Share

Part 5

Perlahan.

Aku berjalan memasuki ruko kosong yang gelap dan penuh dengan sampah berserakan. Bahkan, kaki ini sempat beberapa kali menginjak pecahan kaca bekas botol minuman ber-alkohol. Sial, tempat ini ternyata mereka gunakan sebagai tempat melakukan dosa.

Selain sampah dan banyaknya botol bekas minuman. Di tempat ini banyak tercium bau yang sungguh tidak mengenakkan. Jika tidak menutup hidung, mungkin tidak lama lagi aku akan muntah karenanya. Sampai pada sebuah titik yang cukup gelap pada ruangan itu, aku langsung mencari belahan rambut yang tertancap paku berlapis emas. Ya, aku mendapatkannya. Tetapi memang, rasanya amat sulit. Bukan karena tertancap cukup keras, tetapi rasa sakitnya memang benar-benar membuatku tidak tahan menahan sakitnya.

"Ayolah! Cepat!"

Terus.

Aku terus berusaha mencabut paku ini dengan sekuat tenaga. Bahkan air mata pun ikut menetes karenanya. Berulang kali gagal, sampai akhirnya aku merasakan ada seseorang yang membantu menariknya dari belakang. 

Krak!

Rasanya tengkorak kepalaku ini retak saat benda itu benar-benar tercabut. Rasanya seperti ada sesuatu yang menarik kuat tubuhku ke atas. Hingga bola mata ini serasa ikut tertarik hingga ikut melihat ke atas kepala. Ya, aku telah kembali seperti dahulu kala. Rambut panjang ini, kembali mengembang hingga menyentuh tanah. Bahkan, aku tidak lagi merasakan tubuh bergerak karena bernapas. 

Jantung pun tidak lagi kurasakan detaknya.

Rasa dingin, yang hanya kembali menyeka tubuh hingga menembus belulang, kurasa. Kubalikkan pandangan, melihat siapa yang tadi membantuku menarik paku tersebut.

Alangkah terkejutnya.

Ternyata dibelakangku sedang berdiri Mbok Ratih yang memandang sambil memegang paku yang tadi menancap di kepala ini.

"Mbok?"

"Sudah, Non. Mbok sudah tahu hal ini sejak menyisir rambutmu tadi. Pergilah, selesaikan urusanmu. Setelah itu kembalilah ke rumah. Mbok tunggu di sana."

Tidak.

Aku tidak pernah menyangka kalau Mbok Ratih akan mengikutiku diam-diam. Dan aku benar-benar terkejut melihatnya tidak sedikitpun takut melihat keadaanku seperti sekarang. Setelah Mbok Ratih kembali menuju ke rumah, aku pun langsung terbang hinggap dari satu pohon ke pohon lainnya.

Sepanjang jalan.

Aku tidak hentinya tertawa lepas, seperti rindu akan kebebasanku dulu. Saat sedang asik terbang, aku melihat tiga orang pria sedang duduk di sebuah tembok pinggir jalan. Dari gerak geriknya, mereka terlihat seperti sedang menunggu sesuatu. 

Apa yang mereka lakukan di sana?

Aku duduk di atas sebuah ranting pohon asam yang cukup tinggi, sambil memerhatikan mereka. Pria-pria itu saling mengobrol dengan menenggak sebuah minuman keras. Tetapi yang membuatku terkejut, adalah salah satu dari mereka tengah menyembunyikan sebuah senjata tajam. Pada bagian belakang tubuhnya. Tidak salah lagi, mereka adalah perampok yang sering menganiaya orang yang lewat. Rasakan kalian kali ini!

****************

Perlahan.

Aku turun dari pohon, kemudian terbang mendekati mereka. Kini, mereka tidak menyadari ada seorang wanita sedang berdiri memerhatikan dari belakang. Mereka bertiga terus asik mengobrol, hingga belum menyadari keberadaanku.

"Bau ya, Bro?" tanya salah seorang dari mereka.

"Bau apa? Hidungmu aja jarang direnovasi. Jadinya bau nyium upil sendiri," jawab teman satunya, sehingga teman satunya ikut tertawa. Tawa mereka begitu lepas, karena telah mabuk.

Tetapi salah satunya tetap curiga.

Sehingga melihat sekitar tembok, berupaya mencari sumber bau. Sampai akhirnya ....

Haaaa!

Dia akhirnya melihatku yang sedang berdiri sambil memberikan senyum menakutkan. Dengan rambut yang mengembang dan ikal, senyuman kulepaskan. Pasti tidak akan terlupakan olehnya.

"Bbbb ... bbb ... Bro! Ad ... ad ... ada ...." ia mulai gelagapan, sedangkan aku masih terus tersenyum sambil menatap tanpa ampun.

"Apa sih, Plak? Elu habis minum apaan sih? Kok gelagapan gitu? Kaya dikejar tukang tarik motor dari Dealer. Hahahahah ...."

Masih.

Kedua temannya masih tidak melihat ke belakang. Bahkan mereka terus mengejek salah satu dari mereka itu. Hingga akhirnya, pria yang ketakutan itu tersungkur dari tempat duduknya dengan dagu terlebih dahulu menyentuh aspal.

"Waduh, Yung? Nape lo? Pengen terjun bebas kaya maen Off Bon?" tanya teman satunya.

"Off Bon? Outbond kali, Bro," ucap Pria satunya.

"Nah itu maksud gue. Gua ngomong kaya orang mabuk, ye? Padahal kan kagak. Hahahah ...."

Tanpa menjawab ucapan mereka.

Pria yang telah melihat wujudku tadi langsung berlari tidak tentu arah sambil berteriak "Ndemiiitt !"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status