Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 9 jam, kini Laura dan David sudah tiba di Bandara Internasional yang ada di Victoire.
Keduanya hanya membawa dua koper berukuran kecil–sesuai dengan perintah David.Dalam diam, Laura sedang mengucap syukur.Mengunjungi kota ini adalah impian terbesar Laura sejak dulu.Dia ingin sekali mengunjungi Victoire.Dulu, ketika dia masih berada di kampung, impian ini seakan tidak akan pernah terwujud."Kita langsung ke hotel dulu, ya. Sebaiknya, istirahat dulu sekarang. Jalan-jalannya, nanti saja," ajak David–menyadarkan Laura dari lamunannya.Gadis itu pun mengangguk.Tak lama, keduanya tiba di hotel.David segera melakukan check in–lalu menuju ke dalam kamar.Klik!Pintu kamar presidential suite terpampang jelas di hadapan Laura.Gadis itu seketika membeku ketika tersadar sesuatu."Ayo masuk, kenapa kamu diam di depan pintu?" tanya David."Apa kita akan tidur satu kamar Om?" tanya Laura menatap curiga.Biar bagaimanapun, dirinya sudah masuk usia dewasa.Laura takut terjadi hal yang tak diinginkan.Hanya saja, David justru tersenyum menanggapi kekhawatiran Laura.Pria itu menarik tangan Laura untuk diajak masuk lebih jauh ke dalam kamar mewah tersebut.Setelah meyakinkan diri bahwa David hanya menganggap gadis itu keponakannya–bukan lawan jenis–, ia memutuskan untuk mengambil satu kamar dengan Laura.Selain mengetes diri, David juga ingin semakin dekat dengan anak dari kakak angkatnya ini. Toh, ia sudah berjanji untuk menjaga Laura seumur hidupnya."Kamu jangan khawatir. Kebetulan, di hotel ini hanya tersisa satu kamar saja. Nanti, biar aku tidur di sofa," ucapnya membujuk Laura.Laura pun mengangguk.Akhirnya, ia memilih menuju ke ruang ganti untuk menata barang-barang mereka."Beres," ucapnya. "Om, Laura mandi dulu ya," pamitnya.David mengangguk membiarkan Laura mandi lebih dulu.Ia juga memilih merapikan bawaannya.Setelahnya, David duduk di sofa sambil menonton layar besar di depannya, sembari menunggu giliran mandi.Tanpa disadari, hari pertama di Victoire mereka lalui layaknya pasangan kekasih.David dan Laura memiliki perasaan yang tak pernah bisa keduanya ungkap melalui kata-kata.Laura sendiri tak pernah bisa menolak perlakuan mesra David kepada dirinya. Entah mengapa, gadis itu justru merasa “utuh”.Di sisi lain, iblis dalam diri David bergejolak.Semakin dirinya mengelak, ia justru semakin tertarik kepada Laura.Ia yakin perasaan ini bukan perasaan sayang antara paman dan keponakannya.Ini adalah perasaan suka terhadap lawan jenis!Menyadari itu, David mencoba melupakannya dengan meminum beberapa botol wine yang tersedia.Hanya saja, keinginan untuk menyentuh Laura justru semakin berkobar. Bahkan, David ingin menjadikannya sebagai pendamping hidup!Meski pria itu tahu dia akan terhalang restu Monica, tapi pria itu akan mengabaikannya.Tepat pukul 23.00 waktu Victoire, CEO tampan itu menatap Laura yang sedang tidur di atas ranjang."Kamu begitu cantik, Laura. Aku akan bertanggung jawab atas hidupmu, agar kedua orang tuamu tenang di sana," lirih David yang sudah terpengaruh alkohol.Ia berjalan seringan bulu lalu naik ke atas tempat tidur dan duduk di samping Laura yang telah terlelap dalam mimpi indahnya.David mulai menyibak selimut yang menutupi tubuh Laura. Hasrat pria itu sudah tak bisa ia tahan lagi."Laura! Aku menginginkanmu," bisik David tepat di samping telinga Laura, hingga membuat gadis itu menggeliat sekaligus kaget melihat David begitu dekat dengannya."Om? Apa yang Om lakukan? Jangan seperti ini," ucap Laura menjauhkan tangan David dari tubuhnya.Wanita itu turun dari ranjang.Namun, David berhasil menarik dengan Laura hingga sang wanita kembali terjatuh di atas tempat tidur empuk itu."Jangan seperti ini Om," ucap Laura lirih."Apa selama 3 bulan ini, kau tidak merasakan apa pun, Laura?"Pertanyaan David membuat Laura membeku. Terlebih, kala mendengar ucapan pria itu selanjutnya.“Aku mencintaimu.”Deg!Jantung gadis itu berdebar begitu kencang.Ia tak tahu rasa apa yang ia rasakan terhadap David, tapi Laura harus menghentikan pria ini agar tidak berbuat di luar batas."Om, Laura mohon jangan seperti ini. Ibu Om akan semakin membenci Laura kalau Om dekat dengan Laura," jawabnya."Apa kau mencintaiku juga Laura?"Bukannya menjawab pertanyaan Laura, David malah menjawab dengan pertanyaan."Aku akan menjagamu Laura. Akan aku buktikan kalau aku sungguh-sungguh akan bertanggung jawab atas hidupmu. Aku sangat mencintaimu Laura," ucap pria itu lagi."Tapi Om-" ucapan Laura terjeda. Pria itu menaruh jari telunjuknya di atas bibir Laura."Aku jatuh cinta sejak pertama kali kita bertemu. Awalnya aku mengira ini perasaan iba semata, tapi setelah tiga bulan kita bersama, aku berani yakin kalau cintaku padamu sangat besar Laura," ucap David sungguh-sungguh.Laura menunduk, dia bingung harus menjawab apa, bahkan dirinya belum.pernah pacaran sama sekali."Aku janji, akan segera menikahimu untuk meresmikan hubungan kita," bujuknya lagi.Sentuhan dan bujukan kalau dirinya bersungguh-sungguh akan menjadikan Laura sebagai nyonya muda Aditama, membuat Laura mulai kehilangan akal sehatnya.Kini Laura pun sudah kehilangan kesuciannya.Air mata tak henti-henti mengalir dari kedua sudut matanya.Bisa-bisanya, dia menyerahkan harta paling berharga dalam hidupnya kepada pria yang bukan suaminya.Lalu, apa yang akan terjadi kalau mereka berdua tidak berjodoh?Ini adalah MALAM KESALAHAN TERBESAR dalam hidup Laura.Demi apapun, Laura menyesali semuanya.David yang menyadari Laura sedang menangis pun, membawa Laura dalam dekapannya."Besok kita cari cincin untuk meresmikan hubungan kita, aku janji akan segera mengurus pernikahan kita," janjinya.Laura yang pasrah hanya bisa mengangguk.Hal ini jelas berbeda dengan David.Dia justru tersenyum sangat bahagia karena ternyata Laura benar-benar masih perawan."Di zaman yang serba modern seperti ini, aku hampir tak percaya masih ada wanita secantik Laura yang berhasil mempertahankan kesuciannya. Aku akan segera menikahinya," David membatin bahagia dalam hati.*****"Ssssssst," Laura meringis. Tubuhnya tadi malam seperti terbelah, sakit luar biasa Laura rasakan hingga kini.David yang merasakan ada pergerakan pun segera membuka matanya. "Kenapa? Sakit?" tanya David.Laura pun mengangguk lalu beranjak bangkit dari kasur."Mau ke mana?" tanya David lagi."Ke kamar mandi," jawab Laura.Tanpa pikir panjang, pria itu merengkuh tubuh Laura ala bridal. Laura sangat malu, tubuh keduanya dalam keadaan polos.Laura masih mengingat bagaimana perkasanya David.Pria itu bahkan melakukannya sebanyak tiga kali.Kalau saja Laura tak hampir pingsan, mungkin David masih mau melakukannya.Setelah tiba di kamar mandi, David mengisi bathtub dengan air hangat.Ia lalu meminta Laura untuk berendam air hangat.Laura pun melakukan saran David, "Om mau ngapain?" tanya Laura heran saat David hendak masuk ke bathtub yang sama dengannya."Mandi barenglah," jawabnya.“Hah?”Hari berganti minggu.Minggu berganti bulan. Hubungan Laura dan David semakin baik. Pria itu memperlakukan Laura bak permaisurinya.Segala hal tentang Laura adalah prioritasnya. Laura pun sudah mengubah panggilannya menjadi sayang–bila mereka hanya berdua saja.Bahkan, mereka punya cincin yang sama yang sengaja ditaruh di dalam dompet masing-masing. David juga membeli kalung emas putih yang liontin itu bila disatukan akan membentuk tanda jantung dan di dalamnya terukir nama mereka berdua. Liontin itu pasangannya dan tidak bisa dipasangkan dengan liontin lain yang sejenis. Tepat pukul 22.00 waktu New Capitol, David tiba di kediamannya. Ia langsung mencari Laura. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Laura ada di dapur sedang mengambil air minum."Sayaaaaaang," panggil David pelan sambil memeluk Laura dari belakang. Sontak Laura kaget dan menjauhkan tubuhnya dari David."Kalau ada yang lihat bagaimana?" tanya Laura berbisik."Mama pasti sudah di dalam kamar sayang, pelayan juga sudah isti
"Mama juga akan segera mengurus pernikahan kalian. Linda sudah terlalu lama menunggu untuk kamu nikahi David. Kalau bukan Linda yang menjadi kekasihmu, mungkin kamu sudah ditinggal pergi. Tapi, lihatlah dia masih setia."Lagi, kalimat itu terdengar. Kehamilan membuat Laura semakin sensitif. Hatinya begitu sakit seperti ada tangan tak kasat mata yang meremasnya dengan kencang saat mendengar kenyataan pahit bahwa David sudah memiliki kekasih. Tanpa bisa dicegah, air mata gadis itu luruh. Disandarkan tubuhnya di dinding agar kakinya tetap berpijak. "Tega sekali dia membodohiku begini," lirihnya pedih.Berusaha kuat, Laura berjalan menuju keluar rumah. "Nona, Anda kenapa menangis?" tanya pengawal David yang melihat Laura hendak keluar rumah.Laura menghapus jejak air mata yang membasahi wajahnya. "Tidak apa Pak, saya lupa mau mengerjakan tugas kelompok. Saya pergi dulu," pamitnya. Ia berjalan sambil meratapi nasibnya, sampai akhirnya dia melihat ada taman di seberang jalan, dan Laura
"Di mana Laura?" tanya David pada sang kepala pelayan, saat baru menginjakan kaki di rumahnya."Apa-apaan sih kamu, Sayang? Masih ada aku, kamu sudah menanyakan wanita lain," sungut Linda kesal. Mendengar perdebatan keduanya, Monica mendekati anak dan calon menantu pilihannya. "Jangan khawatir, Linda. Laura itu cuma anak dari kakak angkatnya David dulu. Mana mungkin dia menyukai wanita lain. Percaya deh sama tante, David hanya mencintaimu sayang," ucap Monica. Linda hanya mengangguk. Sebenarnya, ia berpura-pura tidak mengetahui soal Laura. Padahal, ide pertunangan dadakan ini terjadi karena Monica sudah menceritakan pada Linda kalau David ada hubungan dengan anak ingusan itu.Ck! Membayangkannya saja, ia sudah kesal.Hanya saja, David terus berlalu--meninggalkan Linda."David! Mau kemana kamu, Nak?" teriak Monica seketika."Mandi," jawabnya ketus.Melihat itu, Monica menghela napas panjang."David jadi dingin banget, Tante," adu Linda tiba-tiba begitu mereka duduk di ruang keluarga.
"Jangan bercanda Laura, itu tidak akan pernah terjadi!" ucap David menahan emosi."Om, kita hanya pantas sebagai kerabat bukan pasangan. Laura mohon mengertilah, Om," pinta Laura."Mengerti katamu? Apa Kamu lupa malam panas yang selalu kita lewati bersama huh?" tanya David.Pria itu mendekati Laura lalu mencengkram keras kedu bahu Laura. "Apa kamu menganggap kebersamaan kita hanyalah angin lalu, huh?" Laura hanya menunduk. Ia begitu sakit hati dengan apa yang terjadi saat ini dalam hidupnya. Kenapa Tuhan harus mempertemukannya dengan David kalau akhirnya akan seperti ini?Bahkan sekarang, sudah ada dua benih di dalam rahimnya. Tapi, benih ini tidak akan pernah terlahir ke dunia apabila Laura mengatakan mengenai kehamilannya pada David.Laura tak ingin menambah dosanya lebih dalam lagi. Lebih baik kehilangan David daripada kehilangan anak tak berdosa ini karena dia Monica tidak main-main. Terlebih, wanita itu sejak awal sudah membencinya. Mungkin, mereka tak bisa bersama meski saling
"Saya tidak akan pernah menggugurkan anak ini, Tuan. Kalau kalian terus nekat mengancam saya, maka saya pun terpaksa memberi tahu Om David tentang semua ini." Laura akhirnya mengancam balik. Sebenarnya, dia lelah hidup dalam tekanan seperti ini. Jujur, Laura ingin pergi dengan calon anak-anaknya. Tapi, ke mana? Dia tak punya uang dan tak tahu siapa-siapa di negeri orang."Lancang kamu ya mau mengancam kami?" bentak Edward tiba-tiba. "Satu setengah miliar itu bukan jumlah yang sedikit! Kamu bisa pulang dan membangun duniamu di negara asalmu. Kamu bisa hidup mewah asal menggugurkan bayi itu!" ucapnya sekali lagi.Laura menatap tajam Edward. "Anda benar. Tapi, bayi dalam kandungan saya lebih berharga dari itu semua." "Brengsek!" maki Edward dengan rasa kesal. Tahu bahwa ia tak bisa menekan Laura, kekasih Monica itu lantas bergegas pergi dari sana. Diam-diam, Laura bernapas lega. "Tenang saja, Nak. Meski tak ada yang mengiginkanmu, tapi Mama akan mempertahankanmu, Sayang," janji ga
"Tuan, ini tidak seperti yang Anda lihat. Saya dan Alex hanya-"Belum selesai bicara, David sudah pergi.Alex ingin mengejar pria itu, tapi Laura berhasil mencegahnya."Aku mohon biarkan seperti ini. Aku ingin keluar dari rumah itu. Mungkin ini, sudah jalan Tuhan kami berpisah dengan cara seperti ini," ucap gadis itu pasrah.Hanya saja, matanya sudah kembali basah kala mengingat dua kata yang disematkan David untuknya sangat menyakiti Laura. Wanita murahan? Apa benar dirinya seperti itu sampai mau berhubungan badan tanpa ada ikatan pernikahan?Melihat keadaan Laura, Alex pun memeluk gadis itu. Dia sangat tulus menyayangi Laura yang begitu menyedihkan."Kamu harus kuat demi si kembar. Besok aku akan mencarikan rumah untuk mu di dekat kampus, agar kamu tak jauh juga bekerja. Kemarin aku melihat ada rumah yang disewakan di sana," ucap Alex, setelah mengurai pelukannya. "Terima kasih ya Alex, kamu sangat baik padaku. Aku janji kalau sudah gajian aku akan mengembalikan uangmu," sahut Lau
"Hanya ini satu-satunya cara aku pergi dari rumah itu. Sakit ini tak sebanding dengan ancaman Tante Monica yang akan menghilangkan nyawa cucunya sendiri. Aku harus kuat melewati ini," ucapnya menguatkan diri sendiri. Laura terdiam. Ia kembali mengingat kedua orang tuanya. Takdir begitu kejam mempermainkan hidupnya. Laura dibawa ke luar negeri hanya untuk disakiti. Tapi, Laura janji bahwa akan menjaga si kembar dengan baik,Ceklek!Pintu tiba-tiba terbuka. Alex yang baru tiba dirumah dibuat terkejut kala melihat Laura menangis. Matanya juga menangkap ke arah koper besar yang masih ada di dekat pintu.Seketika, pria itu tahu alasannya.Alec pun menghela napas panjang. Ditaruhnya makanan yang dibelinya tadi di atas meja tamu, lalu duduk di samping Laura. "Apa kamu ingin kembali ke rumah itu?" tanyanya.Laura menggeleng lemah. "Aku hanya belum terbiasa. Ke depannya, semua akan baik-baik saja," jawabnya."Kamu tak boleh egois hanya memikirkan keadaanmu saja, tapi kamu harus tetap memikirk
"Pecat dia sekarang!" bentaknya lagi, sampai menjadi pusat perhatian pengunjung lain."Maafkan karyawan kami Nyonya. Kami akan mengganti makanan anda, dengan yang baru," ucap sang manajer berusaha menenangkan Monica yang tampak murka.Sedangkan Laura, ia terlihat sangat ketakutan karenaapapun yang diucapkan wanita paruh baya ini pasti akan terjadi.Lalu, bagaimana nasibnya bila dirinya benar-benar dipecat? Bagaimana caranya bertahan hidup di negeri orang?Ataukah ini jalan agar dia kembali ke kampung halamannya? Tapi ... dia pun tak punya rumah lagi di sana akibat bencana alam dahsyat itu.Tak ada satu pun pertanyaan yang mampu Laura jawab. Ia merasa nasibnya sungguh tak mujur! Bahkan saat Laura sudah pergi dari kediaman Aditama, ia masih belum bisa lepas dengan para penguasa ini."Aku tak butuh makanan baru! Pecat dia sekarang, atau aku akan membawa masalah ini ke jalur hukum karena kalian sudah melakukan perbuatan tidak menyenangkan pada pelanggan!" serunya lagi."Tapi Nyonya, ini