Share

Sakit Bego! Pelan-Pelan Napa?

Kenzo masih teringat jelas, saat gadis itu yang secara tiba - tiba menonjok wajahnya dengan sangat keras saat Ia sedang memegangi wajah cantik itu mendekat ke wajahnya. Rupanya pilihan itu hanya di gunakan sebagai candaannya saja. 

Kenzo yang mengira itu adalah pilihan yang sesungguhnya merasa sedang di permainkan olehnya. Ia pun mengambil ponsel di saku dan mulai berkaca di depan layarnya, terlihatlah sudut bibirnya yang agak membiru dengan sedikit darah yang mulai agak mengental.

Aluna hanya memainkan jari - jari tangganya, merasa tak bersalah dan pergi dengan tenang menuju ke rak yang tak jauh dari tempatnya berada. 

Masih dalam keadaan yang tak memungkinkan, Ia malah menyuruh Kenzo untuk cepat - cepat membantunya merapikan buku. Dan berkata bahwa pilihannya sudah di tentukan dan juga di kabulkan. 

Mata Kenzo bergerak cepat ke arah kiri dan kanan, masih bingung. Ternyata pilihan itu adalah sebuah tonjokan dekat bibir yang tadi ia berikan.

Entahlah... Kenzo merasa sudah di permainkan oleh Aluna. Ia seakan tak berdaya menghadapi gadis itu dengan logika. Apakah harus menggunakan kekerasan?

 

*** 

"Sakit bego! Pelan - pelan napa?" celetuk Kenzo kepada gadis cantik di hadapannya.

"Udah pelan banget ini. Mau di gimanain lagi? Apa mau aku kasih tambahan ke yang satunya lagi biar tambah bonyok dan jontor ntu mulut?!" Balas Aluna yang kini sedang mengobati luka sang pria dengan kapas yang di lumuri obat anti bacteri bermerek dettol di botolnya. 

"Enggak lah, dikira gue bantal guling yang buat latihan tinju apa?! Main tonjok - tonjok aja!" protes Kenzo sambil memegangi area dagunya yang sedikit sakit.

Aluna semakin memperdalam tepukan kapas ber anti - biotik tersebut dengan kasar. Yang menimbulkan suara "Plek! plek!" seperti seorang ibu yang sedang menampleki bokong anaknya dengan sendal jepit obral harga sepuluh ribuan dapet 5 karena menghilangkan tupperwear kesayangannya emaknya. Ia sengaja membuat Kenzo kesakitan hanya untuk melihatnya merasakan siksaan karena perbuatan lancangnya!

Sang pria ingin marah, tapi setelah melihat wajah cantik Aluna, ia serasa terhipnotis begitu saja. Hanya terdiam dan mulai aktif kembali ketika mendengar ada suara. 

"Lihat sekeliling lo donk Ken," Pinta Aluna sambil menepuk bahu sang pria.

"Hmm... Udah. Terus kenapa?" jawabnya dengan santuy.

"Lah masih nanya nih bocah. Hadeuhh... Lu tadi udah lihat dan baca tulisan di depan pintu ini kan?!" Aluna mulai mengerucutkan bibir mungilnya, sebal. 

"Tau, tadi gue baca Unit Kesehatan Sekolah alias UKS kan?" sahut Kenzo.

"Nah! Akhirnya lo tau juga! Ini baru namanya anak yang baik dan pintar." puji Aluna kepadanya sambil menyunggingkan senyuman. 

"Jangan senyam - senyum kayak gitu ke gue! Gue nggak suka! Senyuman lo itu asem kek jeruk!" seru Kenzo menatap mata Aluna dalam. Padahal, sekarang Ia sedang merasakan ada bunga mawar indah sedang bermekaran di hatinya. 

Tanpa pikir panjang, gadis itu langsung mengomelinya dengan ocehan bak sales panci pasaran. Sudah berisik, menggangu pula. Bertubi - tubi Aluna mencubit perutnya dengan lembut dan mulai tertawa bersama. 

Ceklek...

Bunyi knop pintu yang tak asing di dengar, membuat kami semua terdiam. Perlahan namun pasti, kami segera mengamati. Siapa sosok yang berada di balik pintu itu?

Hingga seseorang pun muncul dengan atasan putih dan bawahan abu - abu, sama persis seperti yang Aluna kenakan sekarang. Yang berbeda hanya Ia menggunkan celana panjang, sedangkan Aluna menggunakan rok pendek selutut. 

Ia langsung menghampiri Aluna, memperhatikannya dari bawah kaki hingga ke atas kepala. Tidak ada yang lecet ataupun terluka. Hanya saja pakaian Aluna sedikit kotor karena debu, bekas membersihkan gudang tadi. Ia langsung menepuk - nepuk bahu Aluna, mencoba menghilangkan debu yang masih menempel di bajunya. 

Seseorang itu terlihat begitu khawatir terhadap Aluna. Ia bergegas pergi setelah mendengar kabar bahwa Aluna sakit dan harus di bawa ke UKS sekolah.

Aluna menatapnya dengar datar. "Ada perlu apa Den?" Tanya Aluna kepada seseorang di depannya itu. Yah... Dia adalah Raden, sang ketua kelas.

"Lah tadi kata temen - temen loh sakit?" Tanya balik Raden padanya. 

"Oh.. itu yang sakit bukan gue kali, tapi si onoh tuh." Jari Aluna menunjuk ke kasur dekat dirinya, yang di atasnya terdapat pria tampan dengan bibir yang sedikit penyok. 

"Dia Siapa?" 

"Kenalin nama gue Kenzo Mahendra anak dar- " putus sudah ucapan Kenzo, setelah Raden memotong perkataannya. 

"Gue tanyanya ke Aluna bukan elo bego!" celetuk Raden yang membuatnya diam sejenak.

"Iye ye gue tau, Btw mau apa lo ke sini?"  Tuding Kenzo yang membuat Raden berpikir keras.

"Yah.. gu gu- e kan Ketua kelas di kelasnya Aluna. Jadi, wajar donk?" Balas Kenzo sedikit gugup, lalu menghembuskan nafasnya dengan lega. 

Kenzo hanya menjawab dengan isyarat dagu yang di anggukkan dan berbicara "Ouwooo" seperti Tarzan. 

"Dia itu anak baru di sekolah ini Den, anak pindahan katanya." jawab Aluna membalas pertanyaan yang Raden lontarkan beberapa menit yang lalu. Ia mengetahui kalau Kenzo adalah anak pindahan, karena mendengar sedikit pembicaraan antara Kenzo dan Pak Darpo di gerbang sekolahan pagi tadi. 

Sedangkan Raden diam tak menjawab, lalu menarik tangan Aluna menjauh pergi dari ruangan itu. Kenzo yang melihatnya langsung menarik tangan Aluna yang sebelah. Kenzo dan Raden saling bertatap mata, seperti seekor elang yang sedang mencari mangsa. 

Aluna menatap bergantian wajah mereka, terlihat aura keributan terpancar. Ia mencoba melepaskan gengaman tangan mereka satu per satu, namun nihil. Usahanya hanya sia - sia saja karena cengkraman mereka terlalu kuat baginya. 

Terjadilah adegan tarik - menarik yang sudah Aluna sangka. Membuat Aluna merintih kesakitan sampai menimbulkan luka kemerahan di pergelangan tangan putihnya. Sia - sia saja ia berteriak kencang ke kuping mereka. Kalau akhirnya, tetap tak di gubris sama sekali. 

"Lepasin gue! Kalian apa - apaan sih? udah kayak anak kecil aja!" Titah Aluna kepada mereka. 

"Aluna ikut sama gue!!" Ucap Kenzo kepada Raden. 

"Nggak Aluna harus ikut sama gue ke kelas!!" Balas Raden berteriak. 

Kenzo dan Raden tak memperdulikannya. Mereka hanya ingin membawa sang empu pergi bersamanya. Aluna yang semakin tidak tahan dengan sikap mereka, langsung menumbuk satu persatu kaki mereka dengan sepatu sneakers putih kesayangannya.

Jerit seorang setan yang kepanasan mereka keluarkan, membuat Aluna tersenyum dan pergi meninggalkannya begitu saja. Sedangakan Kenzo dan Raden, mereka malah beradu mulut dengan riang. Yang terdengar dari kejauahan seperti suara kicauan banyak burung di ladang. 

Mereka terdiam dan mulai sadar bahwa Aluna sudah tidak ada di tempat mereka berada. Kenzo dengan sigap langsung pergi mencari keberadaannya. Baru saja ia melangkah, tangan kirinya di cekal oleh seseorang. Siapa lagi kalau bukan Raden? 

"Lo mau kemana?" ucap Raden yang masih memegangi tangan Kenzo dengan erat.

"Bukan urusan Lo!" sahut Kenzo, menjawab dengan malas.

Belum sempat membalas, Raden tiba - tiba mendengar ada suara orang yang memanggil namanya, Ia pun langsung menoleh dan berkeliling mata mencoba mencari di mana sumber suaranya berada. Kenzo yang melihat ada sedikit celah langsung melepaskan cekalan tangan Raden dari tangannya. 

Ia berjalan santai kemudian berlari, takut Raden akan menyusul dirinya. Sedangkan orang yang memanggil nama Raden, ialah Guntur. Teman SMP nya dulu yang sekarang melanjutkan sekolah di SMA yang sama. Namun, berbeda jurusan. Raden mengambil jurusan IPA sedangkan Guntur mengambil jurusan IPS. 

"Lo di panggil guru BK tuh Den," kata Guntur kepada Raden.

"Emang ada masalah apa?" tanya Raden penasaran. 

"Enggak tau. Gue cuma di suruh manggil lo aja. Ayok cepet! Nanti gue lagi yang kena omel!" Seru Guntur berlari sambil menggandeng tangan Raden.

***

"Aduh... sakit banget nih tangan gue. Mana ada bekasnya lagi." Rintih Aluna smbil memegangi pergelangan tangannya yang berwarna merah. 

Ia masih memejamkan mata, menahan rasa sakit dengan duduk di kursi sebagai sandarannya. Terdengar pula suara langkah kaki dari kejauhan. Tapi, ia hiraukan dan tetap melanjutkan untuk menutup mata. Memulai untuk tidur.

Pintu terbuka dan menampakakan sesosok bayangan hitam. Bayangan itu berjalan mendekatinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status