Share

Sepenggal Kenangan Yang Hilang

Pintu terbuka dan menampakkan sesosok bayangan hitam. Bayangan itu berjalan mendekatinya dan menempelkan jari telunjuknya ke hidung gadis itu. Sosok itu menghembuskan nafas lega. Ia mengira bahwa Aluna sudah mati karenanya. 

"Kenzo Mahendra! Ngapain lo ke sini?" Ucap Aluna tiba - tiba yang membuat Kenzo tersentak kaget dan mundur beberapa langkah.

"Udah tau aja ternyata. Gue nyariin lo dari tadi. Dan baru nemu lo di sini. Klo mau sembunyi itu yah ke taman, ke perpus atau nggak ke kelas gitu? Lah, ini malahan ke gudang. Aneh!" Cerocos Kenzo panjang lebar dan memandangi sekitar tempatnya berada. 

"Terserah gue! Lagian kita kan masih belum selesai ngebersihin gudangnya pe'ak." Jawab Aluna kesal.

Kotak P3K tergeletak di samping badan Aluna. Ia mengeryitkan dahi, seakan bertanya 'Siapa yang menaruhnya di sini?' Kenzo menarik kursi dari tengah ruangan sampai ke dekat Aluna. Memegang tangan nya dan mulai mengobati luka Aluna dengan obat yang ada di kotak P3K yang dibawa nya tadi.

Aluna hanya bisa pasrah saat melihat Kenzo memegangi tangannya. Toh juga tangannya lagi sakit, kalaupun ia memberontak. Itu hanya akan menambah rasa sakit yang ia rasakan. 

Aluna memalingkan mukanya ke arah lain, mencoba menghindar agar tidak melihat wajah pria itu lagi. Ia masih marah dengannya. Sedangakan Kenzo, Ia sedang mengobati luka Aluna dengan lembut, sesekali menanyakan Apa tekanan yang di berikananya pada lukanya terlalu keras? Ia hanya ingin Aluna tak merasakan sakit lagi. Yang sebelumnya sudah ia berikan padanya. 

Tak terasa setetes cairan bening keluar dari mata Aluna. Ia ingin menyekannya sebelum keluar, namun ia mengurungkan niatnya karena tangannya sedang di obati oleh Kenzo. Kenzo yang sedari tadi menunduk mengobati luka Aluna tiba - tiba mendongokkan wajahnya ke atas. Menatapnya. 

Ia melihat wajah gadis itu penuh dengan air mata. 'Apa aku terlalu kasar yah?' ucap Kenzo dalam hati. Ia berhenti dari pekerjaanya dan mulai mengusap air mata Aluna.  

Lima menit berlalu tangisan Aluna kini sudah berhenti. Mata yang semula indah sekarang berubah menjadi bola pimpong besar seperti mata Ikan Koi. 

Kenzo, Ia tak bisa berbuat apa - apa jika ada seorang gadis yang menangis di depannya. Ia hanya bisa menolong dengan cara mengusap air matanya. Hmm.. mungkin ia juga bisa memeluknya. Tapi, itu hanya berlaku untuk Mama dan pacarnya saja!

.....

Malam yang sangat nyaman, hanya ada semilir angin yang menerpa dan banyaknya bintang - bintang yang menghiasi kelamnya langit malam. Menambah kesan mewah seperti sebuah lukisan.

Di temani dengan secangkir kopi hangat, pria itu mulai menyeruputnya dengan beringas. Yang hanya menyisahkan ampasnya saja. 

Sekarang, ia berada di lantai atas rumahnya dan sebuah keributan yang besar mulai di dengarnya. "Hmm.. suara itu berasal dari lantai bawah ternyata" ucapnya dalam hati. 

Dari kejauhan tampak sosok satu orang wanita dan satu orang pria sedang bertengkar hebat di teras depan rumahnya. Menunjuk satu sama lain, saling mendorong dan berakhir dengan sang pria melenggang pergi meninggalkan wanita itu menggunakan mobil. 

Ia berada di balkon rumahnya, sehingga menatap sipit wanita itu, mencoba mengenalinya. Ia bergegas pergi ke lantai bawah dan menghampiri wanita itu. Yang ternyata adalah kekasih gelapnya. 

Sedangkan dia, yang bernama Kenzo hanya menatap dengan penuh luka saat gadis yang di sayanginya menangis. Ia berjanji akan membalas dendam pada orang yang telah membuat gadisnya seperti ini. 

Ia melihat gadisnya sedang membenturkan kepalanya ke tembok berkali -  kali. Gadis itu tak perduli, jika kepalanya akan pecah. Memanglah itu yang di inginkannnya. 

.... 

Kenzo berdiri terpaku, mengingat kejadian kelam yang di alaminya di masa lalu. Hingga ia sampai meneteskan air mata karena gadis yang sangat Ia idolakan menangis di dalam drama korea yang di tontonnya.

"Jangan ingat - ingat kejadian itu lagi Ken," ucapnya lirih sambil mengacak acak rambutnya. Beralih merapikan buku ke rak dan mencari buku yang di amanati oleh guru tadi pagi, Pak Darpo. 

Air mata yang menempel di pipi Aluna kini sudah mengering. Ia berbaring ke lantai dan tanpa sengaja tertidur pulas. Melihat Aluna yang menangis tersedu - sedu tadi membuat hatinya tergerak untuk lebih lembut kepadanya. Kenzo tak berani untuk membangunkannya apalagi menjahilinya.

*** 

"Beres! cakep nih." Ucap Kenzo, bangga dengan hasil tatanan rapi tumpukan buku di rak panjang itu. 

Selesai sudah semua pekerjaan Kenzo di gudang. Semakin sempurna juga setelah ia berhasil menemukan buku yang bertuliskan 'Whalien 52' di sampulnya. Ia pun pergi menghampiri Aluna. "Kok Aluna nggak bangun - bangun yah?" tanya Kenzo kepada dirinya sendiri. 

Sebuah lagu ia mainkan dengan volume full untuk sebuah ponselnya. Ia menaruhnya lebih dekat ke telinga Aluna, menunggu sang empu bangun dari tidurnya. 

Satu hingga tiga, berbagai genre lagu sudah ia putarkan, tapi tetap saja Aluna masih belum juga terbangun. Ia pun menggoyang - goyang kan tubuh Aluna. Mencoba sebisa mungkin agar ia bisa melihat mata gadis itu kembai terbuka.

Nihil. Semuanya sia - sia! Kenzo mulai panik, ia segera keluar mencari sesuatu. Beberapa menit sudah berlalu dan ia kembali dengan membawa segepok kain putih yang tersimpan rapi di plastik bening transparan. 

Membuka dan merentangkannya dengan kedua tangan, lalu menutupi semua bagian tubuh Aluna tanpa tersisa. 

Plak!

Sebuah tamparan keras berhasil mengenai pipi Kenzo. Membuat bekas berbentuk lima jari sempurna di wajahnya. Sang empu hanya meringis kesakitan sambil memegangi pipinya dengan tangan. 

"Lo udh bangun Lun? Kenapa nggak bilang dari tadi? Klo gue tau bakalan kayak gini, mending nggak usah capek - capek bawa kain segala kali. Ini juga, main tampar - tampar aja. Sakit tau!" Protes Kenzo kepada Aluna yang sudah bangun dari mimpinya.

"Ngapain bawa kain putih segala ke sini? Dikira gue udh mati apa?!" Jelas Aluna, menunjuk jari ke dirinya.

"It- itu tadi buat alas tempat lo tidur kok Lun heheh.. " Balas Kenzo dengan sebuah cengiran.

"Hadeuh.. Ketahuan banget bo'ongnya." Ungkap Aluna sambil memegangi jidatnya yang tak sakit. Mengambil plastik bening transpraan di sampingnya yang masih memiliki label merek dan juga harga jual dari barangnya.

"Ini apa?" tanya Aluna tanpa basa - basi. Kenzo yang melihat bukti kejahatannya langsung mencodongkan badannya dan menangkupkan tangannya ke depan Aluna. 

"Gue minta maaf yah... " ucap Kenzo dengan nada yang rendah.

"Pliss... maafin gue Lun... " sambungnya dengan memperlihatkan puppy eyes kebanggannya.

Aluna hanya diam, ia menatap ke depan. 'Apa Kenzo yang ngebersiin ini semua?' gumam Aluna melihat sekeliling gudang yang sudah bersih nan rapi dan menghiraukan ucapan maaf dari nya.

Ia beralih menatap Kenzo yang masih menunduk di depannya dan melihat ada buku yang ia cari selama ini sedang berada di genggaman sang pria itu. 

"Nye nye nye nye... siniin dulu bukunya, klo udh baru gue maafin lo!" Jawab Aluna sembari memain - mainkan bibirnya. 

Kenzo membenahi posisinya, menatap buku yang agak tebal di tangannya. Membolak - balik sampul buku depan dan belakang secara bergantian. Dengan cepat Ia langsung memberikan buku itu kepada Aluna. 

Lebarnya kedua tangan Aluna saat akan menerima buku yang berjudul 'Whalien 52' itu dari sang pria. Memeluk buku itu dengan erat sembari berucap terima kasih kepadanya. Sang pria di depannya itu merasa agak bingung karena gadis di depannya itu memperlihatkan kesenangan yang berbeda. 

'Kesenangan yang orang lain akan dapatkan, jika bertemu dengan seseorang yang lama tidak berjumpa. Buku itu di seperti sepenggal kenangan indah Aluna yang hilang' begitulah yang ada dipikiran Kenzo sekarang. 

Ia mencoba pergi dari hadapan si gadis, namun gadis itu merintih kesakitan. Meminta pertolongan. Ia baru ingat kalau tangan Aluna sedang terluka. Dengan sigap ia langsung membantunya berdiri. 

"Aww.. aww... " jerit Aluna saat pergelangan tangganya di pegang secara tiba - tiba oleh Kenzo.

"Udah. Jangan manja deh! Lukanya kan udah mulai sembuh nih." Ucap Kenzo menunjuk pergelangan tangan gadis itu.

"Bukan itu bego!!!" Bantah Aluna sambil meneriaki pria itu dengan lantang. 

"La terus?" tanya Kenzo, menaikkan satu alisnya. 

"Lihat ke bawah!" jelas Aluna kepadanya.

Mulut Kenzo membuka dengan sempurna disertai kedua alisnya yang menjulang ke atas dan dengan mata yang melotot hingga nyaris keluar dari tempatnya. Ia tak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status