Share

Bab 4

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 9 jam, kini Laura dan David sudah tiba di Bandara Internasional yang ada di Victoire.

Keduanya hanya membawa dua koper berukuran kecil–sesuai dengan perintah David.

Dalam diam, Laura sedang mengucap syukur.

Mengunjungi kota ini adalah impian terbesar Laura sejak dulu.

Dia ingin sekali mengunjungi Victoire.

Dulu, ketika dia masih berada di kampung, impian ini seakan tidak akan pernah terwujud.

"Kita langsung ke hotel dulu, ya. Sebaiknya, istirahat dulu sekarang. Jalan-jalannya, nanti saja," ajak David–menyadarkan Laura dari lamunannya.

Gadis itu pun mengangguk.

Tak lama, keduanya tiba di hotel.

David segera melakukan check in–lalu menuju ke dalam kamar.

Klik!

Pintu kamar presidential suite terpampang jelas di hadapan Laura.

Gadis itu seketika membeku ketika tersadar sesuatu.

"Ayo masuk, kenapa kamu diam di depan pintu?" tanya David.

"Apa kita akan tidur satu kamar Om?" tanya Laura menatap curiga.

Biar bagaimanapun, dirinya sudah masuk usia dewasa.

Laura takut terjadi hal yang tak diinginkan.

Hanya saja, David justru tersenyum menanggapi kekhawatiran Laura.

Pria itu menarik tangan Laura untuk diajak masuk lebih jauh ke dalam kamar mewah tersebut.

Setelah meyakinkan diri bahwa David hanya menganggap gadis itu keponakannya–bukan lawan jenis–, ia memutuskan untuk mengambil satu kamar dengan Laura.

Selain mengetes diri, David juga ingin semakin dekat dengan anak dari kakak angkatnya ini. Toh, ia sudah berjanji untuk menjaga Laura seumur hidupnya.

"Kamu jangan khawatir. Kebetulan, di hotel ini hanya tersisa satu kamar saja. Nanti, biar aku tidur di sofa," ucapnya membujuk Laura.

Laura pun mengangguk.

Akhirnya, ia memilih menuju ke ruang ganti untuk menata barang-barang mereka.

"Beres," ucapnya. "Om, Laura mandi dulu ya," pamitnya.

David mengangguk membiarkan Laura mandi lebih dulu.

Ia juga memilih merapikan bawaannya.

Setelahnya, David duduk di sofa sambil menonton layar besar di depannya, sembari menunggu giliran mandi.

Tanpa disadari, hari pertama di Victoire mereka lalui layaknya pasangan kekasih.

David dan Laura memiliki perasaan yang tak pernah bisa keduanya ungkap melalui kata-kata.

Laura sendiri tak pernah bisa menolak perlakuan mesra David kepada dirinya. Entah mengapa, gadis itu justru merasa “utuh”.

Di sisi lain, iblis dalam diri David bergejolak.

Semakin dirinya mengelak, ia justru semakin tertarik kepada Laura.

Ia yakin perasaan ini bukan perasaan sayang antara paman dan keponakannya.

Ini adalah perasaan suka terhadap lawan jenis!

Menyadari itu, David mencoba melupakannya dengan meminum beberapa botol wine yang tersedia.

Hanya saja, keinginan untuk menyentuh Laura justru semakin berkobar. Bahkan, David ingin menjadikannya sebagai pendamping hidup!

Meski pria itu tahu dia akan terhalang restu Monica, tapi pria itu akan mengabaikannya.

Tepat pukul 23.00 waktu Victoire, CEO tampan itu menatap Laura yang sedang tidur di atas ranjang.

"Kamu begitu cantik, Laura. Aku akan bertanggung jawab atas hidupmu, agar kedua orang tuamu tenang di sana," lirih David yang sudah terpengaruh alkohol.

Ia berjalan seringan bulu lalu naik ke atas tempat tidur dan duduk di samping Laura yang telah terlelap dalam mimpi indahnya.

David mulai menyibak selimut yang menutupi tubuh Laura. Hasrat pria itu sudah tak bisa ia tahan lagi.

"Laura! Aku menginginkanmu," bisik David tepat di samping telinga Laura, hingga membuat gadis itu menggeliat sekaligus kaget melihat David begitu dekat dengannya.

"Om? Apa yang Om lakukan? Jangan seperti ini," ucap Laura menjauhkan tangan David dari tubuhnya.

Wanita itu turun dari ranjang.

Namun, David berhasil menarik dengan Laura hingga sang wanita kembali terjatuh di atas tempat tidur empuk itu.

"Jangan seperti ini Om," ucap Laura lirih.

"Apa selama 3 bulan ini, kau tidak merasakan apa pun, Laura?"

Pertanyaan David membuat Laura membeku. Terlebih, kala mendengar ucapan pria itu selanjutnya.

“Aku mencintaimu.”

Deg!

Jantung gadis itu berdebar begitu kencang.

Ia tak tahu rasa apa yang ia rasakan terhadap David, tapi Laura harus menghentikan pria ini agar tidak berbuat di luar batas.

"Om, Laura mohon jangan seperti ini. Ibu Om akan semakin membenci Laura kalau Om dekat dengan Laura," jawabnya.

"Apa kau mencintaiku juga Laura?"

Bukannya menjawab pertanyaan Laura, David malah menjawab dengan pertanyaan.

"Aku akan menjagamu Laura. Akan aku buktikan kalau aku sungguh-sungguh akan bertanggung jawab atas hidupmu. Aku sangat mencintaimu Laura," ucap pria itu lagi.

"Tapi Om-" ucapan Laura terjeda. Pria itu menaruh jari telunjuknya di atas bibir Laura.

"Aku jatuh cinta sejak pertama kali kita bertemu. Awalnya aku mengira ini perasaan iba semata, tapi setelah tiga bulan kita bersama, aku berani yakin kalau cintaku padamu sangat besar Laura," ucap David sungguh-sungguh.

Laura menunduk, dia bingung harus menjawab apa, bahkan dirinya belum.pernah pacaran sama sekali.

"Aku janji, akan segera menikahimu untuk meresmikan hubungan kita," bujuknya lagi.

Sentuhan dan bujukan kalau dirinya bersungguh-sungguh akan menjadikan Laura sebagai nyonya muda Aditama, membuat Laura mulai kehilangan akal sehatnya.

Kini Laura pun sudah kehilangan kesuciannya.

Air mata tak henti-henti mengalir dari kedua sudut matanya.

Bisa-bisanya, dia menyerahkan harta paling berharga dalam hidupnya kepada pria yang bukan suaminya.

Lalu, apa yang akan terjadi kalau mereka berdua tidak berjodoh?

Ini adalah MALAM KESALAHAN TERBESAR dalam hidup Laura.

Demi apapun, Laura menyesali semuanya.

David yang menyadari Laura sedang menangis pun, membawa Laura dalam dekapannya.

"Besok kita cari cincin untuk meresmikan hubungan kita, aku janji akan segera mengurus pernikahan kita," janjinya.

Laura yang pasrah hanya bisa mengangguk.

Hal ini jelas berbeda dengan David.

Dia justru tersenyum sangat bahagia karena ternyata Laura benar-benar masih perawan.

"Di zaman yang serba modern seperti ini, aku hampir tak percaya masih ada wanita secantik Laura yang berhasil mempertahankan kesuciannya. Aku akan segera menikahinya," David membatin bahagia dalam hati.

*****

"Ssssssst," Laura meringis. Tubuhnya tadi malam seperti terbelah, sakit luar biasa Laura rasakan hingga kini.

David yang merasakan ada pergerakan pun segera membuka matanya. "Kenapa? Sakit?" tanya David.

Laura pun mengangguk lalu beranjak bangkit dari kasur.

"Mau ke mana?" tanya David lagi.

"Ke kamar mandi," jawab Laura.

Tanpa pikir panjang, pria itu merengkuh tubuh Laura ala bridal. Laura sangat malu, tubuh keduanya dalam keadaan polos.

Laura masih mengingat bagaimana perkasanya David.

Pria itu bahkan melakukannya sebanyak tiga kali.

Kalau saja Laura tak hampir pingsan, mungkin David masih mau melakukannya.

Setelah tiba di kamar mandi, David mengisi bathtub dengan air hangat.

Ia lalu meminta Laura untuk berendam air hangat.

Laura pun melakukan saran David, "Om mau ngapain?" tanya Laura heran saat David hendak masuk ke bathtub yang sama dengannya.

"Mandi barenglah," jawabnya.

“Hah?”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Chy Doang
Wah gercep kli
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status