Share

Bab 57

Penulis: Alina Tan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-08 20:56:25

Untuk pertama kalinya Edwin enggan menghadiri makan malam bersama pengusaha lainnya. Sungguh berat hatinya untuk tampil di depan publik bersama mantan isterinya itu. Karena kabar perceraiannya satu tahun yang lalu merebak begitu cepat bagaikan kebakaran di musim kemarau. Kemunculannya kali ini bersama Clarissa tentu akan membuat gosip baru lainnya.

Tapi apa yang bisa dilakukan Edwin? Ia tidak punya pilihan lain selain menggandeng Clarissa ke acara itu. Mobilnya berhenti tidak jauh dari barisan mobil lain yang akan menuju ke hotel tersebut. Edwin menoleh ke arah Clarissa yang tampak begitu senang malam ini.

"Clarissa, ingat kata-kataku. Jangan berbicara apapun tentang rujuk karena kita tidak akan pernah melakukannya."

Clarissa tertawa sembari mencondongkan tubuhnya untuk berbisik kepada Edwin.

"Baiklah, Sayang. Tidak ada pembicaraan tentang rujuk. Aku mengerti."

Edwin berdecak kesal mendengar bagaimana Clarissa memanggilnya.

"Dan jangan panggil aku Sayang." Ancamnya keras.

"Baiklah, Ed
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   Bab 58

    Berita tentang kemunculan Edwin bersama Clarissa menjadi topik paling hangat di berbagai portal gosip. Keduanya muncul di publik dalam acara formal setelah satu tahun lalu kabar perceraian mereka menyebar begitu cepat. Tentu saja para wartawan akan dengan senang hati memelintir setiap fakta agar membuat berita mereka tampak menarik.Dan hal ini membuat kepala Edwin semakin terasa akan pecah. Setiap berita yang ia baca membuat sekujur tubuhnya merinding. Mereka menggambarkan seolah hubungan keduanya begitu romantis dan tidak akan terpisah meskipun perceraian sudah di depan mata. Padahal kenyataannya tidaklah demikian.Edwin begitu membenci mantan isterinya itu. Dan Clarissa hanya memanfaatkan Edwin untuk kepentingannya. Naas bagi Edwin, keadaan menjadi semakin rumit hingga sulit baginya untuk kabur dari situasi ini.Karena gosip itu, sejak pagi ponselnya terus menerus berdering. Kedua orangtuanya bolak balik menanyakan tentang kebenaran isu tersebut. Adiknya heboh dan terus menerus men

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • Paket Cinta untuk Calon Mama   Bab 59

    Walaupun berat, Edwin perlahan belajar untuk hidup tanpa Davina. Ia mulai membiasakan dirinya lagi untuk mengurus dirinya sendiri dan Clay. Ia belajar untuk mulai terbiasa dengan kesepian lagi. Dan ia belajar untuk berhenti mengenang Davina walaupun hanya sekejap.Dan Clarissa? Yang dilakukan wanita itu hanyalah pergi berbelanja seharian dan pulang ketika larut malam. Ia sama sekali tidak peduli dengan bagaimana keadaan Clay apalagi Edwin. Seolah setelah misinya untuk menyingkirkan Davina berhasil, ia kembali pada wujud aslinya. Clarissa menyebalkan yang gila harta.Edwin tengah sibuk dengan rapatnya saat ponselnya berdering terus menerus. Tanpa memperhatikan nama peneleponnya, ia langsung mematikan panggilam tersebut dan melanjutkan rapatnya lagi. Rapat ini begitu penting untuk kelangsungan perusahaannya. Urusan apapun selain ini bisa menunggu nanti.Kurang lebih tiga jam berlalu dan akhirnya rapat itu selesai sebagaimana dengan jadwalnya. Edwin tersenyum puas dengan hasil rapat hari

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • Paket Cinta untuk Calon Mama   Bab 60

    "Pak, saya boleh bicara sebentar sama Bapak?"Mbak Murni menghampiri Edwin yang saat itu sedang menjaga Clay. Sudah tiga hari puteranya dirawat karena sakit demam berdarahnya. Dan selama itu pula Clarissa tidak memunculkan batang hidungnya. Bahkan untuk sedetik pun. Terkadang Edwin tidak habis pikir. Bagaimana mungkin ada seorang ibu yang begitu apatis kepada puteranya sendiri? Tapi bagaimanapun juga wanita itu adalah Clarissa. Edwin bahkan ragu jika wanita itu memiliki hati."Ada apa, Bi?" Tanya Edwin bingung.Mbak Murni tampak diam sesaat. Keraguan tampak jelas menahannya untuk melanjutkan kata-katanya."Eh, saya mau minta tolong Bapak untuk melakukan sesuatu. Tapi kalau Bapak tidak mau tidak apa-apa, Pak." Ujar Mbak Murni tidak enak.Edwin tertawa pelan."Astaga, Bi. Ada apa? Cepat katakan saja. Saya kan bukan orang asing, jangan sungkan begitu.""Tapi Bapak jangan marah ya, Pak?""Iya, Bi Murni. Ada apa sebenarnya? Bibi mau minta naik gaji?" Canda Edwin sambil terkekeh."Bukan, P

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-13
  • Paket Cinta untuk Calon Mama   Bab 61

    Wanita itu tampak sedikit terperanjat saat mendapati seorang pria bergaya necis mencari puterinya. Firasatnya mengatakan bahwa pria di hadapannya ini adalah sosok pria yang diceritakan Davina. Bosnya yang membuat Davina jatuh cinta dan akhirnya mengkhianati Davina.Namun ibunya bukanlah seorang yang kejam dan akan mengusir Edwin begitu saja. Lagipula mungkin berbicara dengan Edwin akan membuat ibunya mengerti tentang masalah yang sebenarnya terjadi. Dan sekarang disinilah mereka. Duduk berdua di ruang tamu dengan segelas teh hangat di hadapan masing-masing."Ayo diminum tehnya, Mas." Ujar Bu Eli mempersilahkan Edwin.Edwin tersenyum canggung dan mengambil cangkir itu. Ia menyesap teh hangat itu.Ah, persis sekali dengan rasa teh buatan Davina."Masnya siapa? Ada perlu apa dengan Davina ya?" Tanya Bu Eli dengan sopan."Saya Edwin, Bu. Saya..."Edwin tampak ragu melanjutkan kalimatnya. Ia bingung harus mendefinisikan dirinya sebagai apa. Mantan bos Davina? Atau bahkan mantan kekasihnya?

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-13
  • Paket Cinta untuk Calon Mama   Bab 62

    Davina sudah menduganya. Apalagi yang menjadi alasan Edwin untuk mendatanginya ke Surabaya jika bukan karena untuk memintanya pulang. Namun yang membuat Davina terkejut adalah alasan dibaliknya. Kenapa Edwin begitu bersikukuh dan seolah tidak menerima penolakan."Aku ingin mengajakmu pulang, Vin."Davina hening."Ke Jakarta." Sambung Edwin lagi.Sunyi. Hanya ada kesunyian yang bertahan selama beberapa menit hingga akhirnya Davina membuka mulutnya untuk berbicara."Kenapa, Mas? Bukankah kamu sudah memiliki Mbak Clarissa disana? Aku tidak diperlukan lagi, kan?" Balas Davina lirih.Edwin menghela nafas pelan. Ah, memang kesalahan sepenuhnya ada pada dirinya. Ialah yang sudah mengkhianati Davina. Dan dirinyalah pula yang membuat semuanya menjadi rumit dan berlarut-larut."Aku tidak kembali pada Clarissa, Vin. Aku selalu menunggumu. Setiap hari."Air mata menggenangi mata Davina. Perlahan bulir bening itu mengalir menuruni pipinya yang putih bersih. Davina menangis terisak. Kata-kata Edwin

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-13
  • Paket Cinta untuk Calon Mama   Bab 63

    Setelah selama dua bulan terakhir menutup seluruh aksesnya menuju Edwin, Davina memantapkan dirinya untuk kembali menghubungi pria itu. Tangannya menekan nomor Edwin dan nama pria itu muncul di layar ponselnya. Panggilan sedang terhubung dan setuap detijnya terasa begitu mendebarkan bagi Davina.Bahkan tak perlu menunggu lama bagi Davina, suara pria itu menyambutnya dengan nada yang begitu ceria. Seolah Edwin sudah menantikan panggilan itu sekian abad lamanya."Davina? Aku senang kamu meneleponku. Ada apa?" Tanya Edwin antusias."Bisa kita bertemu, Mas? Ada yang harus kubicarakan denganmu."Tanpa ragu sedikit pun, Edwin langsung mengiyakan ajakan itu. Dan sekarang disinilah keduanya. Duduk berseberangan di sebuah restoran. Seolah terdapat dua kutub emosi yang begitu berbeda dalam satu meja dimana Edwin tampak begitu senang dan bahagia sementara Davina ditelan bulat-bulat oleh kegugupannya."Katakan apa sebenarnya alasanmu menginginkanku kembali ke Jakarta, Mas." Ucap Davina lirih.Edw

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Paket Cinta untuk Calon Mama   Bab 64

    Bocah itu menatap Davina dengan dua matanya yang berkilap dengan sinar bahagia. Bagaikan seorang peri baru datang mengunjunginya, Clay memandang Davina dengan penuh kerinduan. Seolah selama ini sosok Davina yang ia tunggu. "Ayo makan dulu ya, Clay Sayang. Aaa!"Davina berkata dengan ramah seraya menyuapkan sesendok penuh bubur ke mulut Clay. Dan secara ajaib, bocah itu menerimanya tanpa banyak protes ataupun drama. Clay dengan suka hati memakan sesuap demi sesuap bubur yang katanya tidak ia sukai itu. Ternyata selama ini hanya Davina lah yang dibutuhkan bocah itu. Dan hanya Davina yang Clay inginkan untuk bersamanya.Bahkan Davina tidak memerlukan waktu yang lama untuk menyuapi Clay. Dalam waktu sepuluh menit, semangkuk bubur dan seluruh lauknya habis dilahap oleh Clay. Dan bocah itu menyeringai puas karena ia merasa sudah menjadi anak paling pintar saat ini."Good boy, Clay! Miss sayang sekali dengan Clay." Puji Davina berkali-kali yang membuat senyum Clay semakin mekar seperti pip

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Paket Cinta untuk Calon Mama   Bab 65

    Hari ini adalah hari kepulangan Clay ke rumah sakit. Memang benar apa kata dokter yang merawat Clay. Perasaan senang seorang anak adalah faktor paling penting dalam kesembuhannya. Semenjak Davina pulang dan Clay diurusnya secara langsung, bocah itu dengan cepat pulih seperti semula. Kembali gemuk dan lincah.Setibanya di rumah, Davina, Edwin, dan Clay disambut oleh Mbak Murni dengan senyumnya yang seterang lampu seratus watt. Wanita tua itu merasa begitu senang melihat bos kecilnya sudah pulang dalam keadaan sehat. Ditambah lagi Davina yang telah kembali ke Jakarta. Mbak Murni dapat merasakan angin segar yang membawa kebahagiaan itu akan segera kembali di rumah ini."Selamat datang, Clay!" Seru Mbak Murni sembari memeluk Clay erat.Bocah itu tertawa geli saat Mbak Murni menciuminya sepuas hati. Davina dan Edwin sumringah begitu melihat Clay yang memang tampak jauh membaik. Gadis itu lalu menebar pandangannya ke sekeliling rumah tersebut. Ia memperhatikan setiap jengkal rumah yang bahk

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15

Bab terbaru

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   100 [END]

    Mobil Edwin melesat bagaikan peluru. Membelah jalanan Jakarta yang lengang di pukul satu malam. Erangan Davina yang tergolek lemah di jok belakang membuat Edwin tidak bisa berkonsentrasi sepenuhnya pada jalan di hadapannya. Sesekali ia menengok ke belakang melalui kaca mobil dan mendapati wajah Davina yang tampak sangat menderita. Ia merintih kesakitan sementara tangannya memegangi perutnya yang sudah membulat. Mata Edwin pun tak bisa lepas dari cairan merah kental yang membasahi kaki istrinya sejak tadi.Perkataan Mbak Murni yang tiba-tiba menyambar Edwin bak petir di siang bolong.“Pak, Nyonya Davina pendarahan!”Dan secepat itu pula, tanpa berpikir dua kali Edwin memacu mobilnya. Membawa Davina ke rumah sakit dengan harapan besar untuk menyelamatkan keduanya. Istri yang paling ia cintai dan calon bayi yang sangat ia tunggu kehadirannya.“Kumohon bertahanlah, Sayang. Sebentar lagi kita akan sampai.” Ucap Edwin bagaikan mantra seolah berusaha meredakan sakit yang dialami Davina.Wani

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   99

    “Clarissa?”Edwin tanpa sadar mencetuskan si empunya mobil saat sedan mewah itu berhenti tepat di depannya. Davina juga tahu benar siapa pemilik mobil itu karena bukan sekali atau dua kali Clarissa datang ke rumahnya. Dan wanita itu selalu datang dengan mobil yang sama, Mercedes Benz S-Class kebangaannya.Davina melepaskan genggaman tangan Edwin yang melingkar di pergelangan tangannya. Tanpa berpikir dua kali, Davina berlari menghampiri mobil itu. Menemui wanita yang duduk di balik kursi pengemudi.“Mbak Rissa!” seru Davina seraya menghampiri Clarissa yang melangkah keluar dari mobil.Wanita itu berdiri dengan begitu angkuh. Matanya menatap Davina dengan tatapan yang begitu meremehkan. Tatapan yang seolah mengatakan bahwa Davina tidak becus mengurus anaknya sendiri. “Aku kesini untuk mengantarkan Clay pulang.” Jawabnya datar.Ucapan Clarissa sudah cukup membuat Davina menghembuskan nafas lega. Bagaikan batu besar yang sejak tadi mengganjal hatinya telah terangkat, dan beban yang ia r

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   98

    Entah kenapa, sejak tadi Davina merasa hatinya terus dipenuhi rasa gelisah. Jantungnya berdegup kencang seolah sebuah hal buruk akan terjadi. Davina merasakan sebuah firasat yang aneh dalam hatinya namun ia tidak bisa menebak itu apa.“Kamu sudah makan, Vin?” tanya Edwin saat ia pulang kerja dan menghampiri Davina yang tengah duduk dengan gelisah di ruang tamu.Suaminya itu menghampiri Davina dan mengecup bibir Davina lembut. Rutinitas yang selalu dilakukan Edwin sebelum dan sepulang kerja.Davina menggeleng. Rasa gelisah yang sejak siang tadi melandanya membuat Davina tidak bisa menelan bahkan sesuap nasi pun. Pikirannya terlalu sibuk berkutat dalam rasa khawatir tak berujung.“Kenapa belum? Aku suapi, ya?” Wanita itu kembali menggeleng, “Clay belum pulang, Mas. Kamu tidak menjemput Clay di sekolah, Mas?”Edwin menggeleng, “Bukannya Pak Teguh yang harusnya menjemput Clay hari ini? Aku sudah bilang kalau ada rapat sampai sore, kan?”Jantung Davina mencelos. Rasanya bak disambar petir

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   97

    Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Tanpa terasa lima bulan telah berlalu dan usia kandungan Davina hampir mencapai tujuh bulan. Perutnya semakin membesar dan gejala mualnya sudah tidak separah di masa awal kehamilannya. Tapi tetap saja, tubuh Davina masih saja lemah dan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.Selama hamil, Davina menghabiskan hampir seluruh waktunya di dalam rumah. Enam puluh persen berada di kamar dan empat puluh persen berada di area rumah lainnya. Rasanya bosan bukan kepalang terkungkung di rumah dengan tidak memiliki pekerjaan apapun. Ingin sekali Davina ikut mengunjungi sekolah Clay atau bahkan bermain dengannya. Namun membawa dirinya untuk berdiri lebih dari setengah jam pun Davina tidak mampu. Bagaimana mungkin ia bisa bermain dengan Clay?Edwin pun benar-benar menjaganya mati-matian. Sepulang kerja, suaminya akan terus bersamanya. Mengurusnya mulai dari hal terkecil seperti pergi ke kamar mandi, menyuapi Davina makan, hingga ke urusan paling be

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   96

    Dokter Santi berkali-kali meyakinkan Davina bahwa operasi yang akan ia lalui hanyalah operasi kecil. Bedah dengan anastesi lokal yang paling lama hanya memakan waktu satu setengah jam. Namun Davina tidak merasa gentar sama sekali. Tidak terbersit sedikitpun ketakutan di kepalanya. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana caranya ia bisa menyelamatkan janinnya. Satu kali insiden sudah cukup menjadi alarm baginya. Dan Davina tidak yakin apakah ia akan seberuntung itu di kesempatan lainnya.Di lain sisi, Edwin lah yang merasa begitu khawatir. Ia sangat takut sesuatu terjadi pada istrinya. Bagaimanapun juga, Davina akan menjalani operasi. Tidak peduli sekecil apapun itu, rasa sakitnya pasti akan tetap ada. Membayangkan wanita kesayangannya harus melalui semua itu membuat Edwin benar-benar tidak sanggup. Hatinya memang selalu lemah jika itu bersangkutan dengan seseorang yang ia cintai. Edwin selalu mencintai seorang waniita dengan sepenuh hatinya. Memberikan semuanya tanpa terkecuali.Karena i

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   95

    Brankar yang ditempati Davina didorong dengan begitu cepat oleh beberapa perawat. Dalam sekejap, lima orang itu melesat masuk ke dalam Instalasi Gawat Darurat. Edwin ikut di belakangnya sembari menggandeng Clay, namun langkahnya dihentikan oleh perawat yang bertugas untuk menjaga ruangan itu.“Bapak tunggu disini saja. Biarkan dokter memeriksa ibu Davina terlebih dahulu. Dan anak kecil tidak diperkenankan masuk ke dalam IGD, Pak.” Jelas gadis muda itu dengan sopan.Edwin mengangguk. Ia terkulai lemas di kursi tunggu sementara tangis puteranya juga tak kunjung reda. Kepalanya terasa mau pecah dengan semua hal yang terjadi berbarengan. Ia meraih ponselnya dan menghubungi supir pribadinya.“Tolong jemput Clay di rumah sakit Pondok Gede, Pak.” Titahnya singkat.Tak perlu waktu lama bagi orang kepercayaan Edwin untuk tiba disana. Dua puluh menit berselang, supir pribadinya tiba dan berlari begitu cepat menghampiri Edwin.“Ada apa, Pak? Dimana Ibu?” tanyanya bingung saat mendapati hanya ada

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   94

    Sejak dua jam yang lalu, Clay masih saja terus asyik berlarian kesana kemari. Mengejar setiap perosotan seolah benda itu akan kabur ketika ia berkedip sedetik saja. Dan Davina mau tidak mau harus terus membersamai bocah itu. Mengikutinya kesana kemari. Mengekor ke setiap arena permainan tak peduli tubuhnya sudah terasa begitu letih.Mau bagaimana lagi? Davina khawatir. Davina begitu takut Clay mungkin terjatuh saat ia tidak bersamanya walau hanya sedetik. Atau mungkin Clay tersandung dan terguling dari atas papan loncat. Dan segala ketakutan irasional lainnya yang terkadang membuat Edwin merasa jengkel.Davina memang selalu egois. Tapi bukan untuk kepentingannya sendiri. Melainkan untuk Clay.Wanita itu bahkan tega mengesampingkan perasaannya. Mengubur lelahnya. Membuang jauh-jauh sakitnya. Hanya demi menemani Clay. Bermain bersama Clay yang sepertinya tidak pernah mengenal lelah.Awalnya Edwin terharu, bahkan merasa begitu berterimakasih pada Davina karenanya Clay tidak pernah merasa

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   93

    “A-apa, Mas? Istirahat total?”Davina tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Bagaimana mungkin ia bisa beristirahat total selama sembilan bulan? Ia kan harus mengurus Clay! Bocah itu pasti akan protes kalau Davina tidak mau bermain dengannya lagi. Dan Davina paling tidak sanggup jika harus melihat wajah masam Clay bahkan kalau itu hanya sedetik saja.“Benar. Kata Dokter, kondisi tubuhmu sangat lemah dan dokter belum tahu komplikasi apa yang kamu alami, Sayang. Jadi kalau kamu memang ingin tetap mempertahankan bayi kita, kamu harus menuruti permintaanku untuk beristirahat total.”“T-tapi bagaimana dengan Clay, Mas? Aku tidak bisa beristirahat total. Aku harus mengurus Clay! Aku ibunya, Mas.” Protes Davina langsung.“Ada Mbak Murni, Sayang. Mbak Murni yang akan mengurus Clay selama kamu hamil.”“Clay tidak akan mau, Mas. Dia hanya akan mau bermain dan diurus olehku.”Edwin menghela nafas. Ia menghampiri Davina dan mencium lembut puncak kepala isterinya. Dan mendaratkan ciuma

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   92

    Rasa panik bergumul di hati Edwin. Menelannya bulat-bulat hingga yang Edwin rasakan hanyalah takut. Ia begitu takut sesuatu yang buruk terjadi pada Davina. Dan Edwin tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika hal buruk itu memang terjadi.Mata Edwin menangkap sosok paruh baya berjas putih yang berjalan mendekat ke arahnya. Tak perlu pengetahuan khusus untuk mengenali bahwa wanita itu adalah seorang dokter. Senyumnya ramah ke arah Edwin, padahal hati Edwin sendiri sudah terasa kacau sekali.“Selamat pagi, Pak.” Sapa dokter dengan ramah.Edwin mengangguk dan menyunggingkan senyum tipis, “Pagi, Dok.”Wanita itu memasang stetoskop di telinganya dan mulai memeriksa Davina. Mendengar detak jantungnya, memeriksa laju nafasnya, dan menghitung denyut nadinya. Semuanya dilakukan dengan saksama dan teliti.Edwin begitu gugup melihat sang dokter memeriksa dan memperhatikan ekspresi wanita itu tanpa melewatkannya sedikit pun. Edwin berusaha mengenali jikalau dokter itu menunjukkan ekspresi ane

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status