Share

4. Kembali Lagi

Author: VERARI
last update Last Updated: 2025-10-27 17:13:12

Empat tahun kemudian.

Sebuah sedan hitam mewah meluncur mulus di jalan raya, meninggalkan Bandara Internasional Veridian di belakang. Di dalam, keheningan yang nyaman menyelimuti tiga penumpangnya.

Luna menatap ke luar jendela. Pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang familier di Veridian terasa seperti hantu dari masa lalu, membangkitkan kenangan yang telah dia kubur dalam-dalam. 

Dia mengenakan blus sederhana namun elegan, rambutnya ditata rapi, dan ekspresi wajahnya tenang, menunjukkan kedewasaan yang tidak dia miliki empat tahun lalu.

“Mama, kenapa semua gedungnya sangat tinggi? Apa mereka tidak takut jatuh?”

Sebuah suara kekanak-kanakan memecah keheningan. Di sampingnya, Carl, putranya yang berusia tiga tahun, menempelkan wajahnya ke kaca jendela, matanya yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu mengamati pemandangan kota. 

Wajah tampan bocah itu adalah cerminan dari wajah Luna, tetapi sorot matanya yang tajam mengingatkan pada seseorang yang sangat ingin Luna lupakan.

Luna tersenyum lembut, mengalihkan perhatiannya dari kenangan buruk. “-Tidak, Sayang. Gedung-gedung ini dibangun oleh insinyur hebat agar bisa berdiri kokoh.”

Di kursi penumpang depan, seorang pria tinggi berbalik sedikit. “Dia sudah menunjukkan ketertarikannya pada arsitektur,” kata Harvey, sepupu tertua Luna. Wajahnya yang tampan menunjukkan senyum tipis. “Mungkin kita punya seorang jenius di sini.”

Harvey, mentor sekaligus figur kakak bagi Luna selama empat tahun terakhir, memancarkan aura tenang dan protektif. Dia adalah salah satu alasan mengapa Luna bisa berdiri tegap hari ini.

Ponsel Luna berdering, Luna tersenyum sebelum mengangkat panggilan itu. “Halo.”

“Luna, kamu sudah di jalan, ‘kan? Aku minta maaf tidak bisa menjemput langsung.” Clara, di ujung sana, mendesah kecil.

“Tidak apa-apa. Proyek baru ini pasti sangat menyita waktu,” jawab Luna. Pandangannya kembali ke luar jendela. Setelah itu, Luna mendengarkan Clara yang mengatakan bahwa apartemen sudah disiapkan untuk mereka, dan Clara akan mengunjungi mereka di sana setelah urusannya selesai, lalu panggilan ditutup.

Clara. Sahabatnya, dan juga teman masa kecil Harvey. Setelah diselamatkan oleh Harvey empat tahun lalu, Luna diperkenalkan pada Clara. Di tengah dunia baru yang asing dan mewah dari keluarga ibunya, Clara menjadi satu-satunya orang yang bisa memahami kerapuhan di balik topeng kuat Luna.

Ketika Clara memutuskan untuk melebarkan sayap perusahaan rintisannya ke Veridian, dia meminta bantuan Luna. Luna adalah satu-satunya orang yang dia percaya untuk memimpin cabang baru ini.

“Kamu masih bisa berubah pikiran, Luna,” kata Harvey pelan kemudian, seolah bisa membaca keraguan di benak Luna. “Kamu tidak harus melakukan ini.”

Luna tersenyum tipis, sangat mengerti kekhawatiran yang ditunjukkan sepupunya itu, tetapi dia menggeleng pelan. “Aku sudah berjanji pada Clara. Ini adalah hutang persahabatan.”

Meskipun sebenarnya, dia tidak pernah ingin menginjakkan kaki di kota ini lagi. Kota ini adalah kuburan bagi masa lalunya, tempat di mana keluarga ayahnya membuangnya, dan tempat di mana Jordan Reed menghancurkannya. Setiap sudut jalan terasa menyimpan kenangan buruk. Namun, demi Clara, dia rela kembali ke kota ini.

Mobil itu melambat, hendak berbelok memasuki sebuah persimpangan yang lebih tenang atas saran perjalanan dari Clara lewat Luna.

Tiba-tiba, terdengar decitan ban yang memekakkan telinga, diikuti oleh suara benturan logam yang keras.

BRAK!

Mobil mereka tersentak ke samping. Tubuh Luna terlempar ke depan sebelum sabuk pengamannya menahannya. Dengan refleks secepat kilat, dia langsung memutar tubuhnya dan mendekap Carl, melindunginya dari guncangan.

“Mama!” seru Carl, lebih karena kaget daripada takut.

“Tidak apa-apa, Sayang. Mama di sini,” bisik Luna, jantungnya berdebar kencang. Dia memeriksa kondisi Carl, memastikan putranya tidak terluka.

Di depan, Harvey tetap tenang. “Semua baik-baik saja?” tanyanya, suaranya datar.

“Ya,” jawab Luna singkat, napasnya masih sedikit tersengal.

Sopir yang dikirim Clara tampak pucat pasi. “Ya Tuhan … maafkan saya ... saya akan memeriksanya,” katanya gugup. Dia buru-buru keluar dari mobil.

Sebuah mobil sport merah yang ramping berhenti tepat di depan mereka, bumper depannya sedikit penyok. Pintu mobil sport itu terbuka, dan seorang pria dengan setelan mahal melangkah keluar.

Dari posisinya di kursi belakang, Luna tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas. Tubuh sopir Clara yang panik menghalangi pandangannya. Dia hanya bisa melihat siluet yang tinggi dan tegap.

Beberapa saat kemudian, sopir itu kembali ke mobil dengan wajah yang semakin panik.

“Nyonya, Tuan ... ada masalah besar,” lapornya dengan suara gemetar. “Mobil sport itu tidak bisa menyala. Sepertinya bemper kita merusak tangki bahan bakarnya ... ada kebocoran.”

“Ya Tuhan.” Luna menutup mulutnya, lalu pandangannya beralih pada Harvey sejenak yang menatapnya kemudian kembali berpindah pada si sopir. “Kita harus bertanggung jawab. Menepi dulu, lalu kita bicara lagi.”

Si sopir mengangguk patuh kemudian mengatur mobil yang ditumpangi Luna untuk menepi sebentar. Saat mobil bergerak, Luna baru bisa melihat dengan jelas pengemudi mobil sport yang berdiri di samping mobilnya.

Dan tubuh Luna menegang seketika.

Wajah itu. Wajah yang menghantui mimpi buruknya selama empat tahun. Rahang yang tegas, mata yang tajam dan menusuk, bibir yang pernah merenggut ciuman pertamanya dengan paksa.

Luna merasa seluruh udara di sekitarnya tersedot habis. Luna bahkan tidak mendengar Carl, di sebelahnya bertanya pada Luna. “Mama? Mama baik-baik saja?”

Melihat raut wajah Luna yang berubah pucat, Harvey mengikuti arah pandang Luna. Harvey tertegun.

Dunia di sekitar Luna mengecil, jantungnya berdetak keras.

Karena yang sedang berdiri dengan tenang di samping mobil sportnya yang mogok itu adalah … pria yang selama empat tahun ini berusaha untuk Luna lupakan.

Karena pria itu …

Itu Jordan Reed!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   8. Runtuh

    Setelah Luna mematikan sambungan telepon, Harvey segera bertanya, “Ada apa? Mengapa kamu menyebut nama Jordan?” Tadi, Harvey sempat mendengar Luna menyebut nama Jordan Reed dalam panggilannya bersama Clara.Luna masih terdiam dengan tatapan kosong. Maniknya bergerak gelisah.“Clara bilang, aku … harus bertemu dengannya … besok.”Harvey menghela napas. Dia bisa menebak jika perusahan Jordan ingin bekerja sama dengan Aura Tech. “Kamu tidak perlu memaksakan diri kalau tidak sanggup menghadapi pria itu, Luna. Mari kita kembali dan aku akan menjelaskan situasinya kepada Clara.”Luna menatap Harvey beberapa detik sebelum akhirnya menggeleng pelan. “Tidak. Aku akan melakukannya.”Clara sudah banyak membantu Luna selama ini, menerima dirinya dan menemaninya beradaptasi dengan keluarga kaya lama yang sangat berbeda dengan keluarganya di sini. Hanya karena ketakutan dan trauma masa lalunya, Luna harus berbalik pergi dari sini setelah semua yang sudah mereka lalui?Tidak. Luna tak mau mengecewak

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   7. Kebetulan Berulang

    “Lihat kamarku, Mama. Aku sudah menata kamarku dengan sempurna.” Bocah tiga tahun itu membusungkan dada dengan bangga. Menunjukkan kamarnya di apartemen baru yang disiapkan Clara untuk Luna telah ditata dengan sempurna. Buku-buku cerita anak pun berjejer rapi dalam rak. Berbagai mainan dipajang di lemari, bederetan sejajar, tidak ada satu pun yang melenceng dari barisan, sangat sempurna, sampai Luna hampir lupa jika putranya masih tiga tahun.“Bagus, Sayang.”Carl tersenyum lebar mendengar pujian Luna. Ibunya tidak pernah menyuruhnya menjadi anak yang sempurna, tapi Carl tidak suka jika ada sesuatu yang tidak sesuai tempatnya. Di usia yang masih tiga tahun, Carl selalu menunjukkan keteraturan dan kesempurnaan. Bahkan cara bermain dan bicara Carl pun sudah seperti orang yang lebih dewasa dari usianya.“Sekarang, temani aku bermain, Mama! Paman Harvey tadi memberiku robot baru!”Namun, Carl tetap menunjukkan sosok anak kecil pada umumnya. Dia suka bermain dan sangat tertarik dengan ro

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   6. Perhatian Palsu

    Jordan tahu semua perhatian istrinya hanyalah bagian dari sebuah sandiwara. Dia melangkah ke kamar mandi, di mana uap panas beraroma lemon sudah mengepul dari bathtub. Ini adalah hal yang selalu disiapkan Olivia setiap hari. Dengan tenang, Jordan kembali ke kamar, mengambil masker dan sarung tangan lateks dari dalam tasnya.Setelah memakainya, Jordan kembali ke kamar mandi. Dia memasukkan tangannya yang bersarung tangan ke dalam air hangat itu, memutar sumbatan pembuangan hingga bathtub kosong. Dia membilasnya dengan air bersih sebelum mengisinya kembali dengan air baru. Saat akhirnya berendam, matanya tertuju pada botol minyak esensial yang isinya tersisa setengah. Jordan mengambil botol itu dan menatapnya dengan dingin. Wanita itu benar-benar ingin dia mati. Permainan mematikan ini sudah berjalan selama setahun, dan selama itu pula Jordan harus terus waspada.Minyak esensial yang dicampur dengan air dalam bathtub sebelumnya adalah salah satu rencana licik wanita itu. Bukan ha

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   5. Pertemuan Singkat

    Jordan Reed berdiri di sisi mobilnya. Satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celana panjangnya selagi tatapannya tajam menatap sedan hitam di hadapannya.Kening Jordan berkerut singkat ketika samar-samar melihat siluet seorang wanita yang sedang memeluk seorang bocah kecil di bangku penumpang. Jordan tidak bisa melihat rupa wanita itu karena cukup jauh dari jarak pandangnya dan terhalang sosok pria yang sedang berbalik ke arah mereka.Pandangan Jordan baru teralih ketika melihat pria itu, yang duduk di kursi penumpang depan, keluar dari mobil dan menghampirinya.“Sopirku telah membuat kesalahan. Berikan kontakmu, aku akan mengganti rugi kerusakan mobilmu.”Kedua alis Jordan terangkat mendengar nada arogan yang keluar dari pria di hadapannya ini. Arogansi yang dikeluarkan pria ini membuat Jordan mendengus dan satu sudut bibirnya terangkat, sebelum tangan Jordan merogoh saku jas untuk mengambil kartu nama dan memberikannya pada pria itu.Setelah menerima kartu nama Jordan, pria itu ber

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   4. Kembali Lagi

    Empat tahun kemudian.Sebuah sedan hitam mewah meluncur mulus di jalan raya, meninggalkan Bandara Internasional Veridian di belakang. Di dalam, keheningan yang nyaman menyelimuti tiga penumpangnya.Luna menatap ke luar jendela. Pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang familier di Veridian terasa seperti hantu dari masa lalu, membangkitkan kenangan yang telah dia kubur dalam-dalam. Dia mengenakan blus sederhana namun elegan, rambutnya ditata rapi, dan ekspresi wajahnya tenang, menunjukkan kedewasaan yang tidak dia miliki empat tahun lalu.“Mama, kenapa semua gedungnya sangat tinggi? Apa mereka tidak takut jatuh?”Sebuah suara kekanak-kanakan memecah keheningan. Di sampingnya, Carl, putranya yang berusia tiga tahun, menempelkan wajahnya ke kaca jendela, matanya yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu mengamati pemandangan kota. Wajah tampan bocah itu adalah cerminan dari wajah Luna, tetapi sorot matanya yang tajam mengingatkan pada seseorang yang sangat ingin Luna lupakan.Luna te

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   3. Keluarga Lain

    Wajah Robert Carter merah padam karena amarah, napasnya memburu. Di belakangnya, Nancy muncul dengan ekspresi puas yang berusaha dia sembunyikan di balik topeng kemarahan.“Anak tidak tahu diuntung!” raung Robert, suaranya menggema. “Kabur tepat setelah hari pernikahan adiknya! Dia sengaja ingin mempermalukan keluarga ini!”Olivia berbalik menghadap Jordan. Wajahnya terlihat pucat dan matanya berkaca-kaca. “Jordan, apa yang harus kita lakukan? Aku khawatir terjadi sesuatu pada Kak Luna. Bagaimana jika dia …”Namun, saat Olivia menatap Jordan, di sudut matanya yang tidak tertangkap oleh siapa pun, ada kilatan kepuasan yang dingin. Rencana gegabah ini justru berjalan lebih baik di luar dugaannya.Jordan tidak menanggapi kekhawatiran istrinya. Matanya yang dingin menatap lurus ke arah Robert Carter.“Tuan Carter,” kata Jordan, suaranya tenang namun memancarkan otoritas yang tak terbantahkan. “Mulai saat ini, Luna adalah tanggung jawab saya juga. Saya akan mengerahkan orang-orang saya unt

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status