Share

6 - Ketegasan Dimulai

Juna melirik jam di pergelangan tangan kirinya, dan berkata dalam hati, ‘Bukankah ini sudah masuk ke jam kerja? Lalu kenapa mereka masih bersantai di sana?’

Karena itu, Juna menghampiri dua pekerja tadi dan mau tak mau menegur mereka, “Kenapa kalian ada di sini dan tidak bekerja?”

Juna belum mengetahui siapa nama karyawan tersebut tapi dia tidak ingin mengungkapkannya agar tidak ketahuan bahwa dia bukan Arjuna, apalagi di memori pemilik raga sebelumnya juga tidak nampak data mengenai mereka.

“Pekerjaan kami sudah selesai.” Salah satu dari karyawan menjawab santai sembari membanting rokoknya di lantai dan memadamkan menggunakan alas sepatunya.

Melihat itu, Juna mengernyitkan kening, tak suka. “Bersihkan.” Suaranya terdengar tenang tapi tegas.

“Hah?” Orang itu menoleh ke Juna dengan sikap meremehkan.

“Kubilang, bersihkan lantai yang baru saja kau kotori!” Juna menaikkan sedikit suaranya. Kemudian, dia menatap ke arah CCTV di atasnya, dia sudah tahu fungsi benda tersebut dan berkata ke orang tadi, “Kalau aku lihat kau tidak membersihkan sampai bersih apa yang baru kau injak, jangan harap kau menerima upahmu bulan ini.” Tangannya menunjuk ke CCTV, seakan memberikan peringatan pada orang itu.

Orang tadi mendadak kesal dan berkata ke Juna dengan nada yang tidak sepatutnya karyawan kepada bos. “Kau ini! Kenapa merepotkan hal remeh seperti punting rokok?” Matanya nyalang menatap Juna.

“Pak Jamal! Tolong kendalikan bicaramu!” Heru segera memperingatkan orang bernama Jamal tersebut.

Jamal surut dengan cepat setelah diberi peringatan Heru. Tapi, dia masih bersikeras tak mau membersihkan punting rokok yang dia injak di lantai dan mendengus sembari pergi. “Huh! Yuk, Han!”

Jamal mengajak pergi rekannya, Farhan. Keduanya menatap remeh dan sengit ke Juna dan pergi seakan tiada beban.

Karena sikap bebal mereka, Juna berusaha mengaduk memori Arjuna dan akhirnya menemukan ternyata selama ini, kedua orang tadi kerap meremehkan Arjuna.

Yang lebih menjengkelkannya, Jamal dan Farhan ternyata merupakan orang yang direkomendasikan Leila—istri pertama Hartono—untuk bekerja di PT Kencana Buana.

Dengan kecerdasannya, Juna langsung paham bahwa Jamal dan Farhan sengaja ditaruh Leila di perusahaannya ini dengan maksud untuk mengkerdilkan Arjuna. Jadi, begitu.

Kedua orang tadi kerap bertindak seenaknya dan membangkang di perusahaan? Lihat saja apa yang akan Juna perbuat pada mereka.

“Pak Heru, jangan berikan gaji ke dua orang tadi kalau mereka tidak bekerja dengan baik dalam seminggu ini.” Suara Juna menekankan ketegasan, mengakibatkan terkejut pada Heru di sampingnya.

Heru tak mengira, bosnya bisa setegas itu. “Ta—tapi, Pak, mereka adalah orang yang direkomendasikan Bu Leila.”

Mata Juna lekas berputar tajam ke Heru. “Yang bos di sini aku atau Ibu Leila?”

Heru bungkam seketika tak berani menyanggah dan hanya bisa menyahut, “Baik, Pak!” Dalam hatinya, dia terperangah dengan sikap berbeda sang bos.

Juna melanjutkan langkah sambil berkata, “Aku masih akan tetap memperhitungkan punting rokok yang mengotori lantai perusahaan. Menjaga kebersihan di sini adalah sebuah keharusan!”

Heru tak berani menyahut dan mengikuti Juna saja.

Sesampainya di ruangan kantornya, Juna melihat sebuah ruang luas dan nyaman. “Aku ingin melihat semua pembukuan. Berikan ke mejaku dan aku tak mau menunggu lama.”

“Baik, Pak!” Heru keluar dari ruangan untuk membawakan apa yang diinginkan bosnya.

Tak berapa lama, meja besar Juna dipenuhi berbagai map dan kertas berisi laporan keuangan dan hal-hal penting lainnya. Dia memeriksa dengan teliti satu demi satu sambil menyalakan komputer untuk mencocokkan data.

Heru diam bagaikan patung, hanya akan bergerak ketika Juna menanyakan sesuatu hal dan Heru akan menjelaskan dengan sebaik mungkin.

Hingga tak terasa, sore sudah menjelang. Langit mulai dihiasi semburat sedikit warna jingga di bagian barat sana.

“Hm, sepertinya ini memang tidak bisa sehari saja dipelajari. Baiklah, Pak Heru, bawa ini, ini dan bagian ini, ke mobilku. Aku akan lanjutkan di rumah saja.” Juna menyadari waktu yang sudah habis di kantor.

“Baik, Pak!” Heru memanggil petugas keamanan untuk ikut membantu membawa banyak tumpukan map keluar dari ruangan itu ke mobil Hartono yang dibawa Juna.

Di benak Heru, dia terus terheran-heran dan bingung dengan perubahan sikap bosnya. Bukankah biasanya Arjuna sosok pecundang dan bermental lemah di kantor?

Kalau bosnya setegas ini sekarang, akan menjadi seperti apa perusahaan itu nantinya?

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Zoya Dmitrovka
btw, Perjalanan Dimensi Waktu itu buku terjemahan. sekarang babnya sudah sekitar 1600-an. dan aku udah sampai bab terakhir. jadi bisa aku pastikan berbeda dengan buku ini. oke ....
goodnovel comment avatar
Zoya Dmitrovka
beda, Kak. kakak udah baca Perjalanan Dimensi Waktu sampai bab berapa? sudah ribuan kah? aku udah baca sampai ribuan dan beda banget sama ini. persamaannya, male lead sama-sama terjebak di tubuh dan melakukan perjalanan waktu. untuk alur beda banget.
goodnovel comment avatar
SHAFA AULIA
plot ceritanya beda tipis dengan PERJALANAN DIMENSI WAKTU. dimensi yg di masuki tokoh utama juna kebalikannya dari tokoh utama wira.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status