공유

4. Diculik

작가: Julie
last update 최신 업데이트: 2024-07-14 12:00:15

Setelah semalaman menangis, Amanda ketiduran diatas kasur milik Jon. pagi ini dia harus kembali bekerja karena dia bukan seorang putri kaya raya yang harus menikmati mimpinya dikala pagi.

Amanda membuka mata dan terkejut ketika dia melihat Jon duduk dikursi sambil menatapnya.

"Kamu membuatku kaget saja. Apa yang kamu lakukan disana? Kenapa kamu bangun sangat pagi seperti ini?"

"Aku sudah duduk disini sejak semalam karena ada seorang wanita menangis semalaman dan tertidur di atas kasurku." Jon bangun dan mengajak Amanda berdiri. "Bangunlah! Aku sudah menyiapkan sarapan seadanya saja."

Amanda langsung bangun dan melihat sebuah roti yang telah diberi selai didalamnya. "Cuma itu yang tersisa dari makanan yang kamu bawa."

"Lumayan! Setidaknya aku masih bisa mengisi perutku sebelum kembali pulang untuk mengganti pakaian."

"Memangnya kamu mau kemana?"

"Aku harus bekerja! Aku bukan putri bangsawan yang harus duduk manis untuk mendapatkan makanan."

Jon cukuo kagum dengan Amanda yang tidak kenal lelah. "Bukankah kamu bekerja di malam hari disebuah restaurant?"

"Aku bekerja dari pagi hingga malam hari. Bekerja tanpa kenal lelah masih saja aku kekurangan uang."

"Pagi hingga malam? Apa kamu tidak lelah?"

"Ya harus bagaimana lagi? Jika tidak seperti itu aku tidak bisa makan, membantu Ayah melunasi hutangnya walau tidak pernah lunas dan aku juga mau menabung untuk bisa pergi kekota."

"Kalau aku boleh tahu apa saja pekerjaan yang kamu lakukan?"

"Hmm! Setiap pagi aku akan mengantar susu dari rumah ke rumah, siang hari aku menjadi kurir makanan disebuah restaurant cepat saji hingga sore, malamnya aku menjadi pelayan direstaurant."

Jon sampai melipat kedua tangannya. Dia benar-benar tidak menyangka jika ada wanita yang mau bekerja keras seperti Amanda. Selama ini dia banyak bertemu dengan wanita manja yang menghabiskan waktunya di salon dan belanja.

"Ya sudah! Aku harus pergi sebelum terlambat. Soal makan siangmu, akan aku usahakan untuk mengantarnya. Doakan saja semoga ada pelayan yang memberikan tips atau makanan untuk bisa kita makan."

Amanda pergi sambil mengambil satu potong roti dengan senyuman manis kepada Jon. Jon memperhatikannya hingga Amanda menghilang dengan sepedanya.

Amanda kembali ke rumah orang tuanya. Ayah Amanda masih tertidur lelap didalam kamar setelah mabuk semalaman dan berjudi bersama wanita-wanita yang menemaninya.

Botol bekas minum sang Ayah berserakan dilantai, Amanda masih sempat membersihkannya hingga dia mengganti pakaian dan bersiap untuk pergi.

Menggunakan sepeda yang selalu menemaninya, Amanda menuju sebuah toko susu untuk mengambil beberapa botol susu yang akan di antar kerumah-rumah pelanggan. Membawa satu tas yang berisi sekitar dua puluh botol susu siap diantarnya.

Amanda mulai mengayuh sepedanya mengelilingi desa yang kecil itu. Satu rumah ke rumah lainnya untuk mengantarkan susu segar. Dikejauhan seseorang tengah memperhatikan Amanda yang tengah bekerja.

"Culik wanita itu dan bawa dia kerumahku."

"Baik Bos!"

Pria tua yang tak lain adalah Tuan Pedro yang ingin menculik Amanda. "Aku ingin mencicipinya sebelum menikah. Lebih baik aku menodainya lebih dulu sebelum dia menolakku mentah-mentah." Tuan Pedro sudah memiliki niat buruk kepada Amanda.

Amanda yang tidak tahu sedang di awasi masih terus mengayuh sepedanya. "Permisi! Nyonya susu segarnya aku letakkan didepan pintu."

"Ok Amanda. Terima kasih."

Amanda kembali naik ke atas sepeda dan mengayuhnya ke rumah lain. Ketika Amanda menuju rumah yang sedikit terpecil, disanalah anak buah Pedro mulai beraksi.

Mereka menghadang Amanda ketika ingin berbelok. "Minggir Tuan!"

"Mau kemana cantik! Apa kamu tidak lelah mengayuh sepeda sejak tadi?"

"Minggirlah! Itu bukan urusanmu." Amanda membelokkan sepedanya dan kembali mendorongnya.

Pria yang menghadang Amanda menahan sepeda bagian belakang Amanda. "Hei! Apa yang kamu lakukan?"

"Apa yang aku lakukan? Aku ingin menahanmu Nona cantik!"

Pria itu berani menggoda Amanda yang membuat Amanda memilih segera pergi tapi sepedanya kembali di tahan. Pria itu mendekat dan menatap Amanda, "Ikutlah denganku maka kamu akan hidup tenang tanpa perlu bekerja seperti ini. Bosku akan memberikanmu uang untuk hidup mewah."

"Lepaskan! Aku tidak mengenalmu dan aku tidak perlu hidup dengan Bosmu itu. Cari saja wanita yang menyukai uang Bosmu."

Amanda mendorong pria itu tapi sayang, tangan Amanda di pegang dan ditarik ke belakang. "Jangan melawan Nona jika kamu tidak ingin kesakitan."

"Lepaskan aku! Lepaskan!"

"Tenanglah! Aku akan melepaskanmu ketika kamu bertemu dengan Bosku."

Pria itu semakin menahan tangan Amanda dibelakang punggungnya yang membuat Amanda kesakitan. Tubuh Amanda didorong hingga masuk ke dalam mobil. Ketika Amanda masuk ke dalam mobil dia disambut oleh senyuman manis Pedro.

"Hallo calon istriku."

Suara pintu mobil terdengar jelas. Amanda berniat ingin kabur tapi tangannya di tarik Pedri mendekatinya.

"Apa maumu? Lepaskan aku Tuan Pedro!"

"Kamu tanya mauku? Aku ingin kamu menjadi istriku dan merasakan kemolekan tubuh s3ksimu ini dan merasakan kenikmatan d3sahan yang lembut dari mulutmu."

"Jangan mimpi untuk bisa menikah denganku apalagi menyentuh tubuhku. Aku akan membuatmu menyesal sudah mengenalku, Tuan Pedro."

Hahahaha!

"Kamu akan membuatku menyesal? Bagaimana caranya cantik? Harusnya aku yang akan menyesal karena tidak bisa meremas d4d4mu ini dan menghisapnya. Apalagi melihat bagian bawah ini membuatku ingin segera merasakan kenikmatannya dengan lid4hku."

Cuih!

Amanda yang kesal karena di hina bahkan direndahkan seperti itu membuatnya melud4hi wajah Tuan Pedro yang ada didepannya.

Tuan Pedro tersenyum bahkan membersihkan bekas air lud4h Amanda dengan tangannya. Tuan Pedro masih menahan amarahnya hingga dia melihat wajah Amanda yang membencinya.

"Jalan!" ucap Tuan Pedro yang meminta supirnyo membawa mereka meninggalkan tempat.

Sepeda dan juga beberapa botol susu segar tergeletak di jalanan setelah Amanda dipaksa masuk ke dalam mobil. Amanda masih terus berontak didalam mobil meminta dilepaskan.

Melihat Amanda yang tidak bisa tenang, amatah Tuan Pedro ikut terpancing.

"Berhentilah berontak, Amanda!"

"Lepaskan aku! Aku tidak mau bersamamu."

Plak!

Tamparan Tuan Pedro membuat Amanda terkulai lemah dan pingsan setelah mendapatkan tamparan yang cukup keras. Tuan Pedro kembali duduk santai sambil merebahkan kepala Amanda di sandaran kursi mobil.

"Kita langsung kerumah saja."

"Baik Tuan."

Tuan Pedro melihat Amanda disampingnya yang telah pingsan. Dia mengelus pipi Amanda dan mendekatkan wajahnya untuk mencium aroma vanila milik Amanda.

"Kamu begitu wangi cantik. Bahkan wangimu membuat milikku semakin berdiri dan keras seperti ini."

Tuan Pedro menjil4ti wajah Amanda merasakan manisnya wajah Amanda. Tuan Pedro sudah tidak sabar ingin menikmato tubuh Amanda dirumahnya.

Sementara dirumah kayu yang tidak ada perabot sama sekali telah menunggu seorang pria bernama Jon. Jon merasa Amanda tidak kunjung datang padahal ini sudah lewat waktu makan siang.

"Kemana dia? Apakah pekerjaannya begitu banyak sampai dia lupa mengantarkan aku makanan?"

Jon masih terus menunggu didalam rumah sambil mengintip. Jon tidak bisa keluar begitu saja karena dia yakin akan masih ada orang yang mencari keberadaannya.

"Dimana kamu Amanda?"

Perasaan Jon yang tidak enak, membuatnya tidak bisa tinggal diam. Jon memilih keluar daro rumah setelah dia mengamati beberapa menit kondisi diluar sana.

Jon berjalan sambil menunduk agar wajahnya tidak terlihat. Dengan luka tusukan di perutnya yang masih sakit, Jon berjalan pelan tanpa tahu kemana mencari Amanda. Tapi Jon yakin jika dia bisa menemukan Amanda didesa yang kecil ini.

Jon terus berjalan hingga dia melihat sebuah sepeda yang sama persis dengan milik Amanda. Jon mendekati sepeda itu dan melihat dua tas yang tergeletak di aspal.

"Susu! Dan ini tas milik Amanda." Jon yakin jika tas itu milik Amanda, karena dia menemukan sebuah ikat rambut yang sering digunakan Amanda ketika dia bertemu.

"Apa yang terjadi dengannya? Dimana dia?"

Jon berdiri dan melihat sekitarnya. Jon mencoba menerka apa yang terjadi dengan Amanda.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Pak Tua Ditolak, Cinta Mafia Bertindak   33. Kemarahan Gabriel

    Mobil hitam dengan kaca gelap melaju kencang di jalanan kota, mengoyak hening malam. Di dalamnya, Gabriel mengepalkan tinjunya kuat-kuat, urat-urat di dahinya menonjol, menandakan betapa marahnya dia. Setiap kali pikirannya melayang pada serangan yang baru saja dia alami, jantungnya berdegup lebih keras. Sopirnya melirik sekilas melalui kaca spion, menangkap bayangan wajah Gabriel yang terlihat tegang. Di kursi belakang, dua orang anak buahnya duduk dengan waspada, sesekali memeriksa keluar jendela, memastikan tidak ada yang mencurigakan mengikuti mereka. "Amanda... pastikan dia aman," suara Gabriel terdengar parau, mencoba menenangkan diri tapi gagal. Dia mengeluarkan ponselnya, jari-jarinya gemetar saat mengetik nomor Amanda. Tapi, layar ponsel menunjukkan bahwa ponsel Amanda tidak aktif. Hatinya semakin resah. "Boss, saya sudah perintahkan tim untuk mengawasi apartemen Miss Amanda. Mereka akan melaporkan segera jika ada yang tidak beres," kata salah satu anak buahnya, mencoba

  • Pak Tua Ditolak, Cinta Mafia Bertindak   32. Penyerang

    Gabriel memarkir mobilnya di depan apartemen mewah yang menjadi tempat tinggal baru Amanda. Ia membantu Amanda membawa barang-barang hadiah yang diberikan tadi malam ke lobi gedung tersebut. Amanda, dengan senyum yang tak pernah pudar, berterima kasih kepada Gabriel atas semua kebaikan yang telah diberikan kepadanya, termasuk makan malam yang hangat dan penuh kejutan."Dengan senang hati, Amanda. Semoga kamu suka dengan semua ini," ujar Gabriel dengan senyum simpul, menyembunyikan rahasia besar di balik semua 'fasilitas kantor' yang sebenarnya hanya untuk Amanda.Mereka berdua melangkah masuk ke dalam lift, dan Amanda terus mengagumi detail apartemen baru yang akan menjadi rumahnya. Cahaya lampu yang hangat dan desain interior yang elegan membuatnya semakin takjub. Gabriel hanya tersenyum melihat reaksi Amanda, tahu bahwa semua ini adalah bagian dari rencananya untuk lebih dekat dengan wanita itu."Tidak sabar untuk melihat reaksi kamu saat memakai kalung yang sudah aku berikan tadi,"

  • Pak Tua Ditolak, Cinta Mafia Bertindak   31. Cerita Sebenarnya

    Gabriel menatap Amanda dengan pandangan yang mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam. "Aku harus menyembunyikan identitasku, Amanda. Jika tidak, musuh-musuhku akan dengan mudah menemukanku di desa ini," ungkapnya dengan nada serius. Amanda mengerutkan keningnya, rasa tidak percaya terpancar dari matanya. "Aku tidak akan pernah memberitahu mereka, Gabriel! Aku tidak akan melakukannya meskipun kamu terus menyembunyikan hal ini dariku," protesnya, suara penuh emosi. Gabriel tersenyum lembut, matanya berkilauan penuh kelembutan. "Aku tahu, Amanda. Aku tahu kamu bukan tipe wanita yang akan mengkhianati kepercayaan seseorang," katanya, suaranya penuh keyakinan. "Itulah mengapa aku memilih untuk percaya dan meminta bantuanmu." Amanda tampak sedikit lebih tenang namun masih penasaran. "Lalu, siapa yang ingin menemukanmu? Siapa musuhmu itu?" tanyanya, rasa ingin tahu jelas terlihat di wajahnya. Gabriel menghela napas, matanya sejenak terlihat gelap sebelum dia menjawab. "Itu cerit

  • Pak Tua Ditolak, Cinta Mafia Bertindak   30. Jujur

    Gabriel membuka pintu penthouse mewahnya dengan senyum lebar di wajahnya. "Selamat datang kembali, Amanda," ucapnya, sambil memberikan isyarat agar Amanda masuk ke dalam. Ruangan itu tampak terang dengan dekorasi modern yang elegan, sama seperti yang pertama kali Amanda lihat saat Nathan memperkenalkannya beberapa waktu lalu.Amanda melangkah masuk, matahari sore menyinari ruang tamu melalui jendela besar yang menawarkan pemandangan kota yang memukau. Gabriel mempersilakan Amanda untuk duduk di sofa yang empuk. "Aku akan memasak sesuatu untukmu," kata Gabriel sambil berjalan ke dapur terbuka yang terletak tak jauh dari ruang tamu.Amanda, yang masih terkejut dengan keahlian memasak Gabriel, bertanya dengan nada penasaran, "Kamu bisa memasak, Tuan Gabriel?" Dia mengingat Gabriel sebagai pria yang selalu sibuk dengan pekerjaannya, jarang memiliki waktu untuk hal-hal seperti memasak.Gabriel tersenyum sambil mengambil beberapa bahan dari kulkas. "Tenang saja, Amanda. Aku memang bukan kok

  • Pak Tua Ditolak, Cinta Mafia Bertindak   29. Makan Malam

    Pukul lima tepat, Gabriel keluar dari ruangannya dengan langkah pasti. Cahaya sore yang mulai redup menyorot wajahnya yang tampak serius. Amanda masih sibuk dengan tumpukan berkas di meja kerja sementara yang telah ia gunakan selama beberapa minggu terakhir. Tiba-tiba, tanpa aba-aba, Gabriel memanggil sekretarisnya dengan suara yang cukup keras sehingga membuat Amanda dan beberapa rekan kerja lainnya menoleh ke arahnya."Saya ingin mulai besok, meja kerja Amanda dan Nathan diletakkan di dalam ruang saya," ucap Gabriel dengan tegas. "Cukup satu meja besar saja untuk mereka berdua."Amanda dan Nathan saling pandang, keduanya tampak terkejut dan bingung dengan keputusan tiba-tiba dari Gabriel. Amanda merasa jantungnya berdegup kencang, bingung harus merespon seperti apa. Nathan, yang biasanya tenang, kali ini terlihat mengernyitkan dahi, jelas tidak senang dengan perubahan mendadak ini.Gabriel kemudian mendekati Amanda, matanya menatap langsung ke dalam mata Amanda yang masih terbuka le

  • Pak Tua Ditolak, Cinta Mafia Bertindak   28. Pertemuan Beda

    "Samuelllll" teriak Gabriel yang melihat pelipis mata Amanda berdarah.Wajah Gabriel memerah, urat-uratnya menonjol seiring emosi yang memuncak. Dengan langkah yang mantap dan penuh amarah, ia mendekati Samuel yang berdiri dengan tampang tak berdosa. Tanpa peringatan, Gabriel melayangkan pukulan keras ke wajah Samuel. Pria itu tersentak, terlempar ke lantai dengan mulut berdarah.Amanda, dengan mata yang sudah berkaca-kaca, berlari mendekati Gabriel. Ia memegang lengan Gabriel yang masih gemetar karena marah, "Jon, jangan! Tolong, hentikan!" suaranya parau, memohon.Gabriel, dengan nafas yang masih tersengal, menatap wajah Amanda. Matanya yang tajam menelisik, mencari alasan di balik permohonan Amanda. "Mengapa kau memohon untuknya, Amanda? Apa yang membuatmu menaruh belas kasihan pada pria yang telah menyakitimu?" tanyanya, suara berat penuh kekecewaan.Amanda menggigit bibir, matanya semakin berkaca-kaca, "Aku hanya... aku tidak ingin kau menjadi pembunuh, Jon. Itu bukan dirimu," uc

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status