Ketika mencari kursi, dia baru menyadari kalau ada orang asing yang ikut tinggal di ruangan ini bersama dengan Aluna.
Ia pun menarik kursi yang sudah ditemukannya dan duduk di sebelah kanan Aluna. Ia ingin agar Aluna tak terlalu takut dengan orang yang berada di sampingnya itu.
Menurutnya, orang itu terlihat jahat karena memakai perban di wajahnya.
Ia juga berdalih bahwa orang itu memiliki niat yang tak baik kepada Aluna.
Sungguh dia adalah pria yang sangat baik bukan?
Baru saja ia ingin menanyakan sesuatu kepada Aluna, tapi suster terlalu cepat datang ke ruangan itu.
Suster itu membawa dorongan berbahan alumunium beberapa tingkat, yang berisi makanan, minuman dan beberapa snack di tiap tingkatnya.
Suster itu kaget karena melihat ada orang lain di ruangan itu selain Aluna dan Kenzo.
Dengan cepat ia menyuruh orang itu untuk pergi, namun orang itu mengatakan kalau dia adalah kakak dari keluarga pasien yang
Sebelum mengusapnya, ia terlebih dahulu memindahakan kursinya. Dari yang awalnya berada di sebelah kanan sekarang berada di sebelah kirinya Aluna.Ia memang sengaja memindahakan kursi itu agar Kenzo melihat dia dan juga Aluna sedang melakukan adegan romantis ini."Ngapain juga lo pindah sih Den?" tanya Aluna."Eh! Di bibir lo ada apa tuh Lun?" tanpa menjawab pertanyaan darinya, ia dengan cepat langsung mengusap sisa bubur itu.Kenzo yang sedang makan dengan lahapnya perlahan melirik mereka berdua. Terlihat aura kebahagiaan yang Aluna pancarkan dari wajahnya.Padahal ekspresi itu adalah ekspresi yang diinginkan Kenzo selama ini, namun malah di renggut duluan oleh si Raden."Ekhem! Ekhem! Ekheeeeumm! Aduh, aduh, kayaknya udah mulai kena korona nih! Gatel banget nih tenggorokannya," ucapnya pada dirinya sendiri dengan suara yang keras sembari mengelus - elus lehernya dengan tangan."Kayaknya lo harus masuk ruang i
****Badan Aluna mulai lengket karena dari kemarin belum sempat mandi sama sekali, dirinya hanya pergi ke toilet hanya untuk mencuci muka dan buang air kecil saja di sana. Sekarang ia merasakan kalau ada sebuah kain yang basah tengah menempel di tangannya.Aluna membuka mata abu - abu nya, matanya menatap lekat orang itu. "Oh.. suster. Kamu benar - benar mengagetkanku," ia pun mengucek matanya yang tak sakit.Ternyata dia baru bangun dari lamuannya tadi, sambil melamun dan menutup mata itulah kebiasaan Aluna."Maaf yah kak Luna,""Sus! kapan perban di wajah saya ini bakalan di buka?! dan kapan saya sembuh! " panggilan Kenzo sukses membuat suster itu pun akhirnya menoleh."Nih bocah sewot awat sih! Gue tonjok Lo!" jawab Aluna menimpalinya.Suster itu hanya terkekeh melihat kelakuan mereka berdua. "Nanti setelah kak Aluna yah. Banyakin istirahat dan minum obat secara teratur aja Kak Ken, jangan lupa jaga pola mak
"Hiks...hiks...hiks..." terdengar suara orang yang sedang menangis. Bertepatan dengan itu, ada seorang gadis berambut panjang yang sedang asyik membaca buku di teras depan rumah itu."Perasaan rumah ini udah lama nggak ada penghuninya deh" ungkap gadis itu seraya membalikkan badan dan menatap ke arah rumah yang kini berada tepat di hadapannya."Kalau ada orangnya, pasti rumah ini bersih. Tapi, kok rumah ini malah kotor? Ada tanaman rambat liar di temboknya pula. Mungkin aku salah dengar" si gadis mencoba bersikap biasa saja. Lima belas menit pun sudah berlalu, namun suara itu masih saja tak berhenti.Gadis yang sedang membaca buku itu pun menjadi agak terganggu dengan suara tangisan itu, hingga Ia memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah itu. Di saat ia ingin pergi tiba - tiba terdengar suara jeritan orang yang sangat keras. Saking kerasnya suara itu bisa saja memecahkan gendang telinga seseorang."Suara apa itu? Apa memang ada orang di dalam
Burung-burung mulai berkicau dengan indah, ditemani juga dengan beberapa ayam jago yang sedang berkokok dengan nada yang begitu nyaring di telinga. Tak lupa juga semburat sinar fajar yang hangat sedang menerpa dedaunan dengan beberapa gumpalan air yang berada tepat di atas permukaanya.Jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi, tapi gadis itu masih saja belum bangun dari tidurnya. Seorang wanita bertubuh sedikit gempal masuk ke kamar dan menghampiri gadis itu sambil mengoceh tak jelas, hingga ia mengeluarkan suara bentakan keras."Bangun Aluna! Udah pagi! Kerjaannya molor terus! Katanya mau sekolah? Eh..dari pada sekolah mending cari duit aja sana! Kamu itu beban keluarga! Tau nggak?!" dengan suara yang sangat tinggi seperti sedang mengikuti Kontes Nyanyian Lagu Seriosa, tanpa pikir panjang satu ember air ia tumpahkan ke badan gadis itu. Hingga sang gadis itu menggigil dibuatnya."Iya..iya..Mah" masih dengan kondisi yang menggigil, gadis itu menjawab dengan l
"Bayar donk neng." Ungkap sang Sopir bus."Sebentar pak" Aluna merogoh satu persatu saku di baju dan juga tas nya, namun ia tak menemukan uang atau apapun di dalamnya."Sial! Uang saku ku ketinggalan.""Boleh ngutang nggak pak? boleh yah, boleh yah, pliss." ucap Aluna memohon kepada sang sopir sambil menangkupkan kedua tangan ke atas langit."Nggak bisa neng, kemarin aja saya dimarahin sama bos gara - gara banyak orang yang ngutang.""Ya udah klo nggak boleh ngutang saya bayar besok aja yah 3 kali lipat deh. Gimana?!""Woilah. Nggak bisa neng... Valid no debat!""Wow! bapak sudah sangat menjiwai trend anak - anak muda zaman sekarang yah?! Klo anak zaman sekarang tuh suka nya ngutang pak, maka dari itu saya..." Aluna dengan excitednya menjelaskan kepada Pak Sopir dengan kalimat yang singkat, panjang, lebar kali tinggi tak lupa juga dengan rumus volume balok dan kubus. (Eh apa hubungannya? skip!)Aluna
"Beneran kamu tadi bantuin nenek - nenek nyebrang?!" Ucap Pak Darpo menginterogasi. Ia sebenarnya tau klo Aluna sedang berbohong, namun Ia memilih untuk ber pura - pura saja dan menunggu apa yang akan Aluna katakan selanjutnya."Be- bener kok pak... nggak bo'ong. Suwer deh" jawab Aluna seraya menunjukkan dua jari pas di depan muka guru itu."Nggak usah nunjukin dua jarinya di depan muka bapak juga kali,Lun. Ihh.. pengen tak cubit deh ginjalnya." Ucap Pak Darpo berlagak seperti seorang banci."Hehehh.. iya maaf yah pak." tukas Aluna salah tingkah."Yaudah bapak maafin kamu.. Tapi, kamu harus janji nggak boleh telat lagi yah. Pasalnya kamu udh sering telah, klo kamu telat terus begini, ini bisa mempengaruhi nilai raport mu loh Lun." Ucap Pak Darpo menasihati.Aluna yang mendengar nasihat dari Pak Darpo itu hanya menunduk dan mengangguk pelan.Sedangkan sang pria yang sedari tadi mendengar obrolan antara Aluna dan gurunya itu
Kenzo yang membaca pesan itu langsung terdiam. Ia dengan cepat membasuh kedua tangannya dengan air yang mengucur keras dari keran, yang menimbulkan suara seperti air terjun di hutan.Aluna yang sedari tadi mengepel lantai, dengan gesit langsung memperhatikan gerak - gerik Kenzo yang tampak aneh. Ia menemukan hal yang ganjil dari diri Kenzo, seperti ada yang salah dengan sikapnya.Jika Aluna memilih jalan untuk bertanya kepada Kenzo, mungkin Kenzo akan marah karena sebelumnya Ia sempat bertengkar hebat dengannya.Walaupun Aluna tak tau apa yang sebenarnya Kenzo rasakan? Namun, Ia bisa mencium aroma kegelisahan dari diri Kenzo. Ia pun mulai mendekat dan mematikan keran wastafel. Menatap Kenzo dengan tenang sembari menarik satu per satu tangannya yang basah dengan lembut.Kenzo yang mendapat perlakuan baik dari Aluna langsung mengubah minside buruk terhadap dirinya. Ia baru tau ternyata Aluna adalah gadis yang baik dan pengertian.Ta
Si gadis tak memperdulikan perlakuan darinya. Fokusnya sekarang hanya pada gudang yang harus cepat ia bersihkan.Kenzo hanya menatap Aluna datar, sia - sia saja ia memperlakukannya dengan baik, klo akhirnya ia hanya di gantungkan saja. (Ehem kang ghosting nih ceritanya)"Lun, udh kelar belum bersih - bersihnya?" Tanya Kenzo."Kelar... belum... kelar... belum Lo kira gue babu lo apa?! Lo aja nggak ngebantuin gue, malah bersantai - santai ria. Klo gitu gue juga bisa kali!" protes Aluna, melempar tongkat bulu ayam ke sang pria."Ckk! Ealah kayak gitu doank marah!" seru Kenzo mengambil tongkat yang tadi di lempar oleh Aluna, tapi tak sampai kepada dirinya.Aluna berdecak kesal, dirinya mulai lelah karena sedari tadi hanya ialah yang membersihkan gudang yang seluasnya melebihi kamar di rumahnya. Ia pun mulai turun dari meja, lalu menepuk - nepuk rok nya yang kotor karena debu yang di singkirkan di sudut gudang itu membuat roknya sediki