Share

Pengejaran Yang Konyol

Author: Aspasya
last update Last Updated: 2025-06-10 07:00:08

"Atas perintah kaisar! Tangkap buronan, selamatkan sandera! Jangan biarkan mereka kabur!"

Suara lantang anggota Jinyiwei bergema di antara atap-atap rumah Longcheng. Pagi cerah yang seharusnya damai berubah menjadi panggung kejar-kejaran absurd. Seorang buronan dengan pedang terhunus berlari sambil menyeret seorang pemuda dalam hanfu sutra biru langit yang tampak lebih kesal karena sarapannya terganggu daripada takut akan nyawanya.

Zhiyu melirik ke bawah, mengamati formasi pasukan Jinyiwei yang bergerak seperti semut hitam di jalanan. Mereka tampak bingung, menengok ke segala arah.

"Mereka sama sekali tidak terlatih untuk pengejaran di atap," gumam Zhiyu tanpa diminta. "Taktik mereka lebih cocok untuk menghadang musuh di tanah datar."

Buronan mendengus di antara napasnya yang berat. "Kau bicara seperti seorang jenderal, padahal kau hanya seorang sandera."

"Aku hanya pengamat yang baik," balas Zhiyu dengan suara datar. "Omong-omong, jika kau ingin melarikan diri dengan lebih efisien, aku sarankan jalan pintas."

Langkah buronan melambat, mata elangnya yang tajam melirik curiga. "Jalan pintas?"

Zhiyu mengangguk seperti seorang pemandu wisata yang sedang menjelaskan rute terbaik. "Lewati atap kedai teh itu, belok kanan di gang sempit antara toko kain dan rumah dukun. Kemudian lompat ke belakang toko pernak-pernik, tapi hati-hati, ada anjing galak di sana."

Buronan berdecak kesal. "Mengapa kau tahu semua ini? Dan kenapa aku mempercayai sandera untuk menentukan rute pelarianku?"

Zhiyu menyunggingkan senyum tipis. "Karena aku sering lewat di sini jika ingin mencicipi makanan di pasar tanpa izin keluarga."

Buronan terdiam sejenak, mempertimbangkan saran dari sanderanya yang terlalu kooperatif ini. Dengan helaan napas berat, ia akhirnya mengangguk dan mengubah arah.

"Kanan setelah kedai teh... kemudian... ke arah mana tadi?"

"Gang sempit di antara toko kain dan rumah dukun," Zhiyu mengulangi dengan sabar. "Lihatlah, tepat di bawah sana."

Benar saja, mereka berhasil menghindari kejaran Jinyiwei. Dari kejauhan terdengar suara frustasi para prajurit yang kehilangan jejak.

"Mereka hilang! Bagaimana mungkin?"

"Periksa semua gang!"

"Laporkan pada Letjen Wei Xuan, kita kehilangan buronan itu!"

Buronan dan Zhiyu tiba di bagian timur perbatasan kota yang sepi. Kumpulan bangunan tua yang tak terawat berdiri menyerupai hantu-hantu dari masa lalu. Buronan memilih salah satu struktur yang lebih mirip reruntuhan daripada tempat persembunyian. Sebuah gudang tua dengan atap yang sebagian sudah runtuh.

Di dalam gudang, buronan menghela napas lega.

"Aku sudah melalui banyak pertarungan, tetapi tidak pernah sekonyol ini..."

Zhiyu melihat sekeliling dengan mata penilai. Dia mengibaskan debu dari kursi kayu usang, lalu mengamatinya dengan penuh kritik, seperti seorang bangsawan yang menilai kualitas furnitur kerajaan.

"Debu terlalu tebal, dinding berderak tak stabil, dan baunya sangat mirip kaos kaki Komandan Jinyiwei setelah bertugas tiga hari tanpa pergantian. Sangat tidak direkomendasikan."

Buronan menatapnya dengan ekspresi tak percaya. "Kau benar-benar peduli soal itu sekarang?"

Zhiyu duduk dengan tenang di kursi kayu usang yang tampaknya siap patah kapan saja, sementara buronan mengintip keluar melalui celah dinding, memastikan tidak ada pasukan Jinyiwei yang masih mengikuti.

Merasa aman, buronan mengeluarkan tali dari pinggangnya, berniat mengikat Zhiyu.

"Tidak perlu mengikatku," kata Zhiyu.

Buronan mengernyit, tetap mencoba mendekat dengan tali di tangan. "Jika tidak kuikat, kau akan melarikan diri."

Zhiyu mendesah, menatap pria itu dengan pandangan yang biasa ia berikan pada koki yang salah mengukur bumbu.

"Tuan buronan, kau ini benar-benar pendekar pedang hebat! Lompatan di atap tadi sangat mengagumkan meski teknikmu sedikit kasar di sisi timur. Sayangnya, pengetahuanmu tentang sandera sangat minim!"

Buronan menyipitkan mata. "Apa maksudmu?"

"Kau tidak mengenaliku?" Zhiyu balik bertanya.

Buronan mengamati pemuda di hadapannya. Rambut hitam panjang terikat rapi dengan pita sutra hitam, wajah rupawan yang tenang tanpa ekspresi takut, hanfu biru muda dengan bordiran awan emas yang jelas mahal, sepatu bot kulit berkualitas tinggi. Dia menggeleng dengan yakin.

"Sungguh?" Zhiyu terdengar setengah terluka, setengah terkejut.

Buronan mengangguk lagi.

Zhiyu akhirnya menyerah. "Aku Baili Zhiyu."

Buronan tetap tampak tidak terkesan. "Oh, lantas?"

"Ah, tidak apa-apa," Zhiyu menyandarkan diri ke kursi kayu usang yang berderit protes.

Ada keheningan canggung sebelum mata buronan melebar perlahan. Ia menatap sanderanya dari ujung kepala hingga kaki sekali lagi, kali ini dengan lebih seksama.

"Tunggu... Baili Zhiyu, Tuan Muda Kedua keluarga Baili... Teman belajar Pangeran Ketiga Xiao Zeyan?"

Zhiyu menatapnya tajam, tidak terkesan. "Bukankah tadi sudah kukatakan?"

"Iya ... Sahut buronan, menelan ludah kasar. "Baili Zhiyu, kritikus kuliner yang sudah membuat bangkrut separuh restoran di Longcheng."

"Apakah reputasiku seburuk itu?" tanya Zhiyu yang lebih mirip gumaman yang ditujukan pada dirinya sendiri.

"Dan salah satu satu dari bujangan lapuk ibukota yang diidamkan para wanita ..." lanjut sang buronan, menatap Zhiyu tak berkedip.

Dan sebuah tendangan pun mendarat di tulang kering pria itu. Zhiyu menatapnya dengan santai, tanpa merasa salah, sedangkan sang buronan meringis kesakitan. Sungguh malang, seorang buronan yang justru menderita karena sanderanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lafiza
Obrolan konyol antara sandera dan penculik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Rencana Rahasia di Bawah Sinar Bulan

    "San Gē, jika lorong rahasia di Pasar Hantu memiliki jalan keluar yang berbeda-beda ke berbagai tempat, aku yakin ada satu jalur utama yang mempertemukan semua jalur rahasia itu, bukan?" Zhiyu menjawab dengan nada serius, menunjukkan bahwa otaknya sudah bekerja menganalisis situasi yang kompleks."Jadi..." Zeyan menelan ludah dengan hati-hati. "Kau mau menelusuri lorong-lorong rahasia itu sendiri?"Zhiyu mengangguk mantap tanpa ragu. "Tetapi kita harus mengeluarkan Luó Jìng dulu dari Manor Gao sebelum melakukan itu.""Bagaimana caranya?" Zeyan mengerutkan keningnya dengan khawatir, suaranya mulai bergetar karena cemas. "Èr Lang, jangan katakan kau hendak menyusup ke dalam Manor Gao? Jika sampai ketahuan, Ayahanda Kaisar pasti akan pergi ke Barat untuk menyusul Sun Go Kong karena stress berat!"Zhiyu melirik Zeyan dari atas punggungnya dengan tatapan yang cukup untuk membuat Zeyan langsung paham bahwa di

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Sore yang Tak Terduga

    Sore menjelang malam, suasana ibukota Longcheng mulai dihiasi dengan kemeriahan khas kehidupan malam yang tidak pernah tidur. Jalanan kota diterangi lampion merah dan lentera emas yang menyala berjajar di sepanjang jalan utama, menciptakan suasana hangat yang kontras dengan udara malam yang semakin dingin.Baili Zhiyu melangkah dengan tenang dan terkendali, kedua tangannya diklasper di belakang punggung dengan sikap yang mencerminkan ketenangan seorang sarjana. Ujung hanfu biru mudanya berkibar lembut tertiup angin malam yang mulai terasa lebih dingin dan membawa aroma bunga yang harum dari taman-taman kota.Di sampingnya, Xiǎo Zeyan berjalan dengan langkah santai yang khas, jubah biru kerajaan yang dipakainya juga berkibar-kibar mengikuti irama langkahnya. Sesekali dia memperhatikan sekeliling dengan mata yang mengamati setiap detail, meski wajahnya tetap menunjukkan ekspresi santai yang biasa."Èr Lang, kau mau mereview

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Drama di Paviliun Kabut Rasa

    Sementara itu, di Paviliun Kabut Rasa yang terkenal tenang, Xiao Zeyan seperti biasanya tengah bermalas-malasan sambil menikmati kacang rebus hangat di teras yang menghadap taman. Ia duduk dengan sikap santai, sesekali melempar biji kacang ke udara dan menangkapnya dengan mulut.Sementara di teras yang tak jauh darinya, Xie Zun dan pasukan bayangannya berlutut berderet dengan rapi, menunggu dalam formasi sempurna.Shèng Rui dan Ji Rou, kedua pelayan setia yang sudah bertahun-tahun mengabdi pada Pangeran Ketiga, pun melaporkan dengan nada formal yang tidak biasa."Yang Mulia, Jenderal Xie Zun dan Pasukan Angin Malam Berselimut Teh telah siap menunggu perintah Anda."Xiǎo Zeyan terkejut mendengar laporan itu dan hampir tersedak biji kacang yang tengah dimakannya dengan cara tidak elegan. Ia sedang asyik melempar kacang ke atas ketika mendengar pengumuman yang mengejutkan tersebut."Yang Mulia!" Ji Rou buru-buru berlari mengambil air dan mem

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Pagi yang Tidak Biasa di Yamen Menteri Perang

    Fajar baru saja menyingsing ketika Xú Jianghong merapatkan jubahnya yang masih agak kusut dan bergegas menemui beberapa tamu penting yang pagi ini telah menunggunya di Yamen. Langkahnya tergesa namun tetap terkendali, meski pikirannya masih dipenuhi memori tentang aroma Teh Bunga Tujuh Rupa dari malam sebelumnya.Zhou Liang, pelayan Yamen yang setia dan selalu cemas berlebihan, bergegas menyambutnya dengan wajah yang menunjukkan kekhawatiran berlebihan."Menteri Xú, Menteri Han, Tuan Muda Yuan dan Komandan Wei Xuan telah menunggu Anda sedari tadi," lapornya dengan nada khawatir. "Mereka tampak sangat serius dan saya khawatir ada urusan besar yang terjadi.""Aku mengerti, Zhou Liang. Terima kasih atas laporannya," sahut Xú Jianghong dengan nada serius sambil merapikan penampilannya sebelum masuk.Dia melangkah masuk ke ruang utama Yamen dengan sikap siap menghadapi situasi apapun, dan segera memberi horm

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Kenangan dan Kesulitan yang Tersimpan

    Shèng Guan menyesap tehnya lagi, ekspresi wajahnya berubah menjadi lebih serius. "Tapi tidak semua kenangan tentang masa itu menyenangkan, Menteri Xú.""Bagaimana maksud Anda?" tanya Xú Jianghong sambil mencondongkan tubuh sedikit ke depan, menunjukkan ketertarikan yang tulus."Setelah lulus dari akademi dengan nilai yang sangat bagus, bahkan masuk dalam sepuluh besar lulusan terbaik angkatan saya, saya menghadapi kenyataan pahit." Shèng Guan menatap langit-langit sejenak. "Ternyata nilai bagus saja tidak cukup.""Ah, sistem itu," gumam Xú Jianghong paham."Tepat sekali. Untuk mendapatkan jabatan yang bagus, saya harus menyuap Menteri Personalia saat itu. Tapi dari mana saya mendapatkan uang sebanyak itu?" Shèng Guan tertawa pahit. "Keluarga saya bahkan kesulitan mengirim uang untuk makan sehari-hari.""Sistem yang tidak adil memang," komentar Xú Jianghong diplomatik.

  • Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif    Teh Bunga Tujuh Rupa Di Kediaman Walikota

    Di lain tempat, di kediaman Walikota Shèng Guan, suasana makan malam berlangsung dalam keheningan yang sopan namun agak canggung. Lentera gantung memantulkan cahaya temaram ke permukaan meja kayu yang dipoles halus, tempat aneka sajian lezat tersaji dengan rapi. Pangsit kukus yang masih mengepul, irisan daging rebus yang dipotong tipis sempurna, dan teh yang mengepul pelan dari cangkir porselen bermotif naga.Xú Jianghong duduk dengan sikap yang berusaha terlihat santai, menikmati hidangan itu, atau setidaknya berusaha menikmati. Namun kenyataannya, selera makannya sudah hilang sejak insiden aneh di tepi kolam taman belakang beberapa saat yang lalu.Kemunculan Wei Xuan, Komandan Pasukan Jinyiwei, dari dasar kolam seperti seekor ikan raksasa bukanlah hal yang bisa dianggap sebagai lelucon biasa. Apa yang sebenarnya dilakukan pria itu di tempat seperti itu? Pertanyaan itu berulang kali muncul di benaknya seperti mantra yang tidak bisa dihenti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status