Share

Bab 2

Author: Coklat Panas
Setelah Jihan pergi, asisten pribadi Jihan, Daris Surya, masuk membawa obat.

Daris menyerahkan obat itu sambil berkata dengan hormat kepada Wina, "Nona Wina, ini obatnya."

Obat itu adalah obat pencegah kehamilan. Karena Jihan tidak mencintai Wina, tentu saja tidak akan mengizinkan Wina untuk punya anak.

Setiap kali selesai bercinta, Jihan akan mengirim Daris untuk mengantarkan obat. Dia juga memerintah Daris untuk langsung melihat Wina meminum obat tersebut.

Melihat obat itu, hati Wina terasa sakit lagi.

Entah karena gagal jantung atau karena kekejaman Jihan, Wina merasa dadanya sesak hingga sulit bernapas.

"Nona Wina ...."

Melihat Wina tidak merespons, Daris memanggil sekali lagi karena takut Wina akan menolak obat itu.

Wina melirik Daris sejenak, lalu mengambil, memasukkan obat itu ke dalam mulut dan langsung ditelan tanpa minum air.

Selanjutnya, Daris mengeluarkan sertifikat rumah dan cek dari tas. Diletakkannya kedua kertas itu di depan Wina.

"Nona Wina, ini adalah kompensasi yang diberikan oleh Pak Jihan. Selain sertifikat rumah dan mobil mewah, ada tambahan uang senilai 100 miliar untuk Anda. Mohon diterima."

Jihan sungguh bermurah hati.

Sayangnya, yang diinginkan Wina bukanlah uang.

Wina menatap Daris sambil tersenyum dan berkata, "Aku nggak ingin semua ini."

Daris tertegun sejenak, lalu bertanya dengan bingung, "Apa masih kurang?"

Mendengar kata-kata tersebut, Wina merasa sedih.

Wina merasa Daris saja mengira dia melakukannya demi uang apalagi Jihan.

Dia memberiku uang perpisahan sebanyak itu supaya kelak aku nggak mengganggunya hanya demi uang, 'kan?'

Wina hanya tersenyum pahit. Kemudian, dia mengeluarkan kartu hitam dari tas dan menyerahkannya kepada Daris. "Ini pemberiannya, tolong kembalikan padanya. Bilang padanya aku nggak pernah menggunakan isi kartu ini sepersen pun. Tentu saja, aku nggak akan memungut biaya perpisahan darinya."

Mendengar itu, Daris benar-benar tercengang. 'Selama lima tahun ini, Nona Wina nggak memakai uang Pak Jihan sepersen pun?'

Terlepas dari apakah Daris percaya atau tidak, Wina langsung meletakkan kartu hitam itu di atas tumpukan sertifikat rumah.

Setelah itu, Wina pun meninggalkan Rumah Mansion No. 8.

Musim hujan di Kota Aster membuat cuaca sedikit dingin.

Wina berjalan di jalanan perumahan.

Bayangan yang terpantul di tanah terlihat sangat kurus.

Wina mengencangkan jaketnya, memaksa dirinya yang mengenakan sepatu hak tinggi itu berjalan kembali ke apartemennya.

Setelah membuka pintu apartemen, Wina melihat isi ruangan yang mewah dan luasnya menempati area satu lantai gedung itu apartemen. Namun, tidak terasa kehangatan sama sekali sama seperti hati Jihan.

Wina duduk di sofa, termenung sejenak, lalu mulai mengemasi barang-barangnya.

Apartemen ini diberikan kepadanya oleh Jihan.

Karena Jihan tidak menginginkan dirinya lagi, Wina juga tidak akan menginginkan apa yang Jihan berikan padanya.

Wina membuka lemari, memindahkan semua pakaiannya ke dalam koper. Karena barang bawaannya tidak banyak, setelah selesai berkemas, Wina pun meninggalkan apartemen itu.

Setelah masuk ke dalam mobil, dia mengirim pesan ke Daris: "Pak Daris, ini kata santi Apartemen Mentari, 0826."

Melihat pesan itu, Daris langsung mengerti.

'Nona Wina bukan hanya nggak menggunakan uang dari Pak Jihan sepersen pun, tetapi juga nggak menginginkan apartemen pemberian Pak Jihan. Sungguh berbeda dengan lima tahun lalu. Ketika dia memohon kepada Pak Jihan untuk membeli tubuhnya semalam dengan bayaran 2 miliar.'

Setelah kembali ke perusahaan, Daris mengembalikan semua barang itu sebagaimana adanya dan menyampaikan pesan Wina kepada Jihan.

Jihan melirik benda-benda di atas mejanya tanpa ada perubahan emosi. Kemudian, pandangannya tertuju pada kartu hitam itu dan bertanya kepada Daris, "Apa isinya lebih 2 miliar?"

Daris segera mengangguk dan menjawab, "Benar."

Sebelum kembali ke perusahaan, Daris pergi ke bank untuk memeriksa nominal di kartu hitam itu.

Selain uang yang dikirim Jihan setiap bulan, ada tambahan 2 miliar. Jelas sekali, 2 miliar ini adalah uang yang dikembalikan Wina ketika menjual dirinya sendiri kepada Jihan.

Mendengar itu, Jihan mengernyit. Setelah termenung beberapa saat, dia mengulurkan tangan mengambil kartu hitam itu dan mematahkannya.

Kemudian, Jihan mendorong tumpukan sertifikat rumah itu ke arah Daris. "Bereskan semuanya dengan bersih," perintahnya dengan dingin.

Daris hendak mengatakan hal baik mengenai Wina, tetapi Jihan sudah menyalakan komputer dan mulai bekerja.

Melihat itu, Daris tidak berbicara. Dia mengambil barang-barang di meja dan keluar dari ruang kantor direktur.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pak Jihan Jangan Galau Lagi, Nona Wina Sudah MenikahΒ Β Β Bab 1552

    Lama sekali Jodie hanya tertegun setelah menerima berita kematian Wina, tetapi akhirnya bergegas dan mengantar kepergian Wina ke tempat peristirahatan terakhirnya. Setelah semua orang meninggalkan pemakaman, Jodie mengelus batu nisan Wina dengan penuh rindu."Wina."Jodie perlahan berjongkok sambil bertopang pada batu nisan Wina dan menatap wajah Wina dalam foto dengan matanya yang sudah menua ...."Nggak disangka, ya?""Ternyata begitu aku jatuh cinta, rasa cintaku bisa bertahan selama ini," gumam Jodie sambil mengangkat alisnya. "Aku saja nggak tahu kalau aku ternyata tipe orang yang sepenyayang ini."Jodie menatap foto itu dan tersenyum. "Sampai-sampai ... aku merasa nggak ada satu wanita lain pun yang menarik perhatianku. Tuh Wina, aku nggak kalah dari Jihan, 'kan?"Namun, yang menjawab Jodie adalah bunyi kepak sayap burung yang terbang di pemakaman. Setelah semua binatang itu pergi, yang tersisa hanyalah keheningan. Sama heningnya seperti rasa cinta yang selama ini Jodie pendam da

  • Pak Jihan Jangan Galau Lagi, Nona Wina Sudah MenikahΒ Β Β Bab 1551

    Sebelum kehidupan Wina berakhir, yang terlintas di benaknya adalah rasa cinta yang Jihan sembunyikan selama lima tahun itu ....Saat membalikkan tubuhnya dan bangun, Wina bisa melihat tubuhnya dipeluk dengan erat oleh sepasang lengan yang kuat dan bertenaga. Jika itu bukan cinta, lantas apa ....Wina juga bisa melihat suasana makan di akhir pekan itu dengan jelas. Jihan yang duduk di depannya sesekali melirik Wina melalui ekor matanya. Jika itu bukan karena Jihan sudah lama menyukainya waktu, lantas apa ....Apalagi setelah Jihan selesai melakukannya. Dia akan menggendong dan membiarkan Wina berbaring tengkurap, lalu mengusap-usap punggung Wina untuk menidurkannya seperti anak kecil ....Rasa cinta Jihan terwujud dalam hal-hal kecil. Mungkin sekilas tidak terlihat jelas cinta macam apa itu dan hanya Jihan sendiri yang tahu betapa dia menyayangi dan mencintai Wina ....Mata Wina tidak bisa lagi terbuka, rasanya jiwanya tersedot keluar. Dia tidak punya tenaga lagi untuk bangkit, dia juga

  • Pak Jihan Jangan Galau Lagi, Nona Wina Sudah MenikahΒ Β Β Bab 1550

    Wina mengelus bagian belakang kepala Delwyn, ekspresinya terlihat sangat tenang seolah-olah dia sudah berdamai dengan kenyataan. "Kapan kamu akan menikah?"Tubuh Delwyn sontak menegang, air mata menggenangi pelupuk matanya. Dia pun perlahan menengadah dan melepaskan Wina. "Ibu ... aku ... aku belum bertemu dengan gadis yang kusuka."Wina bisa melihat pantulan dirinya dari bola mata Delwyn, jadi dia menyentuh wajah putranya. "Kamu lihat sendiri betapa menderitanya ibumu tetap bertahan hidup. Masa kamu nggak mau membiarkan Ibu menyusul ayahmu?"Sewaktu kecil Delwyn dikekang oleh orang tuanya, tetapi sekarang setelah besar, giliran dia yang mengekang orang tuanya. Karena hanya pengekangan ini saja yang bisa mencegah Delwyn menjadi yatim piatu. Jadi ... biarkan Delwyn menjadi egois untuk kali ini saja ....Delwyn meraih lengan Wina dan memohon, "Ibu, tolong tunggu sebentar lagi. Aku akan menemukan gadis yang kusuka dan menikahinya, oke?"Wina tidak tega menyakiti hati putranya, jadi dia me

  • Pak Jihan Jangan Galau Lagi, Nona Wina Sudah MenikahΒ Β Β Bab 1549

    Demi putranya, Wina sama sekali tidak mengikuti Jihan. Namun, rambut Wina mendadak beruban dalam satu malam dan wajahnya seolah menua sepuluh tahun. Kerutannya sontak tampak lebih kentara, tatapan matanya selalu terlihat kosong.Di depan makam Jihan, Wina meminta Jihan untuk menunggunya. Sekarang Wina sudah punya anak, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu dengan asal. Nanti setelah putra mereka menikah, barulah Wina akan pergi menyusul Jihan. Jika Jihan ternyata tidak menunggunya, Wina akan menarik kembali janjinya tentang kehidupan selanjutnya sehingga mereka tidak akan pernah bertemu lagi ....Wina tidak menghadiri pemakaman Jihan. Itu sebabnya dia akhirnya terbangun, lalu berjalan ke makam Jihan dengan tubuh yang terhuyung-huyung. Tidak ada yang tahu tentang apa yang Wina katakan kepada Jihan, selain Delwyn yang memapah ibunya untuk menemui ayahnya ....Malam itu, Wina tiba-tiba pingsan di salju dan segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan pertama. Wina baru sadar s

  • Pak Jihan Jangan Galau Lagi, Nona Wina Sudah MenikahΒ Β Β Bab 1548

    Bulu mata Wina tampak bergetar. Dia mengangkat matanya yang terkesan kosong dan menatap ke kejauhan. "Nggak, aku nggak akan ke mana-mana. Kami akan tetap di sini sampai aku ikut mati beku. Nggak akan ada yang bisa memisahkan kami."Semua orang sontak merasa tercekat. Mereka semua bergegas membujuk Wina agar jangan melakukan hal bodoh, tetapi Wina tidak mengacuhkan semua omongan mereka. Dia hanya duduk diam di sana sambil memeluk Jihan, menunggu ajal menjemputnya.Delwyn akhirnya menggenggam tangan Wina dengan erat sehingga pandangan Wina beralih kepadanya. "Ibu, aku tahu betapa Ibu mencintai Ayah dan Ibu pasti sulit menerima kenyataan ini, tapi tolong jangan lakukan hal bodoh. Aku sudah kehilangan Ayah dan aku nggak bisa kalau harus kehilangan Ibu juga ...."Suara putranya membuat Wina akhirnya perlahan menatap Delwyn. Wina menyentuh wajah Delwyn yang tampak begitu mirip dengan Jihan, lalu tersenyum kecil dengan senang ...."Ibu sudah lama mempersiapkan diri untuk kematian ayahmu. Kare

  • Pak Jihan Jangan Galau Lagi, Nona Wina Sudah MenikahΒ Β Β Bab 1547

    Air mata Wina pun mendadak mengalir turun. Tidak ada tangisan yang memilukan hati, hanya keheningan dan bibir Wina yang terbuka. Wina ingin mengatakan sesuatu, tetapi sepertinya dia sudah mengatakan semua yang ingin dia katakan kepada Jihan. Pada akhirnya, Wina hanya menurunkan pandangannya menatap wajah Jihan yang sudah pucat itu ...."Bodoh. Mau seberapa banyak pun darahmu mengalir keluar, kamu tetap suamiku. Mana mungkin aku takut? Aku nggak takut. Kenapa kamu malah pergi ke tempat seperti ini sendirian?"Yang membuat Wina merasa begitu getir adalah karena dia tidak sempat berpamitan untuk terakhir kalinya. Namun, Jihan sama sekali tidak memikirkan rasa penyesalan Wina dan fokus ingin menyembunyikan kondisinya dari Wina ....Lantas, bagaimana jika ... Wina tidak mengenali tiruan Jihan? Apa itu berarti Wina tidak akan pernah menemukan tubuh Jihan? Apa itu berarti Jihan akan selamanya terkubur beku di bawah salju ....Jihan sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ajal menjemputn

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status