แชร์

Bab 7

ผู้เขียน: Sweety
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-15 11:37:32

Reon telah menetapkan pilihan pada gaun satin berwarna dusty rose untuk Ellena kenakan. Dia menunggu sekretarisnya itu keluar dari balik tirai.

Lelaki dengan setelan jas gelap itu duduk diam di sofa sambil menyilangkan kaki, punggungnya tegak, satu tangannya bertumpu santai di sandaran. Wajahnya tetap dingin—tatapan datar, rahang tegas dan aura mencekam yang membuat para staf di sekitar berdiri diam seperti patung.

Begitu menyadari kemunculan Ellena di hadapannya, mata tajam Reon yang fokus pada layar ponsel teralihkan.

Pandangannya naik.

Untuk sepersekian detik, Reon lupa berkedip.

Gaun yang dipakai Ellena jatuh sempurna di tubuh sekretarisnya itu. Kainnya membingkai siluet ramping yang sulit diabaikan.

Iris Reon menyapu cepat, nyaris dingin seperti biasanya, tetapi sukar rasanya tidak berhenti pada lekuk bahu Ellena. Garis halus selangka itu dulu jadi salah satu persinggahan favorit bibir Reon saat memadu kasih dengan mantan kekasihnya.

Dada Reon menegang sesaat, tapi tidak ada yang berganti dari ekspresi dingin pria itu. Lantas dia beranjak cepat setelah menghela napas kecil.

Tangan Reon kemudian merampas salah satu mantel bulu berwarna putih dari standing rack.

"Pakai ini," Reon melemparkan mantel tersebut seenaknya dan berjalan begitu saja menuju pintu keluar. Tidak peduli bagaimana Ellena hampir terjatuh ketika menangkap mantel itu.

Suara ketukan sepatu Reon semakin menjauh, samar dan mulai menghilang. Ellena buru-buru menyusul bos galaknya.

Selanjutnya, Reon dan Ellena berada di jok belakang sebuah Bentley yang melaju pelan. Duduk bersebelahan dengan kesibukan masing-masing. Reon dengan tabletnya, sementara Ellena dengan ponselnya.

Gadis itu menanti update kabar dari Bu Tari mengenai operasi neneknya.

"Kamu sudah paham tugas kamu malam ini, kan?" sahut Reon datar. Lelaki itu menyerahkan tabletnya pada Ellena.

Sang sekretaris menerima benda pipih itu dan mendekapnya dengan satu tangan. "Iya, Pak, saya sudah paham, saya harus jadi tunangan manis Anda dan menarik perhatian Graciella agar mau merebut Anda dari saya."

"Hmm pintar," ujar Reon.

Ellena tercekat mendengar kata-kata itu keluar sendiri dari mulut Reon. Dia benar-benar hanya dijadikan mainan oleh mantan kekasihnya itu.

Tiba-tiba saja—

Di tengah lamunan Ellena, mobil berhenti mendadak, tubuh gadis itu terdorong ke depan. Tablet juga ponsel di tangan Ellena terlepas dari genggamannya, jatuh ke bawah kursi.

"Maaf, Tuan Muda," sahut sopir di depan, "ada orang yang tiba-tiba menyeberang."

"Ya." Sahutnya datar, sudut mata Reon melirik ke Ellena yang membuka seat belt dengan susah payah. Sebelum Ellena sempat mencondongkan tubuhnya meraih tablet dan ponsel di bawah, Reon sudah lebih dulu menunduk dan mengulurkan lengan panjangnya.

Bola mata Ellena membola. Dia bisa merasakan bahu Reon menyentuh pahanya dan pipi bosnya hampir menempel di lutut Ellena.

Seberkas masa lalu menghantam tiba-tiba membentur pikiran Ellena. Saat Reon membuatnya menggelinjang dan merasakan sensasi asing yang nikmat kala bibir sang mantan bermain di inti tubuhnya.

Ah, Ellena benci pikiran itu. Dia mencengkram kain gaunnya erat lalu memejamkan mata sekilas agar bayangan itu hilang. Dia juga berharap momen ini segera selesai.

Sepertinya, Ellena perlu mengingatkan diri sendiri kalau hubungannya dan Reon sudah lama berakhir.

Dan, sebentar lagi dia harus jadi alat Reon untuk memancing tambatan hati baru mantan kekasihnya.

"Tablet ini berisi data proyek milyaran, Elle," Reon bersuara lagi.

Suara beratnya begitu sinis. "Kamu mau nambah pinjaman kalau sampai tabletnya rusak?"

Ellena menerima tablet dan ponselnya sendiri dari Reon lalu menunduk sedikit ke arah bosnya. "Maaf, Pak, saya akan lebih berhati-hati lagi," katanya pelan.

Reon kembali bersandar setelah memasang seat belt. Tanpa menoleh dia memerintahkan Ellena. "Buka folder saya di tablet."

Ellena bengong sepersekian detik. Ternyata Reon sudah mengklaim Graciella itu sebagai istrinya di masa depan.

"Hello, Elle?" celetuk Reon. "Kamu dengerin gak?"

"O–oh?" Ellena cepat-cepat mengusap layar benda pipih itu. "Iya, Pak, saya dengar kok."

"Kamu pahami semua tentang dia dalam 30 menit," tegas Reon. "Foto Graciella ada dalam folder itu juga."

"Baik, Pak." Ellena meletakkan ponselnya di pangkuan. Tatapan gadis itu fokus ke layar tablet.

Tidak salah Reon jatuh hati pada Graciella. Gadis itu sangat cantik, kulitnya bening, tubuhnya terbentuk sempurna. Dia juga bukan dari kalangan biasa saja. Seorang anak menteri. Punya bisnis fashion dengan brand sendiri.

Graciella itu… setara dengan Reon.

Tidak seperti Ellena yang bagai kerak bumi dan langit ke tujuh jika bersanding dengan Reon.

Oh Tuhan… tapi kenapa rasanya sesak. Genggaman Ellena rasanya mau lepas dari tablet meski mobil tidak berhenti tiba-tiba seperti tadi.

Tak lama kemudian, Ellena dan Reon sudah berada di tengah gala yang diadakan Menteri IPM. Lengan mereka bertaut dan sejak tadi bisik-bisik para tamu tertuju pada mereka.

Reon tetap tenang, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun selain kepercayaan diri yang dingin.

Tanpa disadari siapapun, pandangan Reon terangkat pelan ke lantai atas, ke balkon yang menghadap langsung ke ballroom. Ada Graciella di sana. Tatapan mereka bertemu sekilas. Tidak ada senyum, tidak ada anggukan. Hanya pengertian yang sunyi, singkat dan penuh makna.

Reon kembali menatap ke depan, menyesap minuman dalam gelas tinggi di tangannya, seolah momen itu tidak pernah terjadi.

Di sisi lengan kekar Reon, mata berbinar Ellena tidak bisa berhenti bergerak. Dia terpukau melihat semua desain perhiasan yang dikenakan para tamu wanita.

"Elle?" gumam Reon memanggil sekretarisnya yang tampak tidak fokus.

"…"

Tangan Reon akhirnya pindah ke pinggang ramping Ellena dan menariknya semakin menempel ke tubuh lelaki itu. Ellena tersentak. Dia mendongak cepat. Tatapan tajam Reon menyambutnya.

"O–oh? Iya, Pak?" Ellena menata napasnya. Dia sadar kalau sempat terditraksi.

"Kamu bisa fokus gak?" Reon menundukkan pandangannya, menatap Ellena. Bibirnya terangkat sedikit sambil tangan Reon mengelus pipi Ellena, seolah menunjukkan keintiman mereka.

"Maaf, Pak Reon." Ellena menghela napas ringan. Bibirnya tersungging, menciptakan senyum manis. Lantas jemari lentiknya naik meraih dasi Reon dan merapikan posisinya, berlagak seperti seorang pasangan yang penuh perhatian.

"Kalau begitu lakukan tugas kamu!" titah Reon.

"Baik, Pak."

"Kamu sudah dapatkan posisi Graciella di mana?" tanya Reon, memandangi Ellena lekat-lekat.

Ellena menyapu ballroom dengan hati-hati sambil menjaga jarak intimnya dengan Reon. Setelah itu, dia mengelus kedua bahu bidang Reon di balik jas, sengaja memperlihatkan cincin di jari manisnya. "Dia ada di lantai atas, Pak."

Wajah Ellena mendongak sedikit, menahan tatapannya pada Reon yang matanya tidak lepas dari Ellena juga.

Seketika, Ellena merasakan ada sirine yang berbunyi di dadanya. Wajah Reon begitu dekat, dia bisa merasakan napas mantan kekasihnya.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Pak Reon Berhenti! Aku Bukan Kekasihmu Lagi   Bab 8

    "Dia melihat ke arah kita, Pak" bisiknya. "Sepertinya… Nona Graciella sudah mulai tertarik.""Bagus," Reon semakin menunduk. Menahan jarak wajah mereka lama. Lantas dia semakin kokoh melingkarkan lengannya pinggang sekretarisnya. Sementara itu, penciuman Ellena semakin penuh dengan aroma parfum maskulin Reon. Dia juga sesekali merasakan ibu jari bosnya menekan dengan elusan samar. Melihat bibir Reon menciptakan gejolak dalam dada Ellena yang sudah lama terpendam. Dia menggigit bibir dalamnya sambil menata napas, lalu menunduk. Oh, Ellena sadar. Reon sudah punya tambatan hati lain dan Ellena sedang menjalankan peran untuk menarik perhatian perempuan itu. Tatapannya kini tertuju pada cincin yang melingkar di jari manisnya. Ya, Ellena tidak boleh terbawa perasaan. Cincin itu hanya sekadar aksesoris untuk sandiwara mereka. Lalu, dari arah samping, Graciella muncul. Perempuan itu mendekat dengan langkah anggun yang pelan. "Saya tidak menyangka ternyata seorang Dareon Sankara Adinata

  • Pak Reon Berhenti! Aku Bukan Kekasihmu Lagi   Bab 7

    Reon telah menetapkan pilihan pada gaun satin berwarna dusty rose untuk Ellena kenakan. Dia menunggu sekretarisnya itu keluar dari balik tirai.Lelaki dengan setelan jas gelap itu duduk diam di sofa sambil menyilangkan kaki, punggungnya tegak, satu tangannya bertumpu santai di sandaran. Wajahnya tetap dingin—tatapan datar, rahang tegas dan aura mencekam yang membuat para staf di sekitar berdiri diam seperti patung.Begitu menyadari kemunculan Ellena di hadapannya, mata tajam Reon yang fokus pada layar ponsel teralihkan.Pandangannya naik.Untuk sepersekian detik, Reon lupa berkedip.Gaun yang dipakai Ellena jatuh sempurna di tubuh sekretarisnya itu. Kainnya membingkai siluet ramping yang sulit diabaikan.Iris Reon menyapu cepat, nyaris dingin seperti biasanya, tetapi sukar rasanya tidak berhenti pada lekuk bahu Ellena. Garis halus selangka itu dulu jadi salah satu persinggahan favorit bibir Reon saat memadu kasih dengan mantan kekasihnya.Dada Reon menegang sesaat, tapi tidak ada yang

  • Pak Reon Berhenti! Aku Bukan Kekasihmu Lagi   Bab 6

    "P–Pak Reon." Laura menunduk sekilas lalu mengangkat wajahnya, menatap pemilik bola mata hitam yang memantulkan sinar keemasan senja itu. Laura sudah jadi sekretaris Reon sekitar satu tahun, dulunya dia mengisi posisi sekretaris kedua seperti Ellena sekarang. Dan, sejak saat itu, dia langsung tertarik dengan Reon. Siapa yang tidak jatuh hati? Bukan hanya tampan, Reon punya kharisma yang membuat semua mata terpesona padanya. Selain itu, dia penerus Adinata Group yang memiliki kerajaan bisnis, baik di luar maupun luar negeri. Hanya saja, sampai sekarang tidak ada tanda-tanda Reon jatuh hati pada Laura. Namun, wanita itu tidak akan menyerah begitu saja. Reon melangkah penuh dominasi dan berhenti tepat di depan meja kerja Ellena. Hawa dingin seakan menguar di udara sekitar Ellena dan Laura. Laura menyelipkan beberapa helai rambutnya ke belakang telinga. "Em… itu Pak… maksudnya file tugas yang Pak Reon kasih."Di sisi lain, Ellena hanya berdiri diam dengan pose profesional. Sesekali d

  • Pak Reon Berhenti! Aku Bukan Kekasihmu Lagi   Bab 5

    Ellena mengerjapkan matanya pelan. "Tunangan pura-pura, Bapak?" Reon melipat tangan di dada sembari bersender tenang di kursinya. "Perlu saya ulangi omongan saya barusan?" Gadis itu menggeleng, "saya denger kok, Pak." "Good." Reon beranjak pelan dari kursinya. Bola mata Ellena mengikuti langkah bosnya itu sampai Reon berhadapan dengannya. Pria tinggi itu bersender di depan meja dengan kedua tangannya mencengkram tepi. "Saya mau mendekati putri menteri investasi dan penanaman modal, namanya Graciella. Dari informasi yang saya terima, dia tertarik dengan tunangan orang." "Jadi, kamu cukup jadi tunangan pura-pura saya, untuk menarik perhatian Graciella pada saya," sambung lelaki itu. Ellena terdiam sejenak. Entah kenapa seperti ada pisau yang menyayat hatinya mendengar Reon mengatakan semua itu. Tapi, apa yang Ellena harapkan? Dia yang mencampakkan Reon. Wajar mantan kekasihnya itu sudah punya tambatan hati yang baru. Sekarang, Ellena hanya perlu fokus pada pengobatan

  • Pak Reon Berhenti! Aku Bukan Kekasihmu Lagi   Bab 4

    Ellena kembali ke kantor saat hari menjelang sore. Dia merapikan penampilannya sebelum masuk ke dalam ruangan kerja. Matanya yang bengkak menangkap perhatian Vino–asisten Reon.Laki-laki itu menghampirinya saat kembali. "Kak dari mana?""Pak bos marah besar." Imbuhnya.Ellena menelan saliva. "Apa karena dokumen kemarin masih ada yang salah?""Pak bos marah karena dapat laporan kalau Kak Ellena keluyuran di jam kerja," bisik Vino. Ellena menautkan alis. Bukannya dia sudah memberitahu Laura kalau dia ke rumah sakit?Aduh, padahal dia mau meminta tolong pada mantan kekasihnya itu tapi Ellena malah bermasalah lagi.Ellena masuk ke ruangan Reon dengan hati-hati dan segera mengambil posisi berdiri di sebelah Laura.Di balik meja besar, tatapan Reon sangat menusuk. "Kamu dari mana aja?" tanyanya dingin. "Tadi ada meeting penting dan kamu malah keluyuran di jam kerja. Kamu niat kerja nggak sih!? Mau dipecat aja?"Ellena menggeleng. Dia sudah mengurungkan niat untuk resign. "Jangan pecat saya

  • Pak Reon Berhenti! Aku Bukan Kekasihmu Lagi   Bab 3

    Keputusan Ellena untuk mengundurkan diri sudah bulat. Gadis itu meluruskan punggung di balik meja kerja. Bola mata kecoklatan nya tertuju pada amplop putih di balik map. Sisa menunggu Reon datang dan dia akan menyerahkan surat resignnya.Suara klik halus dari pintu masuk spontan membuat Ellena menutup map rapat-rapat di meja. "Ellena, dokumen kemarin udah diapproved sama Pak Reon?" tanya Laura. Perempuan berlipstik merah terang itu melangkah melewati kursi Ellena dan meletakkan tas jingganya di meja.Ellena mengerjapkan mata pelan. Dia tidak tahu nasib dokumen tersebut. Ellena pergi begitu saja karena kelakuan brengsek Reon malam tadi."Sudah saya serahkan ke Pak Reon, Kak, tapi saya belum tahu udah diapproved atau enggak," jawab Ellena hati-hati."Duhhh, kamu gimana sih, Ellena, harusnya kamu pastiin dulu sebelum pulang. Saya kan butuh dokumen itu juga." Laura menghembuskan napas kasar. "Kita pasti kena omelan Pak Reon lagi kalau kayak gini.""Maaf, Kak," sahut Ellena pelan. Tidak m

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status