Yuan Qing berlari memasuki kompleks Mansion Baili dengan napas terengah. Jubah pelayannya berkibar liar, sepatu botnya menimbulkan suara gaduh di lantai kayu berpelitur. Sejumlah pelayan lain menoleh kaget, tetapi ia tak peduli. Berita yang dibawanya terlalu penting untuk dihalangi kesopanan.
Di aula utama, Tuan Besar Baili duduk dengan tenang. Jubah mewahnya berwarna hijau zamrud berkilau tertimpa cahaya pagi yang mengintip dari jendela. Teh paginya mengepul dari cangkir porselen berukir awan biru. Yuan Qing berlutut dengan cepat, hampir tersandung kakinya sendiri. "Tuan Besar! Tuan Muda Kedua telah disandera!" serunya panik. Tuan Besar Baili mengangkat cangkir tehnya dengan gerakan lambat, menghirup aromanya sejenak, lalu menyeruput dengan nikmat. Matanya terpejam selama beberapa detik, tampak sedang menikmati rasa teh berkualitas tinggi itu. "Hm... biarkan saja," jawabnya santai seolah baru diberitahu bahwa hari akan turun hujan. Yuan Qing terdiam. Otaknya seperti roda pedati yang berhenti mendadak. "Tuan Besar... biarkan saja?" ulangnya ragu, hampir terjungkal dari posisi berlututnya. Tuan Besar Baili hanya mengangkat alis, sementara tangannya dengan santai mengambil kue kering dari piring di sampingnya. "Siapa tahu dia akan menemukan kisah cinta selama disandera," ujar Tuan Besar sambil mengunyah kue dengan lambat. "Bukankah itu cara yang bagus untuk mendapatkan menantu?" Yuan Qing menganga, matanya berkedip cepat. Pelayan Tuan Baili di sampingnya mendekat dan berbisik di telinganya. "Ini bukan yang pertama kali, Yuan Qing. Kau baru setahun bekerja untuk Tuan Muda Kedua, jadi kau belum tahu." Yuan Qing mengerutkan dahi. Apa yang belum dia ketahui? "Ah, rupanya kau belum paham," Tuan Besar Baili tersenyum tipis. "Anakku itu... cukup istimewa dalam hal disandera." Tuan Besar Baili tersenyum santai, lalu dengan nada penuh kebanggaan seperti seorang ayah membanggakan prestasi putranya, ia mulai bercerita. Dan saat itulah Yuan Qing menyadari bahwa Baili Zhiyu memiliki reputasi tersendiri di kalangan penculik Longwen. Bukan sebagai korban yang malang, melainkan sebagai 'sandera paling merepotkan dalam sejarah kerajaan'. *** Penculikan Pertama, kasus pemilik restoran yang berakhir bangkrut. "Tuan Baili! Aku menyandera putramu! Berikan aku lima ribu tael emas atau dia akan menderita!" teriak seorang saudagar berbadan besar dengan bekas luka di wajahnya. Zhiyu, bukannya ketakutan, justru mengamati mangkuk sup di hadapannya dengan kerutan dalam di dahi. "Apa ini? Kau menyebutnya sup? Air tawar dengan potongan sayur yang bahkan tidak direbus dengan benar?" Ia mengangkat sumpitnya dan menunjuk ke arah daging. "Dan apa ini? Cara pemotonganmu mengabaikan arah serat daging. Kau memotongnya seperti orang yang sedang terburu-buru menebang kayu." Sang penculik mengerjap bingung. "Apa?" "Supmu hambar, teknik pemotongan dagingmu buruk, dan nasi ini bahkan lebih keras dari batu perbatasan Longwen!" Zhiyu mendorong mangkuk itu menjauh dengan ujung jarinya. "Aku tidak akan makan sampah seperti ini." Dua hari kemudian, saudagar itu berlutut di depan kantor Jinyiwei dengan tangan terikat, matanya bengkak karena menangis. "Aku menyerah! Ambil saja dia! Aku tidak tahan lagi!" Letjen Wei Xuan, Komandan Jinyiwei, menatapnya bingung. "Kau menyerahkan diri hanya karena tidak tahan dengan sanderamu?" "Tidak ada manusia yang bisa bertahan dalam kritikan tanpa henti setiap waktu makan tiba!" *** Penculikan Kedua, Geng Bandit yang menjadi murid kuliner "Apa ini? Kau menyebut ini pai daging? Bumbunya terlalu banyak, dagingnya hampir gosong, dan pai ini lebih keras dari sepatu perang!" Zhiyu menggeleng dengan ekspresi jijik. Pemimpin bandit, pria berambut acak-acakan dengan janggut tebal, tampak tersinggung. "Kau pikir mudah memasak di gua pegunungan?" "Jika kalian ingin hidup layak, setidaknya tahu bagaimana menggoreng makanan tanpa membuat dapur kalian meledak! Sini, biar kutunjukkan." Tiga hari kemudian, Letjen Wei Xuan dan pasukannya tiba di pegunungan, siap untuk penggerebekan besar. Namun, ... Yang mereka temukan adalah sekelompok bandit yang sibuk melayani pelanggan di kedai makanan baru. "Silakan tunggu giliran! Menu spesial hari ini adalah sup tulang sapi dengan rempah pegunungan, resep dari Shifu kami!" teriak salah satu mantan bandit dengan bangga. Wei Xuan hanya bisa menggaruk kepalanya. "Sifu?" "Aku sudah bertempur melawan pemberontak, penyusup, dan mata-mata kerajaan lain. Tapi aku tidak pernah menyangka aku harus menyelamatkan seorang kritikus makanan yang mengubah bandit menjadi pengusaha restoran." *** Penculikan Ketiga. Pemberontak yang menjadi Flfilosof mendadak "Jadi kau ingin membangun negara baru, tetapi tidak punya rencana ekonomi?" Zhiyu menggeleng kecewa. "Ini seperti ingin membangun rumah tanpa kayu dan paku." Pemimpin pemberontak, seorang pria jangkung dengan tatapan intens, mengerutkan dahi. "Kami fokus pada nilai-nilai keadilan dan kebebasan!" "Kalau kau ingin revolusi, setidaknya miliki sistem ekonomi yang layak. Apa rencana pajakmu? Bagaimana dengan perdagangan luar negeri? Sistem moneter?" Setelah lima hari penuh ceramah ekonomi, politik, dan filosofi pemerintahan, pemberontak itu akhirnya menyerah. "Aku tidak ingin revolusi lagi. Aku hanya ingin tidur tanpa mimpi tentang grafik ekonomi dan perhitungan pajak progresif!" *** Yuan Qing mendengarkan cerita-cerita itu dengan mata melebar. "Tapi Tuan Besar... ini berbeda! Biasanya penculiknya menyerah lebih dulu dan tidak mau bertemu Tuan Muda Kedua lagi seumur hidupnya! Tetapi kali ini... kali ini buronannya berbahaya!" Tuan Besar Baili mengibaskan tangannya dengan tenang, seolah mengusir lalat yang mengganggu. "Tenang saja. Paling lama tiga hari, aku jamin si penculik akan berpikir dua kali tentang hidupnya." Yuan Qing terdiam, tidak tahu haruskah ia mengasihani tuan mudanya atau justru penculiknya yang malang. Untuk pertama kalinya, ia lebih mengkhawatirkan buronan daripada Tuan Muda Kedua, Baili Zhiyu.Mereka bertiga duduk di sudut restoran menghadap jendela, di mana jalanan ibukota menyajikan pertunjukan gratis. Pedagang berteriak menjajakan dagangan, kereta kuda berderap, bangsawan berjalan santai, kehidupan Longcheng yang tak pernah berhenti.Pelayan yang melayani mereka gemetar seperti daun di angin kencang saat mencatat pesanan Baili Zhiyu. Trauma enam bulan lalu masih membekas dalam. Tangannya bergetar memegang kuas tulis, sudah membayangkan kemungkinan terburuk jika tuan muda ini kembali melancarkan kritik mematikan.Pelayan itu berusaha menjaga tangannya tetap stabil, tetapi kuasnya menari dengan ragu. Seolah-olah satu kesalahan kecil akan berakhir dalam ulasan mengerikan yang menghancurkan reputasi keluarganya selama tujuh generasi.Xu Jianhong merasa ini adalah kesempatan emas untuk akhirnya melakukan interogasi yang benar. Ia menuangkan teh untuk mereka bertiga dengan harapan tinggi bahwa hari ini takdir akan
Baili Zhiyu melangkah dengan tenang dan elegan selayaknya seorang tuan muda dari keluarga terhormat. Setiap gerakannya mencerminkan kedisiplinan yang tertanam dalam pendidikan keluarga bangsawa. Punggung tegak, langkah teratur, pandangan tenang menyapu sekitar dengan pengamatan yang tajam.Di sampingnya, Xiǎo Zeyan berjalan dengan malas, tampak sama sekali tidak tertarik dengan kesibukan ibukota. Tangan kanannya dimasukkan ke dalam lengan jubah, sedangkan tangan kiri sesekali menguap dengan dramatis. Mata setengah terpejam, seolah berjalan di tengah mimpi yang tidak terlalu menarik.Di belakang mereka, Xu Jianhong mengikuti dengan langkah berat, merasa nasibnya semakin buruk dengan setiap langkah. Keningnya berkerut, menatap punggung kedua pemuda di depannya dengan campuran frustrasi dan kepasrahan. Ia mulai mempertanyakan keputusannya mengajak mereka untuk "interogasi santai" ini.Tujuan mereka adalah Restoran Lianhe Fang, restoran mew
Xu Jianhong berdiri di depan gerbang Mansion Baili dengan wajah seperti seorang jenderal yang siap berperang melawan musuh yang tidak terlihat. Hari ini ia bertekad menyelesaikan interogasi dengan Baili Zhiyu. Tanpa drama, tanpa kejutan, dan terutama tanpa melibatkan Pangeran Ketiga yang merepotkan.Sayangnya, takdir memiliki rencana lain."Maaf, Tuan Menteri," pelayan Mansion Baili membungkuk sopan. "Tuan Muda Kedua sedang berkunjung ke Manor Menteri Personalia."Xu Jianhong menahan keinginan untuk menengadahkan wajah ke langit dan berteriak pada dewa-dewa yang tampaknya senang mempermainkan hidupnya. Menteri Personalia, Li Chengfeng, merupakan adik mendiang Nyonya Baili."Terima kasih," ucapnya dengan senyum yang hampir retak di ujung.Perjalanan menuju Distrik Akademik terasa seperti pawai kematian. Xu Jianhong terus berharap bahwa hari ini, untuk sekali saja, nasib akan memihaknya
Han Qingsheng, Menteri Hukum, berdiri dengan tenang sembari menikmati sepotong baozi berisi daging yang masih hangat. Wajahnya tampak damai, seolah ia sedang menikmati pagi yang sempurna. Bukan sedang menghadapi Menteri Perang yang hampir mengalami gangguan jiwa.Di sebelahnya, Walikota Longcheng, Shen Guang tersenyum tipis dan duduk dengan elegan di samping Xu Jianhong yang masih terlihat seperti orang yang baru saja selamat dari bencana alam.Dengan suara simpatik yang terdengar tulus, Shen Guang berbicara. "Menteri Xu, aku paham sekali perasaanmu."Xu Jianhong yang sudah mulai pulih dari histerianya tadi akhirnya berdiri, menelan sisa baozi dengan agak tergesa, lalu memberi hormat dengan sopan meskipun masih ada remah baozi menempel di sudut bibirnya."Maafkan saya. Tidak seharusnya Anda berdua menyaksikan keributan memalukan di yamen seperti tadi."Han Qingsheng hanya melambaikan tangan dengan santai, seolah kejadian tadi hanyala
Matahari pagi belum sepenuhnya menyinari ibukota Longcheng ketika Xu Jianhong, Menteri Perang yang biasanya tenang dan berwibawa, sudah duduk di yamen-nya dengan wajah seperti orang yang baru saja mendengar kabar kiamat akan tiba besok.Di hadapannya, sebuah laporan tebal dari Pasukan Jinyiwei terbuka dengan rapi. Halaman demi halaman berisi detail mengenai hilangnya suami ketiga Nyonya Gao Shichen. Kasus yang seharusnya menjadi tanggung jawab Jinyiwei. Bukan yamen, tetapi entah mengapa laporan itu kini sudah ada di atas mejanya.Xu Jianhong membaca dengan teliti, matanya menyapu setiap karakter dengan cermat. Sampai... matanya tiba-tiba membelalak seperti kura-kura yang tersedak air kolam!Xu Jianhong membalik halaman laporan, mengamati setiap detail dengan seksama. Kemudian ia berhenti.Ia melihat dua nama dalam daftar saksi.Ia menutup laporan.Ia membuka laporan lagi, mungkin ada kesalahan cetak.Tidak.Dua
Cahaya obor menari-nari di sudut-sudut jalan Longcheng saat pasukan Jinyiwei masih berkejaran dengan Luo Jìng dan Yan Feng. Derap langkah mereka memecah keheningan malam bagai gemuruh badai di musim hujan. Sementara itu, dari dalam tandu yang bergerak perlahan, Zeyan dan Zhiyu menikmati kekacauan tersebut dengan santai."Menurutmu, mereka akan tertangkap malam ini?" tanya Zhiyu sembari memainkan sepotong kue kacang yang entah didapatnya dari mana.Zeyan mengibaskan kipasnya dengan malas, mengamati sosok-sosok yang melompat dari satu atap ke atap lain. "Terlalu membosankan jika berakhir secepat itu."Tiba-tiba, jeritan panjang dan nyaring membelah udara malam yang dingin!Jeritan itu begitu memilukan, menyusup hingga ke tulang sumsum, membuat bulu kuduk siapa pun berdiri. Para Jinyiwei yang sedang mengejar buronan langsung berhenti, kepala mereka menoleh ke arah jeritan tersebut."Apa itu?" tanya Zhiyu, melongokkan kepalanya keluar tandu.