Share

Ketemuan di Restoran Supermarket

"Mas, kita ke supermarket, yuk." 

 

Aku menyodorkan gelas minuman ke Mas Riko. Dia menerimanya, sambil tersenyum. 

 

Ini sudah sore hari, Mas Riko sedang duduk-duduk sore. Sedangkan Andre sedang ada di kamar. Dia sibuk dengan buku bacaan. 

 

Sejak kejadian tadi pagi, aku memutuskan untuk pura-pura tidak tahu di depan Mas Riko. Sudah ada strategi yang akan aku lakukan. 

 

"Mau ngapain? Kalau gak jelas, gak usah, deh. Keuangan Mas udah nipis, nih."

 

Keningku mengernyit mendengarnya. "Baru juga beberapa hari yang lalu gajian. Masa udah mau habis aja."

 

Mas Riko hanya melirikku, kemudian membuang pandangan. Dia kembali fokus ke ponsel. Sambil sesekali minum. 

 

Jujur saja, antara aku dan Mas Riko. Kami kurang terbuka. Padahal, dalam rumah tangga, harusnya saling terbuka. 

 

Setiap masalah dibicarakan baik-baik. Ah, ini yang harus aku lakukan. Membicarakan semuanya dengan Mas Riko. 

 

"Kamu gak ada yang mau dibicarakan ke aku gitu, Mas?"

 

Suamiku mengangkat pandangannya. "Bicarain apa? Gak ada, lah." 

 

"Ma, ayo. Katanya mau beli perlengkapan renang di supermarket."

 

Aku menoleh, menatap Andre yang terlihat antusias. Dia sudah memakai tas ransel. Mataku melirik Mas Riko yang tampak tidak peduli. 

 

Seakan mengerti apa yang aku takutkan, Andre akhirnya mendekat ke Mas Riko. "Pa, ayo. Temenin Andre beli perlengkapan renang." 

 

Kali ini, Mas Riko baru menoleh. Ada perubahan di wajahnya. "Siapa yang mau beliin perlengkapan renang? Mama?" 

 

"Gak mungkin uang kamu udah habis, Mas."

 

Mas Riko menggaruk ujung hidungnya. Dia tampak salah tingkah. 

 

Gajinya saja, banyak sekali. Hanya memberi aku setengah. Sisanya untuk Ibu mertua. Tidak masalah bagiku, tapi bukankah harusnya Mas Riko juga memegang uang?

 

"Iya-iya, masih ada sedikit uangnya. Tapi Mas gak ikut masuk ke dalam. Nunggu di parkiran."

 

Aku mengangguk saja, bergegas untuk mengganti pakaian. Saat ini, aku sedang mencari cara agar bisa mendapatkan nomor ponsel wanita itu. 

 

Sayangnya, Mas Riko seperti tidak pernah melepas ponselnya. Dia selalu memegang benda itu. Dibawa kemana-mana. 

 

Selama perjalanan, kami hanya diam. Saat aku menatap ke bawah, ada sepatu bayi disana. 

 

Wow. Lagi-lagi Mas Riko meninggalkan jejak. Aku mengembuskan napas pelan, melirik Mas Riko yang tampak biasa saja. 

 

"Kamu abis nebengin orang, Mas?" 

 

Kali ini, biar aku bertanya langsung. Menguji kejujurannya. Apakah Mas Riko bisa jujur dalam hal ini?

 

Mas Riko menoleh. Beberapa detik, wajahnya berubah. "Enggak." 

 

"Oh." Aku mengangguk-angguk, kemudian mengambil sepatu itu, pelan-pelan memasukkannya ke dalam tas. 

 

"Kamu ngapain?" Mas Riko menoleh ke aku yang sudah selesai menyembunyikan sepatu itu. 

 

"Gak papa."

 

Aku mengembuskan napas lega, karena Mas Riko sama sekali tidak curiga. 

 

***

 

Sampai di supermarket, Mas Riko langsung memberikan kartu kreditnya. Ah, ternyata dia tidak mau memberikan kartu ATM. 

 

Padahal, aku penasaran dengan isinya. 

 

"Beli yang kamu mau, ya. Ayah tunggu disini." 

 

Aku mengernyit mendengarnya. Sejak kapan panggilan Mas Riko berubah menjadi ayah?

 

"Kok ayah, Mas? Selama ini panggilannya, kan, Papa."

 

Mas Riko tampak terkejut mendengar perkataanku. Aku rasa, dia sendiri tidak sadar dengan apa yang baru saja dikatakannya. 

 

"Ma—maksudnya tadi Papa."

 

Suamiku mengusap kepala Andre, menyuruhku menjaganya. Sepertinya, ada yang sedang Mas Riko pikirkan sekarang. 

 

Kami masuk ke supermarket. Andre langsung mengajakku ke toko perlengkapan renang. 

 

"Belanja yang banyak aja, Ndre. Biar uangnya Papa berguna." 

 

Andre menoleh ke aku. Dia mengangguk antusias. 

 

"Oke, Ma." 

 

Dengan senang hati Andre membelanjakan banyak buku. Dia memang senang membaca buku di rumah. 

 

Daripada uang Mas Andre untuk wanita itu, lebih baik untuk dibelanjakan seperti ini. Lebih bermanfaat. 

 

"Halo, Mas. Kamu dimana?" 

 

Aku langsung menghubungi Mas Riko, ketika kami selesai belanja. Mas Riko tidak ada di mobil. Entah kemana dia menghilang. 

 

"Aku lagi ketemuan sama teman. Kamu duluan aja, ya. Naik taksi, nanti uangnya Mas ganti di rumah."

 

Ketemuan sama teman? Aku menoleh ke dalam supermarket. 

 

"Udah dulu, ya. Mas pulang agak malam, jadi gak usah ditungguin." 

 

Telepon mati setelah Mas Riko mengatakan itu. Aku mengajak Andre kembali masuk ke dalam supermarket. 

 

Entah kenapa, ada rasa yang mencurigakan. Tidak mungkin Mas Riko diajak nongkrong dengan temannya malam-malam begini. 

 

"Kita mau ngapain lagi, Ma?" tanya Andre. Dia sudah terlihat lelah sekali. 

 

Sebenarnya, aku tidak tega juga mengajak Andre. Namun, semuanya bisa terlambat, kalau tidak diselidiki sekarang. 

 

Beberapa saat mengelilingi supermarket, aku menahan napas, ketika melihat Mas Riko di salah satu restoran. 

 

Dia sedang tertawa bersama wanita tadi pagi! Bersama bayinya juga.

 

Oh. Jadi ini yang dinamakan ketemu dengan teman. Aku mengepalkan jemari, berusaha terlihat tenang. Apalagi ada Andre disini. 

 

Tahan. Jangan emosi. Aku memejamkan mata sejenak. 

 

"Ma, kok malah merem?"

 

Aku menelan ludah, berusaha tersenyum. "Gak papa, Sayang. Pulang, yuk." 

 

Untung saja Andre tidak tahu yang sebenarnya. Dia tidak melihat Papanya bersama wanita lain tadi. 

 

Sebenarnya, ada sesuatu yang harus aku urus. Mengenai hakku. Selama ini, semua harta atas nama Mas Riko, karena aku kira dia bertanggung jawab atas semuanya. 

 

Ternyata tidak. Mas Riko sudah menyalahgunakan kepercayaanku selama ini. 

 

"Sebentar, Sayang." 

 

Aku mengelilingi mobil Mas Riko. Di parkiran terlihat sepi. Aku menoleh ke CCTV yang cukup jauh dari tempat mobil Mas Riko terpakir. 

 

Sebenarnya, masih bisa terlihat. Namun, tertutup oleh mobil truk yang parkir di sebelah mobil Mas Riko. Jadi tidak akan kelihatan. Aku mengambil paku yang ada di dalam kresek belanjaan. 

 

Kebetulan tadi sempat beli paku. Lumayan untuk digunakan. Setelah menggembeskan ban mobil, aku tersenyum puas. 

 

"Selamat jalan kaki, Mas. Dan selamat tidur di luar malam ini."

 

***

 

Jangan lupa like dan komen, yaa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status