Share

6 - Ketegasan Dimulai

Author: Gauche Diablo
last update Last Updated: 2023-05-31 13:31:33

Juna melirik jam di pergelangan tangan kirinya, dan berkata dalam hati, ‘Bukankah ini sudah masuk ke jam kerja? Lalu kenapa mereka masih bersantai di sana?’

Karena itu, Juna menghampiri dua pekerja tadi dan mau tak mau menegur mereka, “Kenapa kalian ada di sini dan tidak bekerja?”

Juna belum mengetahui siapa nama karyawan tersebut tapi dia tidak ingin mengungkapkannya agar tidak ketahuan bahwa dia bukan Arjuna, apalagi di memori pemilik raga sebelumnya juga tidak nampak data mengenai mereka.

“Pekerjaan kami sudah selesai.” Salah satu dari karyawan menjawab santai sembari membanting rokoknya di lantai dan memadamkan menggunakan alas sepatunya.

Melihat itu, Juna mengernyitkan kening, tak suka. “Bersihkan.” Suaranya terdengar tenang tapi tegas.

“Hah?” Orang itu menoleh ke Juna dengan sikap meremehkan.

“Kubilang, bersihkan lantai yang baru saja kau kotori!” Juna menaikkan sedikit suaranya. Kemudian, dia menatap ke arah CCTV di atasnya, dia sudah tahu fungsi benda tersebut dan berkata ke orang tadi, “Kalau aku lihat kau tidak membersihkan sampai bersih apa yang baru kau injak, jangan harap kau menerima upahmu bulan ini.” Tangannya menunjuk ke CCTV, seakan memberikan peringatan pada orang itu.

Orang tadi mendadak kesal dan berkata ke Juna dengan nada yang tidak sepatutnya karyawan kepada bos. “Kau ini! Kenapa merepotkan hal remeh seperti punting rokok?” Matanya nyalang menatap Juna.

“Pak Jamal! Tolong kendalikan bicaramu!” Heru segera memperingatkan orang bernama Jamal tersebut.

Jamal surut dengan cepat setelah diberi peringatan Heru. Tapi, dia masih bersikeras tak mau membersihkan punting rokok yang dia injak di lantai dan mendengus sembari pergi. “Huh! Yuk, Han!”

Jamal mengajak pergi rekannya, Farhan. Keduanya menatap remeh dan sengit ke Juna dan pergi seakan tiada beban.

Karena sikap bebal mereka, Juna berusaha mengaduk memori Arjuna dan akhirnya menemukan ternyata selama ini, kedua orang tadi kerap meremehkan Arjuna.

Yang lebih menjengkelkannya, Jamal dan Farhan ternyata merupakan orang yang direkomendasikan Leila—istri pertama Hartono—untuk bekerja di PT Kencana Buana.

Dengan kecerdasannya, Juna langsung paham bahwa Jamal dan Farhan sengaja ditaruh Leila di perusahaannya ini dengan maksud untuk mengkerdilkan Arjuna. Jadi, begitu.

Kedua orang tadi kerap bertindak seenaknya dan membangkang di perusahaan? Lihat saja apa yang akan Juna perbuat pada mereka.

“Pak Heru, jangan berikan gaji ke dua orang tadi kalau mereka tidak bekerja dengan baik dalam seminggu ini.” Suara Juna menekankan ketegasan, mengakibatkan terkejut pada Heru di sampingnya.

Heru tak mengira, bosnya bisa setegas itu. “Ta—tapi, Pak, mereka adalah orang yang direkomendasikan Bu Leila.”

Mata Juna lekas berputar tajam ke Heru. “Yang bos di sini aku atau Ibu Leila?”

Heru bungkam seketika tak berani menyanggah dan hanya bisa menyahut, “Baik, Pak!” Dalam hatinya, dia terperangah dengan sikap berbeda sang bos.

Juna melanjutkan langkah sambil berkata, “Aku masih akan tetap memperhitungkan punting rokok yang mengotori lantai perusahaan. Menjaga kebersihan di sini adalah sebuah keharusan!”

Heru tak berani menyahut dan mengikuti Juna saja.

Sesampainya di ruangan kantornya, Juna melihat sebuah ruang luas dan nyaman. “Aku ingin melihat semua pembukuan. Berikan ke mejaku dan aku tak mau menunggu lama.”

“Baik, Pak!” Heru keluar dari ruangan untuk membawakan apa yang diinginkan bosnya.

Tak berapa lama, meja besar Juna dipenuhi berbagai map dan kertas berisi laporan keuangan dan hal-hal penting lainnya. Dia memeriksa dengan teliti satu demi satu sambil menyalakan komputer untuk mencocokkan data.

Heru diam bagaikan patung, hanya akan bergerak ketika Juna menanyakan sesuatu hal dan Heru akan menjelaskan dengan sebaik mungkin.

Hingga tak terasa, sore sudah menjelang. Langit mulai dihiasi semburat sedikit warna jingga di bagian barat sana.

“Hm, sepertinya ini memang tidak bisa sehari saja dipelajari. Baiklah, Pak Heru, bawa ini, ini dan bagian ini, ke mobilku. Aku akan lanjutkan di rumah saja.” Juna menyadari waktu yang sudah habis di kantor.

“Baik, Pak!” Heru memanggil petugas keamanan untuk ikut membantu membawa banyak tumpukan map keluar dari ruangan itu ke mobil Hartono yang dibawa Juna.

Di benak Heru, dia terus terheran-heran dan bingung dengan perubahan sikap bosnya. Bukankah biasanya Arjuna sosok pecundang dan bermental lemah di kantor?

Kalau bosnya setegas ini sekarang, akan menjadi seperti apa perusahaan itu nantinya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Zoya Dmitrovka
btw, Perjalanan Dimensi Waktu itu buku terjemahan. sekarang babnya sudah sekitar 1600-an. dan aku udah sampai bab terakhir. jadi bisa aku pastikan berbeda dengan buku ini. oke ....
goodnovel comment avatar
Zoya Dmitrovka
beda, Kak. kakak udah baca Perjalanan Dimensi Waktu sampai bab berapa? sudah ribuan kah? aku udah baca sampai ribuan dan beda banget sama ini. persamaannya, male lead sama-sama terjebak di tubuh dan melakukan perjalanan waktu. untuk alur beda banget.
goodnovel comment avatar
SHAFA AULIA
plot ceritanya beda tipis dengan PERJALANAN DIMENSI WAKTU. dimensi yg di masuki tokoh utama juna kebalikannya dari tokoh utama wira.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   373 - (Bonus Part 4) Misteri Semesta [END]

    Juna dan ketiga istrinya mengangguk. “Kami akan berusaha untuk itu, Ma. Terus doakan kami agar selalu memiliki hal baik.” Juna menanggapi Wenti. Kemudian, keningnya berkerut, “Ma, apakah Mama akhir-akhir ini sering cepat lelah dan mual?” “Eh, kok tahu?” Wenti terhenyak kaget. Namun, kemudian dia sadar bahwa putra angkatnya ini bukan manusia sembarangan. “Selamat, Ma!” Juna maju untuk memberikan pelukan tulus ke Wenti. Anika dan Shevia paham makna ucapan Juna dan mereka bergantian mengucapkan selamat pula sambil memeluk Wenti. “Eh? Mama kenapa?” Rinjani belum paham. “Mama sudah hamil lagi, Kak.” Shevia menjelaskan. Di antara mereka, Rinjani memang yang paling hebat jika itu mengenai intuisi bisnis, tapi dia payah dalam aspek lainnya yang berkaitan dengan hubungan antar manusia. Wenti menanggapinya dengan senyum simpul dan sedikit malu-malu. *** “Ya ampun, lihat mereka! Sungguh keluarga besar yang ramai.” Seseorang menahan pekikannya ketika melihat Juna dan keluarga kecil dia tu

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   372 - (Bonus Part 3) Bayi-Bayi dari Restu Semesta

    “Ya ampun, lucu sekali dia! Cantiknya ….” Rinjani sambil menggendong bayinya, dia menoleh ke bayi Shevia.“Dedek bayinya Kak Rin juga ganteng, tuh!” Shevia menunjuk bayi di gendongan Rinjani dengan dagunya.Mereka saling memuji bayi milik madu masing-masing.“Mbak Anika masih menyusui anaknya, yah?” tanya Shevia setelah dia berhasil menidurkan bayinya.“Iya. Masih di kamar. Semua anaknya tenang sekali, jarang menangis. Benar-benar bayi kalem seperti ibunya.” Rinjani mengomentari anak kembar Anika.Kemudian, pintu depan terbuka dan masuklah Juna yang baru pulang dari kantornya.“Mana jagoan-jagoanku?” tanya Juna sambil mendekat ke mereka dan mulai mencium bayi-bayinya di gendongan ibunya masing-masing. “BIntang … umcchh! Wulan … umchh! Sudah wangi semua!”“Lah ini anakku masa sih dipanggil jagoan?” Shevia sambil mengangkat sedikit bayi perempuan di gendongannya.“Lho, dia ini nantinya seorang jagoan wanita! Menjadi perempuan kuat yang akan melindungi orang tertindas dan menebar kebajik

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   371 - (Bonus Part 2) Peresmian Gedung Baru dan Gosip Buruk

    “Wah, gedungmu begitu wow sekali, Jun!” Rinjani menatap gedung baru Juna. Matanya berkeliling menelisik semua interior di sana.“Ini juga berkat bantuanmu.” Juna berkata di dekat telinga Rinjani.“Kok aku?” tanya Rinjani sambil menjauhkan kepalanya dari Juna untuk menatap suaminya dari jarak yang tepat.“Kamu kira aku tidak tahu kalau kau mengirim investor gadungan untuk membantu pendanaan untuk gedung ini, hm?” Juna sambil mencubit lembut pinggang Rinjani.Karena sudah ketahuan begitu, Rinjani hanya bisa tertawa. Shevia dan Anika di sebelahnya tersenyum.Siang ini, mereka baru saja mengadakan peresmian gedung baru apartemen Juna yang besar dan spektakuler. Meski bukan merupakan apartemen paling wah dan nomor satu di Samanggi, namun tetap mencuri perhatian publik karena dimiliki oleh pengusaha muda dengan berbagai gonjang-ganjing isu di belakangnya.Isu paling sering dibicarakan publik mengenai Juna belakangan ini tentu saja tidak lain dan tak bukan adalah mengenai ketiga istrinya yan

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   370 - (Bonus Part 1) Nasib Akhir Bobby

    “Hah? Om Fer yakin dengan berita yang Om terima?” tanya Juna saat dia berbicara dengan pengacaranya, Ferdinand, di telepon. “Sangat yakin, Jun! Periksa saja ke rutan kejaksaan. Oh, atau untuk lebih akuratnya, datang saja ke rumahnya, pasti sedang ramai di sana.” Ferdinand menyahut dari seberang. Juna tak bisa berkata-kata. Dia segera mengakhiri teleponnya dengan si pengacara. “Ada apa, Jun?” tanya Rinjani dengan wajah ingin tahu. “Berita apa? Ada berita apa dari Om Fer?” Dia semakin mendekat ke Juna di sofa ruang tengah. Anika datang sambil membawa nampan berisi beberapa cangkir wedang cokelat jahe dan camilan buatannya seperti kue pukis dan bakwan jagung. “Bobby meninggal tadi sore.” Juna berkata sambil menatap Anika dan Rinjani secara bergantian. “Hah?!” pekik Rinjani karena terlalu kaget dengan berita yang diucapkan suaminya. Juna mengangguk ke istrinya. “Ada apa? Siapa yang meninggal?” Shevia keluar dari kamarnya karena suara pekikan Rinjani terdengar hingga ke telinganya.

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   369 - Setiap Akhir Adalah Permulaan

    “Ti—Tidak begitu! Ular sialan!” geram Nyai Mirah dan dia mulai mengejar Nyai Wungu yang melarikan diri sambil tertawa melengking meledek permaisuri Ki Amok itu.Kemudian, Ki Amok memanggil Nyai Mirah untuk pulang bersamanya ke istana mereka. Nyai Mirah segera berdiri melayang di sebelah Ki Amok dengan wajah merona menyebabkan kulitnya semakin memerah.“Kami pulang dulu. Nanti jika Mirah dibutuhkan lagi oleh istrimu, panggil saja, tak apa, tapi itu harus benar-benar gawat. Kalian pasti mengerti maksudku, ‘kan?” Ki Amok berkata ke Juna yang masih membopong Anika.‘Ya, ya, ya, aku paham. Intinya kami tidak boleh mengganggu kemesraan kalian berdua kecuali sangat gawat darurat.’ Juna membatin menanggapi Ki Amok.“Ya, kami paham, Ki. Terima kasih, sekali lagi untuk Anda dan pasukan, juga terima kasih pada Nyai Mirah atas bantuannya.” Juna mengangguk sebagai tanda dia menghargai mereka.Kemudian, kereta kencana Ki Amok pun pergi dari sana.Juna menoleh ke Nyai Wungu dan bertanya, “Apakah Nya

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   368 - Tawaran Menjadi Dayang Nirwana

    ‘Apakah Dewi Salwapadmi menyaksikan aku dan Nik … bercinta selama ini?’ Juna memiliki pemikiran demikian. Ya ampun, Juna mendadak saja super malu jika mengingat seperti apa dia memesumi Anika selama ini. Belum lagi tingkah dia saat menggauli Anika. Dia bertanya-tanya, apakah itu disaksikan dan juga dirasakan sang dewi? Mendadak saja senyum lebar dan menahan geli dari Dewi Salwapadmi muncul saat dia bertutur ke Juna, “Jangan khawatir mengenai itu, Tuan Panglima. Aku selama ini tertidur di raga Anika dan mulai terbangkitkan ketika bertarung melawan mantan istrimu.” Mendengar ucapan Dewi Salwapadmi melalui mulut Anika, Juna merasa sangat lega sekaligus malu karena pikirannya ternyata bisa dibaca sang dewi. “A—Ah, iya, baiklah, Ndoro Dewi. Terima kasih penjelasannya.” Juna sedikit merona karena malu. Kemudian, Dewi Salwapadmi menoleh ke Nyai Mirah, dia berkata, “Nyai Mirah, aku sungguh tersentuh dengan pengabdianmu yang luar biasa pada ndoro putrimu ini. Tingkah lakumu sejak dulu jug

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status