terasa di sekujur tubuh. Butuh waktu yang lama baginya untuk tersadar. Dia masuk ke dalam lift dalam diam, berniat untuk ke atas dan membawa sahabatnya turun.

Ruangan tempat Raisa makan sebenarnya masih satu lantai dengan ruangan yang Edward pesan.

Saat memapah Raisa masuk ke dalam lift, langkah kaki teman Edward, Gading Perkasa, pun terhenti.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (32)
goodnovel comment avatar
Mini Mini
Cerita perempuan merendahkan diri sendiri demi cinta ga kayak baca
goodnovel comment avatar
Tomo Rujito
hidup harus tetap berjalan tinggalkan masalalu songsong masadepan clara
goodnovel comment avatar
margaret dale
kasian carla hrs menanggung derita skt hati dr ank dan suami yg dicintainya. smg ada titik terang tuknya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 8

    “Ada apa?” tanya teman di sampingnya.“Sepertinya aku kenal sama dia,” jawab Gading sedikit ragu.Mereka sejak kecil selalu bersama. Dia tahu tentang Clara yang suka pada Edward.Kalau boleh jujur, Clara sangat cantik, tapi juga sangat pendiam. Cantiknya Clara hanya kecantikan biasa, tidak ada yang spesifik. Wanita seperti itu bukanlah kriteria yang Edward sukai.Edward selalu menjaga jarak dengan Clara. Begitu juga mereka, para sahabat Edward. Mereka juga tidak terlalu memerhatikan Clara.Mereka tidak sering bertemu dengan Clara. Bertemu pun, mereka malas untuk sekadar menyapanya.Sebenarnya, mereka bahkan tidak begitu ingat perawakan Clara. Gading masih ragu dengan apa yang dilihatnya barusan.Namun, meski wanita barusan benar-benar Clara, dia juga tak memedulikannya.Tanpa berkata-kata lagi, dia kembali masuk ke dalam ruangan.….Clara tidak memerhatikan Gading.Begitu keluar restoran, dia langsung membawa Raisa pulang. Malam itu, dia pun harus menginap di rumah Raisa untuk menjagan

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 9

    Wajah Rio tampak emosional, sikapnya pun menjadi dingin. Dia merasa Clara ingin mendapatkan perlakuan khusus karena statusnya.“Bu Clara, mohon jaga sikapmu dan tetap bekerja secara profesional. Kamu pikir ini rumahmu?” ucap Rio dengan nada tinggi.Sikap Clara tidak berubah, dia pun mengambil tasnya sambil berkata, “Kalau kamu nggak suka, pecat saja aku sekarang.”“Kamu!”Sebelum ini, Rio sempat mendampingi Edward ke Latvin. Sebagai sekretaris pribadi, dia tahu soal pengajuan pengunduran diri Clara. Meski termasuk orang kepercayaan Edward, dia tidak berhak begitu saja memutuskan memecat Clara.Terlebih lagi nenek Keluarga Anggasta sangat menyukai Clara. Masalah akan semakin panjang jika Clara mengadu pada nenek Keluarga Anggasta. Meski yakin Edward akan melindunginya, dia tetap akan dirugikan.Clara tak memedulikan Rio dan berjalan melewatinya begitu saja.Rio yang merasa diabaikan semakin emosional. Dia meninggalkan divisi sekretariat dengan kesal.“Ada masalah apa?” tanya Farel saat

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 10

    Namun, Edward tak begitu memikirkannya dan hanya mengira Clara sedang berkunjung ke kediaman Hermosa saja.Saat memasuki kamar mandi, tiba-tiba dia teringat kebiasaan Clara yang sering membawa Elsa ketika berkunjung ke sana.Tapi hari ini dia malah tidak membawa Elsa.Apa mungkin Clara bukan ke Kediaman Hermosa?Ah, masa bodoh, mungkin terjadi sesuatu di sana.Dia semakin yakin dengan hal itu ketika teringat ucapan Rio di kantor sore tadi.Kakinya memang sempat terhenti, tapi dia tidak peduli.Keesokan paginya, sambil menyantap sarapannya, Edward berkata pada Elsa, “Semua berkas kepindahanmu sudah selesai, besok pagi langsung ke sekolah untuk daftar ulang.”“Ya, Ayah.” Elsa mengernyitkan hidungnya kemudian lanjut berkata, “Apa Ayah besok bisa mengantarku ke sekolah?”“Ayah belum tentu punya waktu.” jawab Edward.“Ya sudah.” Elsa tampak memutar matanya seolah sedang memikirkan sesuatu. Tak lama, matanya pun berbinar dan berkata dengan kegirangan, “Aku telepon Tante Vanessa saja. Minta d

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 11

    Clara seakan ingin tertawa saat mendengarnya.Faktanya, Vanessa dan Edward mengenal satu sama lain setelah dirinya dan Edward menikah.Vanessa tentu tahu hubungan Edward dan dirinya. Clara tidak percaya Ervan tidak tahu kalau Edward adalah suami dari putrinya yang lain.Yah, Ervan pasti tahu!Namun, tanpa perasaan malu sedikitpun, pria itu justru berusaha menjodohkan Vanessa dan Edward.Terlihat jelas sekali bukan, betapa acuhnya perasaan Ervan terhadap putri kandungnya sendiri.Edward mengangguk tanda setuju.Setelah berbasa-basi sebentar, Ervan dan Edward berpisah. Edward tampak menunggu Ervan menaiki mobil. Setelah mobil itu pergi, barulah kemudian dirinya naik ke mobil dan pergi.Kalau melihat status dan kedudukan Edward saat ini, hanya sedikit orang saja di Keluarga Anggasta yang bisa membuatnya sampai bertindak sejauh ini.Lagi-lagi jelas sekali terlihat, Edward sangat menghormati Ervan.Bukan apa-apa, alasannya hanya satu, Ervan adalah ayah dari Vanessa.Saat memikirkannya, Clar

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 12

    Nenek tampak tak berdaya. Dia merasa Clara tak cukup kuat dan terlalu tunduk pada Edward. Banyak kesempatan yang Clara lewatkan dengan sia-sia. Akibatnya, selama bertahun-tahun hubungan mereka tak ada kemajuan.Namun, Clara sudah membuat keputusan. Nenek pun enggan memaksanya.Acara makan malam resmi dimulai. Semua orang mengobrol dan makan bersama. Suasanya cukup menyenangkan.Clara tak banyak bicara. Dia hanya menundukkan kepalanya makan dengan tenang.Sudah lebih dari sepuluh menit semenjak kedatangan Edward di kediaman Anggasta, tapi mereka berdua belum berbicara sepatah kata pun.Bahkan bisa dibilang, tidak ada komunikasi sama sekali saat acara berlangsung.Yah, beginilah cara mereka bersikap sebagai pasangan suami-istri.Sebenarnya, semua yang hadir sudah terbiasa dengan hal itu. Tidak ada yang aneh, semua tampak normal.Dulu, saat Elsa ingin memakan sesuatu, semua Clara yang mengurusnya. Sekarang, Elsa sudah terbiasa meminta bantuan pada Edward, agar Edward menyendokkan makanan

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 13

    Yaps, suara Maya.Clara menatap ke arah sumber suara.Selain Maya, Edward juga ada di sana.Langkah kaki Clara pun terhenti.Edward tampak sibuk merokok tanpa menjawabnya.Pria itu berdiri membelakangi cahaya lampu, membuat Clara tidak bisa melihat ekspresi di wajahnya. Jarak tempat Clara dan Edward berdiri juga cukup jauh.Maya lanjut berkata, “Sebenarnya, aku bisa mengerti. Aku sempat bertemu Vanessa beberapa kali. Kudengar, dia baru berusia 25 tahun, tapi sudah meraih gelar doktor dari universitas ternama di dunia. Aku yakin dia bisa mengelola bisnis keluarga dengan baik. Dia juga cantik, tapi agak liar dan sulit diatur. Tapi, justru itu yang membuatmu tertarik. Sayangnya, dia berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Apa kamu sudah memikirkannya dengan matang, Edward? Kamu... ”Edward langsung memotongnya dengan berkata, “Hanya aku yang tahu wanita seperti apa yang kuinginkan.”“Tapi... ” ucap Maya mengerutkan kening, ingin melanjutkan kata-katanya. Dia memang meremehkan Clara dan Va

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 14

    Suasana hati Elsa mendadak membaik saat teringat balap mobil malam nanti. Bagaimana tidak, dia akhirnya bisa melihat Tante Vanessa memakai racing suit.Selesai memakai seragam, Elsa mengambil ponselnya.Namun, hanya dalam waktu sepersekian detik, dia mendadak mengerutkan keningnya.Vanessa masih belum membalas pesannya.Biasanya, pesan yang dia kirim selalu dibalas Vanessa dengan cepat.Tapi hari ini, dia bahkan sudah selesai mandi dan mengganti pakaian, Vanessa tetap tak kunjung membalasnya.Apa mungkin Vanessa marah?Begitu memikirkannya, dia buru-buru mengirim pesan pada Vanessa.[Tante Vanessa kenapa? Marah ya?][Tante, Tante juga tahu aku sebenarnya nggak suka diantar mama ke sekolah. Aku lebih suka Tante yang mengantar. Tante Vanessa jangan marah dong.]Selang beberapa saat, tetap tak ada balasan dari Vanessa.Di sisi lain, selesai mengemasi barang, Clara menghampiri Elsa di kamarnya. “Elsa? Sudah selesai belum? Sudah waktunya turun buat sarapan,” panggil Clara.Elsa yang belum m

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 15

    Bella tampak manis dan imut, gadis kecil yang menggemaskan. Penampilannya memancarkan kepolosan khas anak seusianya. Siapa pun yang melihatnya pasti merasa ingin merengkuh tubuh kecilnya ke dalam pelukan dan menciumi pipinya yang lembut.Dilihat dari sisi mana pun, tentu jauh dari kata menjijikkan.Tak heran jika sejak kecil, Bella selalu tumbuh dengan pujian.Namun, ini pertama kalinya seseorang mengejeknya. Hal itu begitu menusuk hatinya hingga membuatnya menangis terisak. Dia semakin erat memeluk Clara.Clara segera memeluknya sembari menghiburnya dengan berkata, “Nggak Bella, kamu nggak menjijikkan sama sekali. Kamu malah terlihat cantik dan imut, kok. Bella sendiri juga berpikir begitu, ‘kan?”Mendengar itu, suasana hati Bella mulai membaik. Tangisannya pun mulai mereda. Namun sebelum dia sempat berbicara, Elsa tiba-tiba menyela. “Mama. Aku… Aku nggak sayang Mama lagi, aku nggak mau Mama jadi ibuku!” seru Elsa dengan mata yang memerah saat melihat Clara masih memeluk dan memuji B

Latest chapter

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 260

    Pembicaraan kerja sama dengan Pak Markus berjalan sangat lancar.Dua hari kemudian, kedua pihak menandatangani kontrak, dan Pak Markus sudah punya rencana lain, jadi dia meninggalkan kantor Morti Group.Setelah seharian kelelahan, Clara dan Dylan kembali ke ruang konferensi dan minum beberapa minuman hangat. Tepat saat mereka sedang beristirahat, Sarah datang dan meletakkan setumpuk tebal undangan di hadapan mereka sambil berkata, "Ini semua undangan ke pesta koktail akhir tahun yang kita terima dalam beberapa hari terakhir."Setidaknya ada tiga puluh undangan di sini.Undangan yang dikirim oleh Doni, Dani, Anggasta Group dan X-Tech juga ada di antaranya.Clara dan Dylan melihat dan menemukan Keluarga Gori juga telah mengirim undangan.Pada undangan yang mereka kirim, selain Dylan, nama Clara juga tertulis di sana.Dylan duduk di depan meja konferensi, memegang undangan yang dikirim oleh Keluarga Gori dan tersenyum, "Tampaknya perusahaan kita cukup menarik."Dibandingkan perusahaan mer

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 259

    Namun, Ervan dan yang lainnya sudah berbalik dan naik ke lantai atas, dan tidak melihat Dylan yang baru saja keluar dari mobil.Dylan menarik kembali pandangannya dan bergegas menghampiri Pak Markus.Setelah memberi salam kepada Pak Markus, mereka hendak naik ketika Edward tiba.Begitu dia turun dari mobil, Pak Markus melihatnya dan berkata dengan heran, "Pak Edward!"Edward melihat Clara dan Dylan, ekspresinya tidak berubah, dan dia menjabat tangan Pak Markus yang berjalan ke arahnya sambil tersenyum tipis, "Kapan Pak Markus sampai ke ibu kota?""Baru saja sampai." Pak Markus berkata sambil tersenyum, "Pak Edward terakhir kali bilang kita bisa makan malam bersama saat senggang. Kapan Pak Edward punya waktu? Bagaimana kalau malam ini..."Edward berkata, "Saya sibuk hari ini, bagaimana kalau lusa?""Oke, kalau begitu lusa."Melihat Edward dan Pak Markus mengobrol, Dylan mengerutkan bibirnya dan berbisik, "Baru setengah bulan merasa tenang, aku nggak sangka ketemu mereka lagi hari ini."

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 258

    Tepat saat dia hendak maju untuk menyambut tamunya, dia melihat sosok yang dikenalnya muncul di belakang orang itu.Ketika melihat Ervan, ekspresi Clara tetap tidak berubah.Ervan tidak melihatnya, namun seorang anak laki-laki berusia sekitar delapan belas tahun di sampingnya melambaikan tangan dengan gembira ke arah seberang pintu keluar, "Mama, Kakak, ayah dan aku ada di sini!"Mendengar perkataan anak laki-laki itu, Clara tiba-tiba berhenti dan menyadari siapa dia.Saat menoleh untuk melihat, dia melihat Rita dan Vanessa seperti yang diduga.Rita dan Vanessa tersenyum, Andrew Gori berlari ke arah mereka dengan antusias.Pada saat itu, Markus Solari, mitra Morti Group, datang sambil tersenyum dan menyapanya terlebih dahulu, "Bu Clara."Clara mengendurkan kedua telapak tangannya yang terkepal, mengalihkan pandangannya, tersenyum dan menjabat tangan pria itu, "Pak Markus."Pada saat itu, Rita, Ervan dan yang lainnya akhirnya melihat Clara.Ervan mengerutkan kening.Senyum Rita sedikit

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 257

    Tepat saat dia memikirkan hal itu, Dani melihat mobilnya dan berjalan ke arahnya.Clara perlahan menurunkan jendela mobilnya, "Pak Dani."Dani berkata, "Selamat pagi."Clara mengangguk, "Selamat pagi." Kemudian dia bertanya, "Pak Dani, ada apa pagi-pagi ke sini?"Sebenarnya tidak ada yang akan dilakukan Dani di sini.Dia hanya mengingat tebakannya kemarin malam...Dia berkata, "Sabtu malam lalu, aku melihatmu, Pak Dylan, dan Prof Nian di pintu masuk restoran."Clara mendengarkan, dan sebelum dia bisa bereaksi mengapa Dani tiba-tiba berkata seperti itu, dia mendengar Dani bertanya, "Kamu juga murid Prof Nian, ‘kan?"Clara tertegun, mengerutkan kening dan menatapnya, "Kamu..."Dani melihat jawabannya dari reaksi Clara.“Jadi, kedua proyek Morti Group ini juga dikembangkan olehmu, ‘kan?”Clara mengerutkan bibirnya, "Kamu kenapa...""Satu pertanyaan terakhir." Dani berkata, "Bahasa pemrograman CUAP Morti Group juga diciptakan olehmu, ‘kan?"Meskipun dia tidak menguasai bahasa pemrograman a

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 256

    Dylan mengusap pelipisnya yang sakit, matanya hampir tidak bisa terbuka, "Aku tahu kamu pasti belum tidur!""Aku mau turun untuk sarapan sekarang. Kita ngobrol lagi nanti?"Mata Dylan perih, dia duduk di kursi dengan wajah nggak semangat, tetapi nadanya sangat bersemangat, "Tentu saja, kita harus bicara!"Inspirasi sangatlah cepat berlalu.Tentu saja harus segera dibicarakan saat inspirasi itu masih hangat."Oke."Setelah sarapan, Clara hendak melakukan obrolan video dengan Dylan ketika Willy menelepon."Saya baru saja menerima telepon dari pengacara Pak Edward. Sertifikat properti untuk tiga rumah yang diberikan Pak Edward pada Ibu beberapa waktu lalu telah diproses. Saya akan pergi dan mengambil sertifikat properti itu nanti. Kapan Bu Clara punya waktu untuk datang dan mengambilnya? Kalau Anda nggak punya waktu, kita bisa membuat janji nanti dan saya akan mengirimkan sertifikatnya kepada Ibu."Clara hampir lupa tentang itu.Pikirannya tidak tertuju pada masalah itu sekarang.Setelah

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 255

    "Dani?"Edward, Gading dan yang lainnya terkejut ketika mereka melihatnya berdiri tiba-tiba.Melihat dia yang tampak agak aneh, lalu bertanya, "Ada apa?"Dani tiba-tiba tersadar, tatapannya jatuh pada Edward dan Vanessa, lalu dia perlahan menggelengkan kepalanya, "Nggak apa-apa."Setelah itu, dia duduk kembali.Diana berkata, "Kak Dani, aku..."Dani tampaknya tidak mendengar, dia menoleh untuk berbicara kepada Tania dengan suara lembut, "Tania, apa kamu haus? Mau minum?"Tania menjawab, "Iya."Tania berlari mendekat, minum dua teguk air dari tangan Dani, lalu berlari kembali untuk mengobrol dengan Elsa.Baru saja mereka membicarakan tentang mainan kecil yang dibawakan Elsa untuknya.Setelah minum dan kembali ke Elsa, Tania menyerahkan sebuah figur karakter kepada Elsa, "Aku membeli ini waktu aku pergi ke bioskop saat Tahun Baru. Ini untukmu."Elsa sangat menyukainya dan menerimanya dengan terkejut, "Kamu juga pergi ke bioskop pas Tahun Baru?""Iya, om dan tanteku mengajakku ke sana." T

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 254

    Setelah menyerahkan makalahnya secara resmi, mereka mengundang Prof Nian makan malam bersama.Saat itu, Prof Nian tidak menolak.Ketika mereka tiba di restoran, Clara dan Prof Nian keluar dari mobil dan naik ke lantai atas. Mereka tidak menyadari mobil Dani diparkir tidak jauh dari mobil mereka.Namun, Dani menghentikan langkahnya untuk keluar dari mobil setelah melihat Clara dan yang lainnya.Setelah menunggu sekitar dua tiga menit, dia akhirnya keluar dari mobil sambil menggendong Tania yang masih mengantuk.Gading adalah orang pertama yang tiba.Melihatnya, dia berkata, "Kamu sudah sampai?"Dani mengangguk, "Iya."Beberapa menit kemudian, Tania baru saja bangun, Edward, Vanessa, Elsa dan Diana juga tiba.Melihat Diana, Dani menurunkan pandangannya.Diana sangat bersemangat. Dia berjalan cepat ke arahnya dan menyapanya dengan suara manis, "Kak Dani."Dani menatapnya acuh tak acuh tanpa menjawab.Diana tiba-tiba merasa sedikit malu. Pada saat itu, Elsa datang dan melihat Tania terliha

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 253

    Mereka sudah tahu tentang hal itu.Sekarang mendengar Diana membicarakannya, Fani tersenyum sangat bahagia.Namun, Vanessa masih berkonsentrasi membaca, tanpa ada reaksi di wajahnya.Hal yang sama berlaku pada Rita.Tampaknya Clara tidak layak mendapatkan perhatian mereka.Melihat Diana masih ingin melanjutkan, Rita berkata dengan tenang, "Diana, sepupumu masih belajar, jangan ribut dan mengganggunya.""Oh, oke."Melihat ekspresi serius Vanessa, Diana berkata, "Bukannya gurumu sudah datang tadi pagi? Sekarang sudah lewat jam lima sore, tapi kamu masih belajar. Aku bahkan merasa capek hanya dengan melihatmu. Apa kamu nggak capek?"Fani berkata, "Pasti capek, tapi sepupumu adalah orang yang akan melakukan hal-hal hebat. Coba lihat dirimu, aku selalu menyuruhmu untuk belajar dari sepupumu, tapi kamu nggak mau dengar."Setelah itu, dia tersenyum dan berkata dengan perhatian, "Vanessa, nggak peduli seberapa keras kamu belajar, kamu tetap harus istirahat yang cukup. Bagaimana kalau kamu maka

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 252

    Marcel tidak senang dituduh berbohong.Setelah Sinta menenangkannya, dia langsung merasa jauh lebih baik.Elsa, yang berdiri di samping, juga berhenti menangis setelah mendengar semua penjelasan itu.Pasti seperti itu, kemungkinan besar Marcel memang salah lihat orang.Orang itu pasti bukan mamanya.Memikirkan hal itu, dia merasa jauh lebih baik.Tetapi dia kemudian teringat Clara pernah memuji kalau Bella itu sangat imut.Apalagi, mereka tampak sangat akrab satu sama lain.Ketika Elsa memikirkan hal itu, dia bahkan tidak punya waktu untuk menyeka air matanya, dan merogoh saku Edward, "Ayah, ponsel!"Setelah mendengar apa yang dikatakan Sinta, Edward secara garis besar mengetahui apa yang telah terjadi.Dia menyeka air mata Elsa dengan ibu jarinya, setelah itu, menyerahkan ponsel padanya.Elsa dengan cepat memasukkan nomor Clara dan menghubungi nomor itu.Clara telah selesai menonton filmnya.Saat itu, mereka sedang bermain gim di arena permainan yang ada di sebelah bioskop.Ketika mel

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status